Sabtu, 21 Februari 2009

agama sudah seharusnya masuk ranah politik




MENJELANG detik-detik pelaksanaan Pemilu Legislatif 9 April 2009, kita dihadapkan pada dua fenomena yang kontradiktif. Di satu sisi, kita dianjurkan mengingat ucapan Jusuf Kalla kepada para ulama atau kiai dan ustaz-ustaz supaya jangan terlibat dalam masalah politik. Bahkan Menteri Agama Maftuh Basyuni gencar melarang para elite politik menggunakan ayat-ayat Alquran dalam berkampanye.

Ada tiga paradigma lama mengenai hubungan agama dengan politik. Pertama, agama dan politik adalah dua hal yang berbeda wilayah. Agama merupakan wilayah pribadi yang bersifat illahiyah, sedangkan politik adalah masalah yang bersifat duniawiyah. Kedua, agama dan politik tidak bisa dipisahkan, sebab agama meliputi segala aspek kehidupan manusia, termasuk kehidupan politik. Ketiga, agama dan politik bukan dua hal yang perlu dipertentangkan, sebab agama adalah seperangkat nilai-nilai yang bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi kehidupan manusia dalam segala aspek.

Pada era reformasi dan demokratisasi saat ini, pemisahan antara agama dan politik sesungguhnya sudah tidak relevan lagi. Paradigma ini hanyalah propaganda yang diembuskan oleh mufti kaum imperialis Belanda Snouck Hurgronje di Indonesia. Dialah yang berusaha melakukan privatisasi agama (Islam) agar hanya menjadi ”agama masjid”. (BJ Bolland, 1985).

Anehnya, pola pikir tersebut melekat begitu kuat di sebagian besar elite politik Indonesia saat ini. Mereka berpendapat politik itu tidak berhubungan dengan agama. Karena itu, para ulama, kiai, ustaz-ustaz tidak perlu terjun atau memasuki ranah politik.

Privatisasi agama tersebut bukan saja merupakan bentuk pengingkaran terhadap hakikat manusia sebagai ”Zoon Politicon”, tetapi juga pengingkaran terhadap demokrasi itu sendiri. Larangan penggunaan ayat-ayat Alquran untuk berkampanye juga sama sekali tidak memiliki pijakan yang jelas. Paradigma tersebut justru nyata-nyata bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Jika setiap tindakan politik tidak berhubungan dengan nilai-nilai agama, maka kekuasaan pun dapat diperjuangkan dengan segala cara. Karena itu, korupsi, manipulasi dan segala bentuk-bentuk penyalahgunaan wewenang bukanlah perbuatan dosa.

Pemisahan agama dengan politik hanya akan membawa bangsa Indonesia kepada nihilisme, kering dari tatanan nilai dan moralitas, serta tercerabut dari senyawa asli sejarah pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Paradigma kedua yang tidak memisahkan antara agama dan politik juga bertolak belakang dengan senyawa akhir sejarah pendirian NKRI. Persoalan ini bahkan pernah menjadi perdebatan sengit berbagai kelompok dalam sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Hasil akhir dari sidang-sidang PPKI telah memberi arah politik bangsa ini dengan amat jelas.

Pertama, Indonesia lahir bukan sebagai negara agama, tetapi juga bukan negara sekuler. Kedua, negara Indonesia mengakui asas keagamaan dan ingin bersikap positif terhadap agama pada umumnya dengan berbagai bentuk perwujudannya. Senyawa akhir inilah yang mendasari formulasi Pembukaan UUD 45, Pasal 6, dan pasal 29 UD 45 yang kini telah diamandemen.

Berpijak di senyawa akhir tersebut, penggunaan paradigma ketiga bagi bangsa Indonesia juga nampak kurang tepat. Dalam paradigma ketiga ini, agama dan politik bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan, tetapi juga tidak boleh dicampuradukan. Paradigma semacam ini justru menambah kerancuan secara aplikatif. Di satu sisi, kita mengakui agama dengan segala pengamalan, tetapi untuk hal-hal tertentu seperti masalah politik tidak diizinkan.

