Kamis, 30 Juni 2011

Pandawa Samrat

Alkisah, setelah Pandawa berhasil membuka hutan Wanamarta dan berhasil mendirikan negara Amarta atau Indraprastha. Sebagai tanda syukur lepada Tuhan mereka menyelenggarakan sesaji Raja Suya. Yaitu statu selamatan yang harus dihadiri 100 raja. Pada saat yang sama Jarasanda juga mengadakan upacara, sesaji ludra. Sesaji itu ditujukan pada Bethara Kala. Namun sesaji itu sesat. Karena yang harus dipersembahan kepada Bethara Kala adalah berupa bekakak panggang dari 100 raja.

Jarasanda dari Magada sudah berhasil mengalahkan dan menangkap 97 raja untuk dijadikan persembahan. Sehingga hanya tinggal 3 raja lagi yang masih perlu ditaklukkan. Yaitu raja Dwarawati Sri Kresna, raja Madura Sri Baladewa, dan raja Amarta pura Puntodewa. Tentu saja ketiganya melawan. Mereka menyamar menjadi Brahmana, masuk ke istana Jalatanda lewat pintu belakang. Jarasanda dinasihati ketika Pendawa itu, namun menolak. Terjadilah perang antara Pendawa dan Jarasanda. Jarasanda berhasil dibunuh oleh Bima.

Sehingga ke sembilan puluh tujuh raja yang ditawan dapat dibebaskan . Mereka dijadikan Sumitra kerajaan Pendawa. Suatu ketika diadakanlah Pandawa Samrat di kerajaan Indraprasta. Pandawa Samrat adalah pertemuan pengangkatan Pandawa menjadi pemimpin di kerajaan-kerajaan yang ada di sekitarnya. Pada pertemuan itu, pihak Pandawa sebagai tuan rumah meminta Resi Bisma yang tertua di antara hadirin sebagai juru bicara merangkap sebagai ketua upacara. Tapi Bisma sendiri sebagai resi melimpahkannya kepada Sri Kresna. Bisma tahu, Kresna adalah titisan Wisnu. Tentu kebijaksanaannya melebihi seorang resi. Pendapat Bisma ini didukung oleh Baladewa, Drupada, dan Widura yang juga mengetahui tenang diri Kresna.

Akhirnya semua undangan mendukung Kresna memegang jabatan sebagai ketua upacara. Tiba-tiba Supala bangkit berdiri dan berbicara dengan suara lantang, “Saya tidak setuju! Dia masih muda. Banyak yang lebih pintar bicara dan lebih terhormat di sini.” Supala memberi alasan seperti itu untuk menutupi bahwa sebenarnya ia mendendam pada Sri Kresna. “Supala, aneh kedengarannya. Ingat, suara terbanyak memilih Sri Kresna menjadi ketua,” kata Resi Bisma. “Pokoknya saya tidak setuju. Saya juga tahu bahwa rajasuya ini pun merupakan rencana Kresna …,” kata Supala lagi. “supala, kamu bicara seenaknya. Kalau tidak setuju, boleh keluar. Pergi sebelum kupatahkan lehermu!” “Saya bebas mengeluarkan pendapat. Saya tidak ingin Kresna menjadi ketua pertemuan,” bantah Supala.


Akhirnya Kresna bangkit berdiri dan berkata dengan suara yang dalam, “Supala, kau telah menghinaku di depan umum.” “Memang. Bahkan lebih banyak, lebih baik bagiku….” Balas Supala. “Penghinaanmu itu harus kau pertanggungjawabkan. Kita sama-sama ksatria.” “Aku tak akan undur Kresna. Aku siap menanggung apa yang kuucapkan.” Baladewa terkejut mendengar kata-kata Supala. Ia teringat akan sumpah Kresna waktu masih muda di hadapan orang tua Supala. “Baik Supala, mari kita keluar untuk menyelesaikan secara ksatria,” kata Kresna. “Aku ladeni. Akan kutunjukkan Supala tak takut pada Sri Kresna yang terkenal digjaya.”

Kedua ksatria ini sebetulnya masih saudara misan. Tapi Supala bukan tandingan Kresna. Semua kesaktian Supala luluh dihadapan Kresna , tetapi Supala tetap keras kepala. Ia tetap melawan secara nekad walaupun sudah jungkir balik. Akhirnya Supala tewas di tangan Kresna.

Begitulah takdir yang sudah diduga Baladewa bahwa Supala akan mati di tangan seorang titisan Wisnu, yang sekaligus juga sebagai orang yang menyembuhkannya dari cacat lahirnya saat ia masih sangat muda.

tancep kayon.

