Rabu, 08 April 2009

ramalan jayabaya


Iki sing dadi tandane zaman kalabendu
1. Lindu ping pitu sedina
2. Lemah Lemah bengkah
3. Manungsa pating galuruh, akeh kang nandang lara
4. Pagebluk rupa-rupa
5. Mung setitik sing mari akeh-akehe pada mati

Zaman kalabendu iku wiwit yen,

1. Wis ana kreta mlaku tanpa jaran
2. Tanah jawa kalungan wesi
3. Prau mlaku ing nduwur awang-awang
4. Kali ilang kedunge
5. Pasar ilang kumandange
6. Wong nemoni wolak-walik ing zaman
7. Jaran doyan sambel
8. Wong wadon menganggo lanang


Zaman kalabendu iku koyo-koyo zaman kasukan, zaman kanikmatan donya, nanging zaman iku sabenere zaman ajur lan bubrahing donya.

1. Mulane akeh bapak lali anak
2. Akeh anak wani ngalawan ibu lan nantang bapak
3. Sedulur pada cidro cinidro
4. Wong wadon ilang kawirangane, wong lanang ilang kaprawirane
5. Akeh wong lanang ora duwe bojo
6. Akeh wong wadon ora setia karo bojone
7. Akeh ibu pada ngedol anake
8. Akeh wong wadon ngedol awake
9. Akeh wong ijol bojo
10. Akeh udan salah mangsa
11. Akeh prawan tuwa
12. Akeh randa ngalairake anak
13. Akeh jabang bayi nggoleki bapake
14. Wong wodan ngalamar wong lanang
15. Wong lanang ngasorake, drajate dewe
16. Akeh bocah kowar
17. Randa murah regane
18. Randa ajine mung sak sen loro
19. Prawan rong sen loro
20. Dudo pincang payu sangang wong

Zamane zaman edan
1. Wong wadon nunggang jaran
2. Wong lanang lungguh plengki
3. Wong bener tenger-tenger
4. Wong salah bungah-bungah
5. Wong apik ditampik-tampik
6. Wong bejat munggah pangkat
7. Akeh ndandhang diunekake kuntul
8. Wong salah dianggap benerr
9. Wong lugu kebelenggu
10. Wong mulya dikunjara
11. Sing culika mulya, sing jujur kojur
12. Para laku dagang akeh sing keplanggrang
13. Wong main akeh sing ndadi
14. Linak lija lingga lica, lali anak lali baja, lali tangga lali kanca
15. Duwit lan kringet mug dadi wolak-walik kertu
16. Kertu gede dibukake, ngguyu pating cekakak
17. Ning mulih main kantonge kempes
18. Krungu bojo lan anak nangis ora di rewes


Abote kaya ngapa sa bisa-bisane aja nganti wong kelut,keliring zaman kalabendu iku.

Amargo zaman iku bakal sirna lan gantine joiku zaman ratu adil, zaman kamulyan. Mula sing tatag, sing tabah, sing kukuh, jo kepranan ombyak ing zaman Entenana zamane kamulyan zamaning ratu adil.PIYE HOROHHH......

Selasa, 07 April 2009

sederhana bukan berarti miskin


Sebenarnya ada banyak pelajaran dari krisis keuangan yang bisa kita ambil dalam pengelolaan keuangan individu dan rumah tangga. Misalnya, pernahkah Anda mencoba menghitung keuangan pribadi Anda? Berapa banyak utang (atau cicilan utang) yang harus dibayar dibandingkan dengan pendapatan bersih yang Anda peroleh? Apakah Anda yakin bahwa utang bisa Anda kelola tanpa mengganggu kehidupan Anda?

Jujur saja, melihat situasi belakangan ini sering membuat saya kuatir. Promosi kredit dilepas secara jor-joran. Orang bisa mengambil motor baru tanpa uang muka. Mobil juga bisa dibawa pulang hanya dengan DP beberapa juta rupiah saja. Belum lagi bila menghitung proses credit scoring yang sering diabaikan hanya demi mengejar target. Lebih parah lagi, kredit tersebut digunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumsi, bukan untuk aktivitas produktif.