Kerancuan tersebut menjadi celah apologis yang hanya melahirkan topeng-topeng politik. Jika di dunia Barat adigium ”Agama adalah Candu Kehidupan”, muncul akibat penetrasi dogma agama secara terang-terangan, maka kemunculan adigium ”Politik itu Kotor” di Indonesia adalah akibat pemanfaatan agama secara sembunyi-sembunyi untuk kepentingan politik.

Paradigma Baru
Ketika tiga paradigma hubungan agama dengan politik tidak ada yang tepat, maka perlu dicari format baru hubungan agama dengan politik dalam arus reformasi dan demokrasi Indonesia modern. Formulasi yang tepat antara agama dengan politik bagi bangsa Indonesia saat ini adalah sintesa dari paradigma kedua dan ketiga.

Paradigma baru ini menempatkan agama di celah sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang berdimensi transendental dan menjiwai sila kedua sampai ke lima Pancasila. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa itulah secara inklusif terdapat ruang interaksi dan integrasi nilai-nilai adiluhung agama yang tak terhingga untuk diambil apinya yang bersifat temporal. Jadi dalam konfigurasi ini, agama harus ditempatkan di ruang yang terbuka.

Di situlah umat beragama dituntut berperan menyajikan api agama secara kritis dan pluralis dengan membuang jauh-jauh ”truth claim” dan ego kelompok maupun golongan. Dengan demikian, nilai-nilai aduluhung agama dapat menyinari segala penjuru kehidupan manusia, termasuk kehidupan politik tanpa harus memisahkan keduanya dan apalagi hanya menjadikan sebagai topeng politik.

Agama memang bukan pengganti politik,... tetapi agama dapat memperluas horizon dan visi manusia, dan menciptakan konteks transcendental untuk memecahkan persoalan yang terkait dari kondisi manusia sekarang yang sedang frustrasi baik secara individual maupun sosial (William McInner, 1990).
Jika paradigma baru tersebut dapat diimplementasikan secara cerdas, maka garis demokrasi politik yang sedang kita bangun akan memiliki pijakan nilai-nilai yang jelas dan tidak terombang-ambing tanpa arah.(35)

bapakku hebats








Ssst..tau gak siiih ..? ternyata Bapakku itu MENAKJUBKAN Lho!!!

Bapakku ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya,menghadapi lebih sedikit kesulitan,

Bapakku hanya menyuruhku mengerjakan pekerjaan yang aku sukai.

Bapakku membiarkan aku menang dalam permainan ketika aku masih kecil,
tapi dia tidak ingin aku membiarkannya menang ketika aku sudah besar.

Bapakku orang yang kuat, dia juga ingin agar anak-anaknya menjadi kuat


Bapakku selalu tepat janji!

Dia akan memegang janjinya untuk membantu anak-anaknya yang dalam kesulitan
walau dia sendiri dalam kesulitan

Bapakku akan tetap memperbaiki sepedaku selama
bertahun-tahun, meskipun aku telah bosan, karena ia tetap ingin aku
main sepeda itu.

Bapakku selalu sedikit sedih ketika melihat aku pergi bermain dengan teman-temanku saat aku beranjak dewasa.karena dia sadar itu adalah akhir masa kecilku.

Bapakku mulai merencanakan hidupku ketika tahu bahwa ibuku hamil(mengandungku) , tapi begitu aku lahir, ia menambah angan angannya tentang aku.

Bapakku membantu membuat impianku jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanku untuk melakukan hal-hal yang mustahil.

Bapakku mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu aku mencarinya.

Bapakku mungkin tampak keras di mataku, tetapi di mata teman-temanku dia menyayangiku.

Bapakku sulit menghadapi rambutnya yang mulai memutih....jadi dia menyemirnya agar terlihat hitam

*_~

Dulu Bapakku selalu senang membantuku menyelesaikan PR,

Bapakku benar-benar senang membantu seseorang...tapi ia sukar meminta bantuan.

Bapakku terlalu lama menunda untuk membawa peralatan rumah yang rusak ketukang, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.

Bapakku sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam...walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.