Artikel ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/07/20/pandawa-samrat-2/

Minggu, 26 Juni 2011

gatotkaca


Gatotkaca, terkenal sebagai ksatria perkasa berotot kawat bertulang besi. Ia adalah anak Bima, ibunya bernama Dewi Arimbi. Dalam pewayangan, Gatotkaca adalah seorang raja muda di Pringgadani, yang rakyatnya hampir seluruhnya terdiri atas bangsa raksasa. Negeri ini diwarisinya dari ibunya. Sebelum itu, kakak ibunya yang bernama Arimba, menjadi raja di negeri itu. Sebagai raja muda di Pringgadani, Gatotkaca banyak dibantu oleh patihnya, Brajamusti, adik Arimbi.

Begitu lahir di dunia, Gatotkaca telah membuat huru-hara. Tali pusarnya tidak dapat diputus. Berbagai macam pisau dan senjata tak mampu memotong tali pusar itu. Akhirnya keluarga Pandawa sepakat menugasi Arjuna mencari senjata ampuh untuk keperluan itu. Sementara itu para dewa pun tahu peristiwa itu. Untuk menolongnya Batara Guru mengutus Batara Narada turun ke bumi membawa senjata pemotong tali pusar Gatotkaca. Namun Batara Narada membuat kekeliruan.

Senjata, yang bernama Kunta Wijayandanu, itu bukan diserahkan pada Arjuna, me-lainkan pada Karna yang wajah dan penampilannya mirip Arjuna. Untuk memperoleh senjata pemberian dewa itu Arjuna terpaksa mencoba merebutnya dari tangan Karna. Usahanya ini tak berhasil. Arjuna hanya dapat merebut sarung (warangka) senjata sakti itu. Sedangkan bilah senjata Kunta tetap dilarikan Karna. Untunglah ternyata sarung Kunta itu pun dapat digu-nakan memotong tali pusar Gatotkaca. Namun, begitu tali pusar itu putus, warangka Kunta langsung melesat masuk ke dalam pusar bayi itu.

Setelah tali pusarnya putus, atas izin Bima dan keluarga Pandawa lainnya, Gatotkaca dibawa Batara Narada ke Kahyangan untuk meng-hadapi Kala Sakipu dan Kala Pracona yang mengamuk. Mula-mula Bima dan Dewi Arimbi tidak merelakan anaknya yang baru lahir itu dibawa Narada. Namun, setelah dewa itu menjelaskan bahwa me-nurut ramalan para dewa, Kala Sakipu dan Kala Pracona memang hanya dikalahkan oleh bayi yang di-namakan Tutuka itu, Bima dan Arimbi mengizinkan.

Di kahyangan, Bayi Tutuka langsung ditaruh dihadapan kedua raksasa sakti itu. Kala Sakipu langsung memungut bayi itu dan mengunyahnya, tetapi ternyata Tutuka bukan bayi biasa. Tubuhnya tetap utuh, walaupun raksasa itu mengunyah kuat-kuat.

Karena kesal, bayi itu dibantingnya sekuat tenaga ke tanah. Tutuka pingsan.

Setelah ditinggal pergi kedua raksasa itu, Bayi Tutuka diambil olah Batara Narada, dan dimasukkan ke Kawah Candradimuka.

Di sini Gatotkaca digembleng oleh Empu Batara Anggajali. Setelah penggemblengan selesai, begitu muncul kembali dari Kawah Candradimuka, bayi itu sudah berubah ujud menjadi ksatria muda yang perkasa. Ia mengenakan Caping Basunanda, penutup kepala gaib, yang menyebabkannya tidak akan kehujanan dan tidak pula kepanasan. Ia juga mengenakan terompah Padakacarma yang jika digunakan menendang, musuhnya akan mati.

Para dewa lalu menyuruhnya berkelahi melawan bala tentara raksasa pimpinan Prabu Kala Pracona dan Patih Kala Sakipu lagi. Gatotkaca ternyata sanggup menunaikan tugas itu dengan baik. Kala Pracona dan Kala Sakipu dapat dibunuhnya.

Dalam pewayangan Gatotkaca mempunyai tiga orang istri. Istri pertamanya Dewi Pregiwa, anak Arjuna. Istrinya yang kedua Dewi Sumpani, dan yang ketiga Dewi Suryawati, putri Batara Surya. Dari perkawinan dengan Pergiwa, Gatotkaca mendapat seorang anak bernama Sasikirana. Dengan Dewi Sumpani ia mempunyai anak bernama Arya Jayasumpena. Sedangkan Suryakaca adalah anaknya dari Dewi Suryawati.
Pementasan Wayang orang berlakon Gatotkaca, diambil dari http://tokohwayang.wordpress.com/2009/11/08/gatotkaca-2/

Dalam Baratayuda Gatotkaca diangkat menjadi senapati dan gugur pada hari ke-15 oleh senjata Kunta yang dilemparkan Karna. Senjata Kunta Wijayandanu itu melesat menembus perut Gatotkaca melalui pusarnya dan masuk ke dalam warangkanya. Saat berhadapan dengan Adipati Karna sebenarnya Gatotkaca sudah tahu akan bahaya yang mengancam jiwanya. Karena itu ketika Karna melemparkan senjata Kunta, ia terbang amat tinggi. Namun senjata sakti itu terus saja memburunya, sehingga akhirnya Gatotkaca gugur. Ketika jatuh ke bumi, Gatotkaca berusaha agar jatuh tepat pada tubuh Adipati Karna, tetapi senapati Kurawa itu waspada dan cepat melompat menghindar sehingga yang hancur hanyalah kereta perangnya.

Sebenarnya, sewaktu berhadapan dengan Gatotkaca, Adipati Karna enggan menggunakan senjata Kunta. Ia merencanakan hanya akan menggunakan senjata sakti itu bila nanti berhadapan dengan Arjuna. Namun ketika Prabu Anom Duryudana menyaksikan betapa Gatotkaca telah menimbulkan banyak korban dan kerusakan di pihak Kurawa, ia mendesak agar Karna menggunakan senjata pamungkas itu.

Akibatnya, sesudah Gatotkaca gugur, sebenarnya Karna sudah tidak lagi memiliki senjata sakti yang benar-benar dapat diandalkan.

Sebagai raja muda Pringgadani, Gatotkaca bergelar Prabu Anom Kacanagara. Namun, gelar ini hampir tidak pernah disebut dalam pergelaran wayang. Nama lain Gatotkaca yang lebih terkenal adalah Tutuka, Guritna, Gurubaya, Purbaya, Bimasiwi, Krincingwesi, Arimbiatmaja, dan Bimaputra. Pada Wayang Golek Purwa Sunda, ada lagi nama alias Gatotkaca, yakni Kalananata, Kancingjaya, Trincingwesi, dan Mladangtengah.

Gatotkaca amat sayang pada sepupunya, Abimanyu. Sewaktu Abimanyu hendak menikah dengan Dewi Siti Sundari, Gatotkaca banyak memberikan bantuannya.

Pengangkatan Gatotkaca sebagai penguasa Pringgadani sebenarnya tidak disetujui pamannya, Bra-jadenta. Adik Dewi Arimbi ini menganggap dirinya lebih pantas menduduki jabatan itu, karena ia le-laki, dan anak kandung Prabu Trembaka — raja Pring-gadani terdahulu. Untuk berhasilnya pemberontakan yang dilakukannya Brajadenta minta dukungan Batari Durga dan Kurawa. Namun pemberontakan ini gagal karena Brajadenta ditentang adik-adiknya, terutama Brajamusti. Brajadenta akhirnya mati bersama-sama dengan Brajamusti, ketika mereka berperang tanding. Arwah Brajadenta akhirnya menyusup ke telapak tangan kanan Gatotkaca, sedang arwah Brajamusti di tangan kirinya. Dengan demikian kesaktian Gatotkaca makin bertambah.

Gatotkaca pernah melakukan kesalahan fatal dalam hidupnya. Ia sampai hati membunuh Kalabendana, hanya karena pamannya itu mengatakan pada Dewi Utari bahwa Abimanyu akan menikah lagi dengan Dewi Utari. Padahal Kalabendana adalah pengasuhnya sejak bayi, dan amat menyayangi Gatotkaca.

Menjelang ajalnya, Kalabendana mengatakan bahwa ia tidak mau masuk ke sorga bilamana tidak bersama-sama dengan Gatotkaca. Karena itu, ketika Gatotkaca menghindari senjata Kunta Wijayanda-nu dengan cara terbang setinggi-tingginya, arwah Kalabendana mendorong senjata sakti itu sehingga dapat mencapai pusar putra kesayangan Bima itu.

Beberapa tahun menjelang Baratayuda, Gatotkaca pernah bertindak kurang bijaksana. Ia mengum-pulkan saudara-saudaranya, para putra Pandawa, untuk mengadakan latihan perang di Tegal Kurusetra. Tindakannya ini dilakukan tanpa izin dan pemberita-huan dari para Pandawa.

Baru saja latihan perang itu dimulai, datanglah utusan dari Kerajaan Astina yang dipimpin oleh Dursala, putra Dursasana, yang menuntut agar latihan perang itu segera dihentikan. Gatotkaca dan saudara-saudaranya menolak tuntutan itu. Maka terjadilah perang tanding antara Gatotkaca dengan Dursala.

Pada perang tanding itu Gatotkaca terkena pukulan Aji Gineng yang dimilliki oleh Dursala, sehingga pingsan. Ia segera diamankan oleh saudara-saudaranya, para putra Pandawa. Di tempat yang aman Antareja menyembuhkannya dengan Tirta Amerta yang dimilikinya. Gatotkaca langsung pulih seperti sedia kala. Namun, ia sadar, bahwa kesaktiannya belum bisa mengimbangi Dursala. Selain malu, Gatotkaca saat itu juga tergugah untuk menambah ilmu dan kesaktiannya.

Ia lalu berguru pada Resi Seta, putra Prabu Matswapati dari Wirata. Dari Resi Seta putra Bima itu mendapatkan Aji Narantaka. Setelah menguasai ilmu sakti itu Gatotkaca segera pergi mencari Dursala. Dalam perjalanan ia berjumpa dengan Dewi Sumpani, yang menyatakan keinginannya untuk diperistri. Gatotkaca menjawab, jika mampu menerima hantaman Aji Na rantaka, maka ia bersedia memperistri wanita cantik itu.

Berbagai Lakon yang Melibatkan Gatotkaca

1. Gatotkaca Lair (Lahirnya Gatotkaca)
2. Pregiwa – Pregiwati
3. Gatotkaca Sungging
4. Gatotkaca Sewu
5. Gatotkaca Rebutan Kikis
6. Wahyu Senapati
7. Brajadenta – Brajamusti
8. Kalabendana Lena
9. Gantotkaca Rante
10. Subadra Larung
11. Aji Narantaka
12. Gatotkaca Gugur

Dewi Sumpani ternyata mampu menahan Aji Narantaka. Sesuai janjinya, Gatotkaca lalu memperistri Dewi Sumpani. Dari perkawinan itu mereka kelak mendapat anak yang diberi nama Jayasumpena.

Keinginan Gatotkaca untuk bertemu kembali dengan Dursala akhirnya terlaksana. Dalam pertem-puran yang kedua kalinya ini, dengan Aji Narantaka itu Gatotkaca mengalahkan Dursala.

Meskipun Gatotkaca selalu dilukiskan gagah perkasa, tetapi pecinta wayang pada umumnya tidak menganggapnya memiliki kesaktian yang hebat. Dalam pewayangan, lawan-lawan Gatotkaca biasanya hanyalah raksasa-raksasa biasa, yakni Butaprepat, yang seringkali dibunuhnya dengan cara memuntir kepalanya. Dalam perang melawan raksasa, Gatotkaca selalu bahu membahu dengan Abimanyu. Gatotkaca menyambar dari udara, dan Abimanyu di darat.

Lawan-lawan Gatotkaca yang cukup sakti, hanyalah Prabu Kala Pracona, Patih Kala Sakipu, Boma Narakasura, dan Dursala.

Karena Dewi Arimbi sesungguhnya seorang raseksi (raksasa perempuan), maka dulu Gatotkaca dalam Wayang Kulit Purwa digambarkan berujud raksasa, lengkap dengan taringnya. Namun sejak Susuhunan Paku Buwana II memerintah Kartasura, penampilan peraga wayang Gatotkaca dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa diubah menjadi ksatria tampan dan gagah, dengan wajah mirip Bima. Yang diambil sebagai pola adalah bentuk seni rupa wayang peraga Antareja tetapi diberi praba.

Nama Gatotkaca yang diberikan pada anak Bima ini berarti ‘rambut gelung bundar’. Gatot artinya se-suatu yang berbentuk bundar, sedangkan kata kaca artinya rambut. Nama itu diberikan karena waktu lahir, anak Bima itu telah bergelung rambut bundar di atas kepalanya.

Dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta, tokoh Gatotkaca ditampilkan dalam enam wanda, yakni wanda Kilat, Tatit, Guntur, Panglawung, Gelap, dan Dukun. Pada tahun 1960-an Ir. Sukarno, Presiden RI, menambah lagi dengan tiga wanda ciptaannya, yakni Gatotkaca wanda Guntur Geni, Guntur Prahara, dan Guntur Samodra. Pelaksanaan pembuatan wayang Gatotkaca untuk ketiga wanda itu dilakukan oleh Ki Cerma Saweda dari Surakarta.

Mengenai soal wanda ini, ada sedikit perbedaan antara seni kriya Wayang Kulit Purwa gagrak Surakarta dengan gagrak Yogyakarta. Di Surakarta, wanda-wanda Gatotkaca adalah wanda Tatit yang diciptakan oleh raja Kartasura, Paku Buwana II (1655 Saka atau 1733 Masehi). Bentuk badannya tegap, mukanya tidak terlalu tunduk, bahu belakang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kedudukan bahu depan.

Wanda Kilat diciptakan pada zaman pe-merintahan Paku Buwana I, yakni pada tahun 1627 Saka atau 1705 Masehi. Kedudukan bahu depan dan bahu belakang rata, mukanya agak tunduk tetapi tidak setunduk pada wanda Tatit, pinggangnya lebih ram-ping dan posisinya agak maju, sehingga menampilkan kesan gagah.

Wanda Gelap mempunyai kesan bentuk badan yang lebih kekar dan tegap, bahu belakang lebih tinggi dibandingkan dengan bahu depan, sedangkan mukanya lebih tunduk ke bawah dibandingkan dengan wanda Tatit. Kapan dan oleh siapa wanda ini diciptakan, tidak diketahui dengan jelas.

Gatotkaca wanda Gelap merupakan ciptaan keraton terakhir, yakni pada zaman pemerintahan Paku Buwana IV (1788 – 1820) di Surakarta. Badannya kekar dan kokoh, bahu belakang lebih tinggi dibandingkan bahu depan, dengan muka agak datar. Pinggangnya langsing seperti pada wanda Kilat.

Wanda Guntur, yang diciptakan pada tahun 1578 Saka atau 1656 Masehi, merupakan wanda Gatotkaca yang tertua dalam bentuknya yang kita kenal sekarang ini. Dulu, sebelum diciptakan peraga Gatotkaca wan-da Guntur, Wayang Kulit Purwa menggambarkan ben-tuk Gatotkaca sebagai raksasa, dengan tubuh besar, wajah raksasa, lengkap dengan taringnya.

Dengan pertimbangan bahwa wajah seorang anak tentu tidak jauh beda dengan orang tuanya, Sunan Amangkurat Seda Tegal Arum, raja Mataram, memerintahkan para penatah dan penyungging keraton untuk menciptakan bentuk baru peraga Gatotkaca dengan meninggalkan bentuk raksasa sama sekali.

Tubuh dan wajahnya dipantaskan sebagai anak Bima. Maka terciptalah bentuk baru Gatotkaca yang disebut wanda Guntur itu.

Bentuk badan Gatotkaca wanda Guntur menampilkan kesan kokoh, kuat, dengan bahu depan lebih rendah daripada bagu belakang, seolah mencerminkan sifat andap asor. Wajahnya juga memandang ke bawah, tunduk. Pinggangnya tidak seramping pinggang Gatotkaca wanda Kilat. Secara keseluruhan bentuk tubuh wanda Guntur seolah condong ke depan.

Sumber: bharatayudha.multiply.com (Artikel ini diambil dari http://tokohwayang.wordpress.com/2009/11/08/gatotkaca-2/

Selasa, 21 Juni 2011

karakter punakawan








Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sansekerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa.

Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.

Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.

Petruk adalah tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa, di pihak keturunan/trah Witaradya. Petruk tidak disebutkan dalam kitab Mahabarata. Jadi jelas bahwa kehadirannya dalam dunia pewayangan merupakan gubahan asli Jawa. Di ranah Pasundan, Petruk lebih dikenal dengan nama Dawala atau Udel.

Gareng adalah punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul.

Ki Lurah Bagong adalah nama salah satu tokoh punakawan dalam kisah pewayangan yang berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tokoh ini dikisahkan sebagai anak bungsu Semar. Dalam pewayangan Sunda juga terdapat tokoh panakawan yang identik dengan Bagong, yaitu Cepot atau Astrajingga. Namun bedanya, menurut versi ini, Cepot adalah anak tertua Semar. Dalam wayang banyumasan Bagong lebih dikenal dengan sebutan Bawor.

Sebagai seorang panakawan yang sifatnya menghibur penonton wayang, tokoh Bagong pun dilukiskan dengan ciri-ciri fisik yang mengundang kelucuan. Tubuhnya bulat, matanya lebar, bibirnya tebal dan terkesan memble.

Gaya bicara Bagong terkesan semaunya sendiri. Dibandingkan dengan ketiga panakawan lainnya, yaitu Semar, Gareng, dan Petruk, maka Bagong adalah sosok yang paling lugu dan kurang mengerti tata krama. Meskipun demikian majikannya tetap bisa memaklumi.

Nah APA pekerjaan Sampingan MEreka ???
Gareng-petruk
kedua punakawan ini punya kerjaan yaitu memutar kincir atau kalau orang jawa bilang "kitiran"

semar-gareng
gareng selain berpasangan dengan petruk,.juga berpasangan dengan semar tapi tugasnya beda,.disini tugas semar dan gareng adalah jualan dawet

Kalau Semar Sendiri Masih Mejeng Di Wonogiri Kota Tepatnya di "Taman Selopadi"-Plinteng Semar

Senin, 20 Juni 2011

kepada anjasmara adikku



“Anjasmara, adikku, tetaplah seperti dulu.

Bulanpun lamban dalam angin, abai dalam waktu

Lewat hembusan angin musim panas
kuucapkan selamat datang di salah satu persimpangan surga dan neraka, Korea ! ”



Dan kini kau telah menginjakkan kaki di negeri bedebah 'sipal seki', negeri dimana kau akan mendapat makian yang akan membuat darahmu berdesir menggelegak hingga ubun-ubun. Di negeri ini semua akan terlihat berbeda, adat istiadat, budaya, gaya hidup, perilaku, bahasa bahkan tulisan. Kau akan belajar sesuatu yang baru di sini.



Kau harus mempelajari sistem transportasi, jadual bus, sistem pembayaran ongkos transportasi, rute peta jalur kereta listrik. Menghapal nomer bus yang akan mengantarkan ke tempat tujuanmu. Barangkali itu hal mudah bagimu.



Di negeri ini kau akan mempraktekkan semua ilmu dan petuah para guru sekaligus mendapatkan gemblengan yang akan mematangkan ilmu mendewasakan diri. Tak ada yang akan mengawasimu bahkan mungkin tak ada yang akan mengingatkanmu bila kau terjerumus khilaf. Kau bisa melakukan apapun tanpa canggung dan malu pada orang-orang karena toh mereka tak mengenalmu.



Bila kau ingin melacur tak ada yang akan mencegahmu bahkan tak ada aparat satpol PP yang akan menggerebek saat kau sedang mengumbar syahwat. Hendak menenggak alkoholpun kau bebas menenggaknya dipinggir jalan. Malah orang-orang akan mengajak dan menemanimu hingga kau puas. Inilah surga dunia, adikku.



Di negeri ini pula orang yang meyakini Allah sebagai Tuhan dianggap aneh. Tak minum alkohol dimasukkan dlm golongan barang reject 'bulyang' tak berguna. Kau akan dipaksa makan daging babi. Ditertawakan bila kau sujud tafakkur. Dikasihani dan dipandang sinis dikira sakit jiwa saat kau berpuasa di bulan Ramadhan. Orang akan marah-marah bila kau berkumis apalagi berjenggot.



Waktu akan melipatmu dalam deru dan gemuruh suara mesin. Kadang berbulan-bulan kau tak melihat matahari, kau akan tergulung dalam keriuhan atap pabrik. Pagi-pagi bangun tidur cuci muka, bergegas sarapan dan tanpa sadar ujung jarimu telah menekan tombol mesin. Pulang malam-malam hingga dini hari.



Satu-satunya pelipur lara dan pengobat kangen hanyalah canda tawa bersama teman-teman sepabrik. Anjasmara adikku, kepada teman sepabriklah kau berbagi duka dan bahagia. Kepada kakak sepabrik dan teman kau bertanya. Kepada mereka kau meminta bantuan bila kesulitan melanda. Teman sepabriklah yang kan merawatmu bila kau sakit. Menasehatimu bila kau salah. Merekalah saudaramu kini, kakak dan adikmu di rantau.



Berlomba-lombalah dalam berbuat baik terhadap sesama teman. Menyesuaikan diri dg mereka dlm hal positif. Bersama-sama masak, urunan beli bumbu. Saling mendahului mencuci bekas alat masak. Mendahului bangun pagi saat libur untuk memasak buat kawan-kawan. Tentu ada saja kawan yg mau enaknya sendiri tapi bukankah masih banyak kawan yang punya perasaan dan gak enak hati bila kalah dalam berbuat baik??