Saya pernah takjub melihat kernet bus mengantongi ponsel canggih berkamera, sementara salah satu eksekutif perusahaan terkemuka di Indonesia masih menggunakan ponsel lama sebesar batu bata. Saya juga geleng-geleng kepala melihat ada karyawan memaksakan diri mengambil kredit mobil BMW sementara bosnya hanya bermobil Corolla lawas. Agaknya ada yang salah dengan masyarakat kita dalam membedakan antara mana yang diinginkan dan mana yang diperlukan.

Daripada memaksakan diri untuk terlihat luar biasa, mengapa tak mencoba tampil sederhana dan apa adanya? Menurut saya, jauh lebih baik terlihat biasa-biasa saja daripada terlihat kaya (padahal sebenarnya tak punya apa-apa).Sederhana bukan berarti miskin bukan ,tokh kita juga tidak akan terbebani bila sewaktu-waktu kita benar-benar bangkrut.Why,soalnya semanjak dulu penampilan kita emang biasa2 saja.RENDAH HATI TIDAK AKAN MERENDAHKAN HARGA DIRI KITA.

Minggu, 05 April 2009

rosululloh miskin???......noway!!!



Inilah kelemahan umat Islam yang lebih memahami keberadaan Muhammad SAW secara parsial. Sejarah membuktikan bahwa sesungguhnya Rasulullah adalah seorang pebisnis ulung.

Ayahnya wafat saat dalam kandungan dan ibunya juga wafat saat usianya masih balita. Di usia 7 tahun beliau memulai berbisnis dengan usaha manajemen (menggembalakan) kambing milik para investor (kabilah). Lima tahun kemudian beliau memulai perjalanan bisnisnya ke Negeri Syam yang berjarak lebih dari 1.000 km dari tempat tinggal beliau. Dari pengalaman menjual barang-barang dagangan para khalifah tersebut, beliau boleh dibilang sukses. Etos kerja yang kian tinggi serta kredibilitas (Al-Amin) beliau menjadikannya pebisnis yang (hampir) selalu beruntung. Hal itu menyebabkan banyak investor (pemimpin kabilah) yang kemudian menitipkan uangnya kepada Rasulullah.

Pada usia 20an, beliau menikah dengan sesama pebisnis, Siti Khadijah, yang juga dikenal cukup sukses. Mahar kawin yang beliau serahkan adalah 20 ekor unta (saya agak lupa, mungkin sekitar 20-25). Kalau dimisalkan 1 ekor unta senilai Rp 10 juta, maka mahar beliau saat itu sekitar Rp 200 juta. Jaman sekarang pun amat sangat jarang ditemukan pemuda yang menikah dengan mahar sebesar Rp 200 juta. Apalagi, kalau diumpamakan bahwa unta saat itu senilai dengan sebuah mobil, maka mahar yang beliau berikan setara dengan 20 mobil. Sungguh hebat.

Hanya saja, kemudian Rasulullah memang memberikan hartanya untuk kepentingan umat. Konon, setiap tahunnya beliau malah menyumbangkan tak kurang dari 600 ekor unta. Rasulullah adalah seorang yang kaya raya. Hanya saja, kekayaan yang diraihnya betul-betul melalui jalan yang halal dan ridho. Beliau juga senantiasa menjaga kredibilitas dan menyalurkan kembali kekayaan beliau sebagai jalan penolong bagi orang-orang yang lemah di sekitarnya.

Jadi, siapa bilang miskin dan melarat itu mencontoh Rasulullah?

lelaki dalam kacamata djawa



Pan iku wus karseng Widhi
dene kang mangka marganya
ananya wiji janmane
apan aneng janma priya
karan uga tyang lanang
lanang lana tegesipun
langgeng ingkang hisi gesang

Tulisan di atas adalah penggalan salah satu bait tembang Asmarandana. Tulisan tersebut ditulis dalam bahasa Jawa Kawi—-yang konon katanya digunakan oleh leluhur bangsa Jawa sebelum abad ke 17. Saat ini relatif tidak banyak orang yang memahami bahasa tersebut. Selain orang-orang yang memang memiliki spesialisasi di bidang itu, bahasa Jawa Kawi mungkin terhenti sampai dua-tiga generasi sebelum generasi kita sekarang.

