Sabtu, 10 Juli 2010

amarah di segenggam nasi



Sampai sekarang saya tak akan pernah melupakan kejadian minggu awal-awal tinggal di Korea Selatan.Hari itu saya dimaki habis-habisan gara-gara nasi,membawa kebiasaan hidup di Indonesia.Segala rupa sumpah serapah dan wujud muka yg menyeramkan berhamburan bersama percik ludah keluar dari mulutnya yang berbusa busa berceramah tiada habisnya.Saya ingat betul wajahnya yang merah,otot wajah yang bersembulan menegang dan matanya seperti hendak meloncat.Karena nasi basi yang saya buang kemarin.

Segenggam nasi yang saya masak bersisa segenggam,apa boleh buat harus dibuang.Tapi itulah awal petaka keesokan harinya,rupanya membuang nasi adalah larangan keras di negeri ini.Sekaligus saya harus mengulang lagi kajian tentang nasi yang pernah diajarkan nabi,justru orang Korealah yang mendidik dengan keras bagaimana menghargai sebutir nasi.Hari-hari berikutnya saya lebih seksama memperhatikan 'hankukin' (sebutan utk orang korea) sedang makan.

Mereka makan tidak tergesa gesa dan terlihat menikmati makanan yang dihidangkan,saya jarang melihat mereka mencela,menggerutu hidangan selagi makan.Yang membuat saya takjub adalah ternyata mereka benar benar menghabiskan nasi di mangkuk,meski makan menggunakan sumpit.Termasuk semangkuk sayur beserta kuahnya di 'kokop' habis.Dan terakhir pasti akan mengucapkan terimakasih dengan bahasa 'kromo inggil' kepada juru masaknya,mulai dari pekerja rendahan macam saya hingga bos.

Oh iya,saat jam makan antara bos dan pekerja berkedudukan sama,bos makan makanan yang sama dengan seluruh anak buahnya dan bila datang belakangan dia akan antri paling belakang,lalu duduk berbaur dengan pekerja,sangat egaliter.Anda tahu, siapa bos di ruang makan? Koki,juru masaklah sang penguasa saat jam makan.Bos beserta stafnya menghormati sang juru masak dan mengucapkan terimakasih setelah semua makan dihabiskan ,tak peduli enak atau tidak.Ini berbeda dengan pekerja Indonesia termasuk saya yang hampir pasti memasang wajah 'sengak' bila masakan tak berselera.

Saya jadi ingat sabda nabi SAW yang menyuruh kita untuk menghabiskan seluruh nasi hingga tak tersisa,termasuk membabat butiran nasi yang menempel di jari,beliau bilang pada setiap makan yang kita makan Alloh meletakkan barokah pada butiran nasi,hanya pada nasi yg mana dan cirinya apa tak disebutkan.Kita hanya diperintah untuk menghabiskan nasi karena tak tahu di nasi yang mana Alloh meletakkan barokahNya.Bahkan beliau juga memerintahkan untuk mengambil makan yang jatuh,membersihkan dan membuang yang kotor lalu memakan yang bisa dibersihkan,sebagai tanda syukur kepada Alloh.

Coba bayangkan bagaimana nasi bisa sampai di tangan kita.Coba sekali kali mainlah ke sawah. Di sawah anda bisa melihat perjuangan para petani mulai dari membajak, menanam padi serta merawatnya hingga masa panen tiba. Kemudian menjemur dan membawa padi ke selepan dijadikan beras. Ke pasar anda bisa melihat perjuangan para kuli angkut beras. Akhirnya sampai juga ke tangan kita."Apa tujuan kamu bekerja kalau bukan demi nasi ini?" kata manager saya diantara sela sela amarahnya.

Menghargai nasi berarti menghargai petani,para pekerja yang mendistribusikan beras..juga menghargai keringat kita sendiri.

"Sebutir nasi adalah butiran keringat bapak, sudah sepantasnya saya harus menghabiskan seluruh nasi untuk menghargai bapak dan berterimakasih karena telah bekerja keras menghadirkan nasi di piring Bimo," demikian Bimo beralasan tentang nasi yang selalu dihabiskannya.Saya yakin ibunyalah yang telah mengajarkan akhlak itu pada anak kami.Subhanalloh..

Menghabiskan seluruh makanan bukanlah sifat orang yang rakus,tapi orang yang mengerti bagaimana bersyukur pada pemberi nasi dan Sang Pemberi Rizki.Dengan bersyukur insyaAlloh akan ditambah nikmat kita.Sebaliknya bila menyianyiakan makanan maka bersiaplah untuk kekurangan rizki dan barokah Alloh.Maka masaklah secukupnya,ambil makan sekiranya bisa termakan hingga habis,anda tentu bisa mengira sendiri.

Ada kebiasaan orang orang demi tidak dianggap rakus, dalam acara pesta pernikahan maupun pengajian seringkali menyisakan nasi di piringnya. Padahal masakan enak dan bersih. Memprihatinkan sekali. Semoga di masa datang kebiasaan ini bisa dihentikan.Mungkinkah keterpurukan bangsa kita karena kebiasaan buruk ini,karena tak menghargai nasi? Masak kalah dengan orang Korea yg tak pernah mendapat pengajaran adab makan dari nabi tapi malah dengan sempurna mempraktekkan adab makan Sang Nabi?

bimomukti the snowman seoul,south korea