Bapakku paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatku senang tapi tidak takut.

Bapakku akan memberiku tempat duduk terbaik dengan mengangkatku dibahunya,ketika ada pertunjukkan

Bapakku tidak akan memanjakanku ketika aku sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu aku membutuhkannya.

Bapakku menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahuku apa yang harus aku lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.

Bapakku percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menungguku di depan rumah dengan motor tuanya, untuk mengantarkanku dihari pertama aku masuk SMU


BAPAKKU ITU MURAH HATI.....

Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang aku butuhkan....

Ia membelikanku permen merk baru yang aku inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau aku tidak suka.....

Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau aku ingin bicara...

Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp ku tiap semester, meskipun aku tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya....

Bahkan dia akan senang hati mendengarkan masalah-masalah yang sedang aku hadapi.

Bapakku mengangkat beban berat dari bahuku dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu....

Bapakku akan berkata ,, tanyakan saja pada ibumu ketika ia ingin berkata ,,”tidak"

Bapakku tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak-anaknya tidak menjadi orang yang bertanggung jawab

Bapakku mengatakan ,, tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal aku sanggup menghadapinya"

Pujian terbaik bagi Bapakku adalah ketika dia melihatku melakukan sesuatu persis seperti caranya....

Bapakku lebih bangga pada prestasiku, daripada prestasinya sendiri....

Bapakku hanya akan menyalamiku ketika pertama kali aku pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memelukku mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.


Bapakku tidak suka meneteskan air mata ....

ketika aku lahir dan dia mendengar aku menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis)

Ketika aku masih kecil, ia bisa memelukku untuk mengusir rasa takutku...ketika aku mimpi akan dibunuh monster...tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.

Kalau tidak salah Bapakku pernah berkata :" Dimanapun buatlah orang senang dengan kehadiran kita, dan jadilah manusia yang bertanggung jawab, klo berani melakukan apapun berarti kita harus berani untuk memprtanggung jawabkannya"

Untuk masadepan anaknya Bapakku berpesan: ,,jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, Jadilah pekerja cerdas tidak seperti bapak yang hanya pekerja keras”

Bapakku bisa membuatku percaya diri...karena ia percaya padaku...

Bapakku tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik....

Dan terpenting adalah...

Bapakku tidak pernah menghalangiku untuk mencintai Allah, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar aku dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaiku karena cintaNya. Dia kenakan mukena di keplaku agar aku makmum dibelakangnya.

Jazaakallah bil jannah untuk setiap peluh yang kau teteskan, untuk setiap kerut dahimu yang tak sempat kuhitung, untuk setiap jaga sepanjang malam ketika aku sakit dan ketika kau merindukanku, untuksetiap doa yang tak henti-hentinya ketika aku menghadapi ujian-ujian atau perlombaan-perlombaan yang penting, untuk setiap rasa lapar dan dahagamu yang kau rasakan karena puasa agar aku bisa mencapai cita-citaku , untuk tempat duduk terbaik di bahumu yang begitu kekar ketika aku ingin melihat tontonan, untuk tetes "air mata laki-laki "yang begitu mahal ketika kau khawatirkan aku, untuk kepercayaanmu padaku, meski seringkali ku hianati.

Tak akan pernah bisa terbalas segalanya, kecuali dengan.......jazaakallah bil jannah, " semoga Allah mengganti semuanya dengan syurga, semoga bisa kubayar dengan syurga yang Allah beri,

semoga...... .."

Dan untuk semua orang yang membaca tulisan ini,tau gak sih? Ternyata Bapakku itu benar-benar MENAKJUBKAN.

Kelak setelah aku selesai ngumpulkan duit di negeri jahannam ini aku ingin kuliah ..kupersembahkan untukmu..hanya untukmu pak..!!



“ Bapakku dengarlah... .betapa sesungguhnya ku mencintaimu. ..”

beda pola pikir


Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :


- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :
"Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih".
"Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak".

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung :
"Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal
tidak susut".

"Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup."

"Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama".

MORAL CERITA :
Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda.
Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita... pilihan ada di tangan anda.

'Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa'