Jumat, 03 Desember 2010

Tahapan Belajar Anak


Si kecil menyerap informasi seperti spons. Dia senang menggambar dan membuka buku cerita. Wah, pokoknya Anda dengan berbunga-bunga bercerita tentang si kecil saat berkumpul dengan ibu-ibu lain.Lalu Anda pun bertanya-tanya, sudah saatnyakah dia dimasukkan ke sekolah? Apa sajakah yang perlu dipertimbangkan bila dia memasuki dunia sekolah?

1. Kemandirian dan Tanggung Jawab

Pada acara keluarga, Anda dengan bangga melirik pada si kecil yang --meskipun belum bersekolah—sudah terampil mencoret-coret kertas bersama sepupu-sepupunya yang lebih besar, dan di saat makan, dia makan sendiri tanpa disuapi.

Anda pun membayangkan, jika masuk sekolah, si kecil tentu akan dengan mudah mengikuti kegiatan kelas. Ya, Anda benar, perilaku balita seperti itu menunjukkan bahwa independensi atau kemandiriannya berkembang dengan baik. Ahli psikologi anak, Erik Erikson, mengatakan bahwa independensi adalah isu yang penting pada anak yang usia dua tahun. Independensi ini memungkinkan kemampuan motor dan mentalnya berkembang. Jadi anak tak hanya berjalan, tetapi juga memanjat, membuka dan menutup, menjatuhkan barang, menarik, mendorong, menahan dan melepas. Dia merasa bangga dengan pencapaian baru itu, dan selalu ingin mencoba yang baru.

Bila Anda bereaksi berlebihan atau negatif bila dia mengompol, menumpahkan air atau memecahkan sesuatu, maka –menurut Erikson—dalam dirinya akan terbentuk rasa malu. Perkembangan independensi ini akan memberinya keberanian untuk memikul tanggung jawab.

Berikut ini adalah ceklis dari Hopkins Welcoming Schools Program untuk menentukan kesiapan anakbersekolah di usia 36 bulan dalam hal kemandirian. Anda bisa memakai ceklis ini untuk mengecek sampai sejauh mana kemampuan anak Anda dan apa harus Anda lakukan:

• Anak saya bisa : Menggunakan sendok tanpa jatuh.
Saya bisa mengajarkannya dengan : Membiarkannya makan sendiri dengan sendok, dan bersabar.Alat bantu yang saya perlukan: Sendok kecil

• Anak saya bisa: Memakai baju dan celana.
Saya bisa mengajarkannya dengan: Membiarkannya memakai baju dan celana sendiri , dan bersabar. Alat bantu yang saya perlukan: Waktu yang cukup untuk membiarkan anak berpakaian, kotak berisi pakaian yang akan dipakai.

• Anak saya bisa: Mendorong mainan beroda tanpa menabrak.
Saya bisa mengajarkannya dengan: Membiarkannya mendorong mainannya dan menyingkirkan halangan-halangan.Alat bantu yang saya perlukan: Benda beroda.

• Anak saya bisa: Bergiliran.
Saya bisa mengajarkannya dengan: Berguling ke depan dan belakang, bergiliran dengan buku, pura-pura mengaduk kue.Alat bantu yang saya perlukan: Waktu untuk bermain dengan anak.
(Sumber: Hopkins Welcoming Schools Program)

Di samping itu, ada pula metode Montessori yang bisa Anda terapkan di rumah. Metode Montessori sangat menekankan pada kemandirian dan tanggung jawab melalui latihan praktis sehari-hari. Jadi di rumah, Anda dapat melibatkan dia dalam kegiatan sederhana sehari-hari, misalnya, membuka dan menutup laci, menuang beras, membersihkan debu tipis di meja, membawa mainannya, melipat serbet, menata meja, mencuci peralatan makan, dan sebagainya.

Kemandirian yang berkembang baik akan membuat anak mudah mengikuti program sekolah yang terstruktur.

2. Keterampilan Motorik

Mungkin Anda ingat, ketika anak Anda masih bayi dulu, Anda dengan sengaja meletakkan telunjuk Anda di telapak tangannya agar digenggamnya, dan Anda memberinya semangat ketika dia tertatih-tatih melangkah. Ya, Anda sudah menyiapkan si kecil untuk memasuki dunia sekolah jauh-jauh hari, mungkin tanpa Anda sadari. Kelak di sekolah, keterampilan motorik itu dipakainya untuk membuka kotak bekal, memakai sepatu, meronce, menggambar, berbaris … sebut saja semua kegiatan yang dilakukan anak dari bel masuk hingga bel keluar.

Ada dua macam keterampilan motorik, yang menggunakan otot halus (seperti memegang mainan dan menggambar), dan yang menggunakan otot besar (seperti menangkap bola dan tengkurap).

Perkembangan motorik adalah sesuatu yang alami. Anak sudah mempunyai timetable kapan berguling, merangkak, ataupun berjalan. Kita tak perlu menggulingkan tubuhnya supaya dia tengkurap, atau memaksanya berdiri pada saat dia masih senang merangkak. Tindakan yang memaksa akan membuat anak kehilangan daya eksplorasi terhadap tubuh yang tengah berlangsung.

Usia tiga tahun adalah usia yang teraktif di dalam rentang kehidupan manusia. Anak terus bergerak ketika nonton TV, makan, bahkan saat tidur. Pada tahap usia tiga tahun ini anak bangga dan menikmati gerakan sederhana, seperti melompat dan berlari.

Pada usia 4 tahun anak masih menyukai aktivitas itu, tetapi ia lebih berpetualang lagi. Misalnya, melompat-lompat tidak dengan kedua kaki, tetapi dengan satu kaki. Pada usia lima tahun, anak lebih ingin mencoba yang lebih sulit lagi. Misalnya, memanjat segala hal yang bisa dipanjat.