Yang jelas, setelah membaca tulisan tersebut saya baru tahu bahwa ternyata lanang (laki-laki) memiliki arti khusus, yaitu langgeng ingkang hisi gesang atau suatu sifat yang berhak menerima aliran daya kehidupan. Bila ditelusur dari bait-bait sebelum dan sesudahnya, tulisan tersebut hendak mengatakan bahwa sudah menjadi kehendak Tuhan bila kaum laki-laki diciptakan “lebih”, yaitu menjadi perantara terjadinya sifat bakal manusia.
Walau dianggap lebih, bait-bait Asmarandana juga mengingatkan agar kaum laki-laki tidak berbesar hati dan merasa kuasa, karena pada hakekatnya mereka hanya menjadi perantara saja. Di sisi lain, perempuan juga memegang peranan penting karena menerima “biji” yang dibawa laki-laki dan memeliharanya sedemikian hingga sampai biji tersebut tumbuh menjadi manusia yang utuh. Secara menakjubkan bait-bait tersebut menceritakan mulai dari bagaimana air sari pati makanan bisa berubah menjadi makhluk yang sempurna.

Dalam lembaran yang lain, saya juga menemukan potongan bait yang menarik dari tembang Sinom.

mangkya nggonya jejodohan
si wedus tan beda pitik
nyatanira mung sajuga
kang kara jodonireki
dene katon tan siji
iku mungguring tinggal manus
sarta katonnya kutah
salir wadon dyan sinabi
apan iku mung weruhing janma

Dalam bait tersebut digambarkan bahwa kambing dan ayam adalah sama saja—-suka bercinta dengan banyak betina. Mereka tidak pernah membeda-bedakan. Asalkan betina—-entah itu saudara, ibu, nenek, tetangga, atau lainnya—-langsung disikat. Di bait-bait sesudahnya digambarkan pula sapi yang cenderung hanya bercinta pada satu pasangan saja. Selain terbukti lebih sehat, sapi juga dianggap lebih bisa memberi manfaat—-mulai dari daging, susu, kulit, hingga tenaganya.

Pelajaran yang bisa dipetik adalah bercinta dengan begitu banyak lawan jenis (baca: serakah) seperti kambing atau ayam mungkin bisa mendatangkan kebahagian, tetapi tidak akan menyamai kebahagiaan yang diperoleh dari kesetiaan terhadap satu pasangan saja seperti halnya sapi. Tembang tersebut mengibaratkannya dengan seorang pemabuk yang belum mendapatkan minuman. Ketentraman hatinya hanya akan diperoleh bila ia berdekatan dengan minuman keras. Padahal, nafsu hewani semacam itu tidak dapat diduga akibatnya. Selain membuat badani rusak, perasaaan tidak tetap, hati pun bisa menjadi kabur.

Menariknya, bukutersebut tertemukan sudah dalam keadaan sangat memrihatinkan. Kumal, penuh lipatan, sebagian sudah robek, dengan sampul yang lenyap entah kemana. Ajaibnya lagi, buku setebal sekitar 300 halaman itu tidak ditulis oleh bangsa kita sendiri, melainkan oleh Mariendals Boktrykkeri A.s. Gjøvik, Norway. Opo tumon? :)

Jumat, 03 April 2009

obat ngganteng lagi

jatilan masuk korea


coba kalau "ndadi" gimana ?orang korea yang nonton sangat kagum dengan budaya kita.itu baru jatilan saja ,ntarkalau satu set gamelan sama wayang orang dihadirkan ...bisa geger mereka untuk minta dilatih...we ke kek kekkk.

Rabu, 01 April 2009

minum air cucian kaki mbak mega bikin sugerr``