Dalam hal motorik halus, pada usia tiga tahun anak dapat mengambil benda-benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk, tetapi masih canggung. Di usia ini anak juga sudah dapat menyusun balok yang perlu konsentrasi tinggi pada setiap tahap, meski hasilnya tidak selalu lurus. Anak di usia ini sudah dapat bermain jigsaw puzzle, tetapi belum bisa memasukkannya dengan tepat. Seringkali ia perlu mendorong agar suatu keping bisa masuk pas ke dalam bagian yang berlubang.

Pada usia 4 tahun koordinasi motorik halusnya sudah meningkat baik dan menjadi lebih pasti. Kadang-kadang anak usia 4 tahun kesulitan menyusun balok, karena keinginan untuk cepat-cepat selesai malah membuat balok yang tersusun jadi rusak.

Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halusnya jauh meningkat. Tangan, lengan dan tubuh bergerak bersama dengan harmonis. Menyusun balok sederhana tidak lagi menantang, tetapi yang lebih rumit seperti rumah atau istana.

Mungkin anak Anda belum sampai di tahap perkembangan motorik yang disebutkan di atas, mungkin juga melebihi. Yang terpenting adalah fasilitasi perkembangan motoriknya – tetapi jangan memaksa. Isu penting di area motorik bukanlah bagaimana anak itu berkembang lebih cepat daripada yang lain, namun bagaimana dia menggunakan keterampilan yang dimilikinya dan apakah ada peningkatan dalam menggunakan keterampilan itu.

Oh ya, Anda tak perlu membedakan motorik anak laki dan perempuan. Anak perempuan juga perlu tubuh yang kuat dan terlatih, seperti halnya anak laki. Jadi apakah dia laki atau perempuan, biarkan dia bermain lari-larian dan melompat.

3. Kognisi

“Lihat ikan yang kuning itu makan dengan lahap. Wah yang hitam bersembunyi di balik pohon,” kata seorang guru kepada beberapa anak berumur tiga tahun yang sedang berdiri di depan akuarium.

Hari itu mereka belajar tentang warna, dengan media ikan di akuarium. Dengan cara itu terjadilah proses kognisi di otak anak. Anak mengumpulkan informasi, mengorganisasinya, dan akhirnya menggunakannya.

Itulah yang terjadi pada anak usia 2 hingga 4 tahun. Mereka mengkonstruksi pengetahuan – membangun informasi berdasarkan pengalaman. Kemampuan itu, menurut Piaget dan Vygotsky, diperoleh karena mereka sudah siap – sebelumnya sudah ada keterampilan untuk menyerap pelajaran baru itu. Kedua ahli itu juga percaya bahwa bermain merupakan peluang untuk mempelajari dan mempraktikkan keterampilan baru; bahasa adalah signifikan bagi perkembangan kognitif; dan kognisi itu dipengaruhi oleh nature (dibawa sejak lahir) dan nurture (pengasuhan/lingkungan).

Pada anak usia 2 hingga 4 tahun anak dapat membayangkan objek yang tidak hadir. Mereka bisa mencoret-coret sosok yang mereka anggap sebagai orang, mobil, dan sebagainya. Tetapi mereka tidak terlalu peduli terhadap realitas. Jadi matahari bisa berwarna biru, atau mobil terbang di awan.

Pada tahap ini mereka tidak dapat membedakan perspektif diri sendiri dan orang lain. Pernah kan anak Anda menerima telepon tetapi hanya mengangguk, tak bersuara? Ini adalah yang disebut sebagai egosentrisme oleh Piaget, seorang ahli perkembangan anak. Anak tak dapat membedakan antara perspektif dirinya dan orang yang menelepon. Dia menganggap orang yang menelepon mengerti anggukannya.

Pada usia tahap prasekolah, bahasa anak berkembang pesat. Usia 24 bulan dia sudah bisa menggunakan frase dua kata, bukan lagi bahasa bayi. Pada usia 30 bulan, dia belajar kata-kata baru hampir setiap hari, menggabungkan tiga atau lebih kata, memahami ucapan orang lain dengan sangat baik, dan membuat kesalahan gramatikal. Pada usia 36 bulan, dia sudah menguasai 1.000 kata, dan kadang-kadang membuat kesalahan tata bahasa. Di usia 6 tahun kelak, dia akan menguasai 8.000 hingga 14.000 kata. Bila dia belajar kata sejak usia satu tahun, berarti selama tahap prasekolah, rata-rata dia menguasai 22 kata baru sehari!

Tak perlu cemas bila perkembangan kognitif anak Anda belum seperti anak lain. Anak Anda akan berkembang normal bila Anda memberinya rasa nyaman. Menurut Gonzalez-Mena & Eyer, rasa nyaman menjadi syarat untuk meningkatkan perkembangan kognitif. Anak yang kebutuhannya terpenuhi akan merasa nyaman, dan hal ini membuatnya percaya diri untuk mengeksplorasi. Dengan eksplorasi terus-menerus berkembanglah kognisinya.

Sebaiknya anak melakukan pemecahan masalah bersama teman. Seperti dikatakan Piaget dan Vygotsky, interaksi –dengan objek dan teman, terutama yang sebaya- dapat meningkatkan perkembangan kognitif.

Gonzalez-Mena & Eyer mengingatkan agar kita tidak memakai konsep akademik dalam memperkenalkan anak pada suatu konsep. Contohnya adalah suasana kelas di atas. Guru menunjukkan bahwa di akuarium ada ikan berwarna kuning yang sedang makan, dan ikan warna hitam yang sedang bersembunyi. Pengalaman itu tentu lebih tertanam di benak anak.

sumber dari mbah google