Bila kau memasak makananmu, masaklah secukupnya tak hanya sekedar pas buat kau makan sendiri, setidaknya kau berbagi dg teman. Lain waktu kau boleh mencicipi masakan temanmu. Tak elok rasanya bila tiap kau memasak hanya cukup untukmu sendiri sedangkan tanpa sungkan kau mencicipi masakan orang lain. Berbagilah dg kawan.



Tak hanya kau yg dirundung masalah ekonomi, semua orang merantau pasti terbelit masalah ekonomi. Berhemat tapi dengan menggerogoti teman sungguh bukan perbuatan terpuji, adikku. Beli dan cukupilah kebutuhan sehari-harimu dan jangan ngrepoti hak milik teman bila kau mampu mencukupi kebutuhanmu sendiri. Ingat ajaran Si Mbok pada kita untuk saling berbagi dan bergantian saling memberi, berlomba-lomba dlm berbuat baik.



Anjasmara adikku bila ada satu orang yang jengkel padamu itu cukup menyedihkan. Namun bila semua kawan jengkel pada tingkah lakumu maka kau benar-benar orang yang paling sial.



Anjasmara , adikku, Di negeri ini , di persimpangan surga dan neraka ini ,kau bebas memilih jalan yg hendak kau tempuh..kau telah menginjak dewasa.

Senin, 13 Juni 2011

makna tersembunyi dari tembang dolanan anak "sluku-sluku" bathok

Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Sala
Oleh-olehe payung motha
Mak jenthit lolo lobah
Wong mati ora obah
Nek obah medeni bocah
Nek urip goleka dhuwit.

Sluku-sluku bathok, Bathoke ela-elo : berasal dari Bahasa Arab : Ghuslu-ghuslu bathnaka, artinya mandikanlah batinmu. Membersihkan batin dulu sebelum membersihkan badan atau raga. Sebab lebih mudah membersihkan badan dibandingkan membersihkan batin atau jiwa.

Bathoke ela-elo : batine La Ilaha Illallah : maksudnya hatinya senantiasa berdzikir kepada Allah, diwaktu senang apalagi susah, dikala menerima nikmat maupun musibah, sebab setiap persitiwa yang dialami manusia, pasti mengandung hikmah.

Si Rama menyang Sala : (sirama/jawa halus)Mandilah, bersucilah, kemudian kerjakanlah shalat. Allah menciptakan Jin dan manusia tidak lain adalah agar supaya menyembah, menghambakan diri kepada-Nya.

Oleh-oleh payung motha : Lailaha Illalah hayyun mauta : dzikir pada Allah mumpung masih hidup, bertaubat sebelum datangnya maut. Manusia hidup di alam dunia tidak sekedar memburu kepentingan duniawi saja, tetapi harus seimbang dengan urusan-urusan ukhrowi.

Mak jentit lolo lobah wong mati ora obah, nek obah medeni bocah, nek urip golekka dhuwit : Kalau sudah sampai saatnya, mati itu sak jenthitan selesai, habis itu tidak bergerak. Walau ketika hidup sebagai raja diraja, sugih banda-bandhu, mukti wibawa, ketika mati tidak ada yang dibawa. Ketika masih hidup supaya berkarya, giat berusaha.

lalat itu binatang hebat, nak...

Lalat ternyata bukan ciptaan Allah yang sederhana, apalagi hina dan lemah. Sayapnya bergetar dengan serasi, dengan manuver terbang yang sangat cepat. Telungkup, miring dan telentang. Bisa mendarat terbalik dengan kaki-kaki melekat erat di langit-langit rumah. Kaki itu bila perlu bisa mengeluarkan sejenis lendir perekat.

Ketika terbang, lalat mengepakkan sayapnya kurang lebih 500 kali setiap detik. Padahal tak satu pun mesin buatan manusia yang memiliki kecepatan luar biasa itu. Kalaupun ada, tentu akan terbakar dan hancur akibat gaya gesek.

Namun sayap/persendian lalat tidak mengalami kerusakan. Lalat dapat terbang kearah manapun tanpa terpengaruh oleh arah kecepatan angin. Padahal dengan teknologi yang paling mutakhir sekalipun, manusia belum mampu membuat mesin yang memiliki spesifikasi dan teknik terbang yang luar biasa seperti lalat.



Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.(QS. Al Hajj : 22 : 73)


Lalat sangat sukar ditangkap atau dipukul. Selain gaya terbangnya yang gesit, rupanya matanya juga istimewa. Dua belah bola matanya besar bisa melihat ke segala arah. Bola matanya terdiri dari 4000 biiji mata facet yang bersegi enam. Masing-masing bekerja sendiri-sendiri dan menghasilkan ribuan gambar benda yang dilihatnya. Informasi tadi dikirim sangat cepat ke pusat saraf penglihatannya. Karena itu gerakan memukul sedikit saja sudah segera ditangkap oleh lalat, sehingga dia bisa secepat kilat menghindar.

Nah, kehebatan desain lalat itu sampai sekarang masih belum bisa diproduksi, walaupun semua pabrik dan laboratorium berhimpun untuk itu. Ternyata Allah bukan hanya menyindir patung berhala yang tidak bisa membuat lalat, tetapi juga mengingatkan bahwa ilmu dan teknologi juga jangan diberhalakan. Yang pasti Allah SWT telah memberikan isyarat tentang hebatnya lalat. Seekor lalat. Wallahu A'lam.

lalat, ayat Allah yg dimusuhi

Ini adalah pelampiasan saya bila sedang stress. Mengambil gelang karet, diputus lalu nginceng lalat yg sedang pencolat-pencolot sana-sini. Ketika ada lalat yg sedang asyik nemplok , syukur-syukur rombongan langsung dijepret pakai gelang karet, seketika modar mencelat salang tunjang..Hati ini rasanya marem..Bagi saya lalat dan nyamuk adalah musuh besar yg harus ditumpas habis..!!

Tak dinyana meskipun ditakdirkan sebagai musuh saya rupanya lalat telah diabadikan Allah dlm Alqur'an . Tak hanya Allah yg menyinggung tentang lalat. Kanjeng Nabi SAW pun pernah berkisah tentang lalat.


 
"sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu,..."(surat al-baqarah : 26)

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.(QS. Al Hajj : 22 : 73)

Wah..Tak tanggung-tanggung yg disinggung Allah melalui lalat adalah persoalan sensitif, yaitu tauhid, keesaan Allah. Iya..dg perumpamaan lalat Dia menjewer mata kita biar melek bahwa berhala, jin, penunggu Merapi, Nyi Roro Kidul, Pusaka, Dhemit tak mampu membuat lalat, bahkan mereka jg tak mampu menghalau lalat yg mengambil sesuatu dari mereka, sesajen misalnya.

Dalam kisah lalat yg diceritakan Nabi SAW; hanya karena memberikan sesaji seekor lalat seseorang bisa masuk neraka. Coba bandingkan dg Mbah Kuncrut yg memberi sesaji dg ayam, telur dll .

Lain kali saya ceritain dech, betapa luar biasanya tekhnologi yg ada di dalam tubuh lalat. Manusiapun tak akan sanggup membuat sesuatu yg menyerupai tekhnologi lalat..!!

Lalat tak merasa hina dan rendah bila sedang nongkrong di tumpukan sampah. Namun kali waktu lalat tanpa beban hinggap pada makanan mewah nan mahal. Dia hanya mencari karunia Illahi dimanapun rizki diletakkan. Semua kehebatan tekhnologi terbang dan penginderaan yg dianugerahkan Allah  tidak lantas membuatnya pongah, jaim, lalu memilah-milah makanan yg hendak dimakan.

Barangkali lalat jg tdk ambil pusing dg kelebihan yg dimiliki, tak menyadari kehebatannya  telah membuat para ilmuan berdecak kagum. Dia hanya ingin terbang, hinggap sesuka hati, bertemu dg siapapun tanpa memandang latar belakangnya, semua sama. Bercanda dg sapi, kambing, manusia dan seluruh makhluk Allah meski kadang niat baik menyapa mereka justru berujung pada kematiannya sendiri.

Lalat mengajarkan kerendahhatian dan sikap hidup yg egaliter berjumpa dg siapapun dan hinggap di manapun tanpa memandang status sosial.

Saat kita sedang lupa bahwa Allah sedekat urat nadi, Dia mengirimkan lalat, nyamuk dan kecoa di rumah kita. Mereka menyentuh kulit , mencubit, menggelitik mata agar manusia sadar mereka ada krn diciptakan  Dzat Yang Maha Cerdas. Kehadiran mereka memiliki arti tersendiri bagi orang-orang yg mau memikirkan hikmah penciptaanNya.

Mereka makhluk yg diutus Allah utk mengingatkan manusia, mengajarkan banyak hal utk kita kaji lebih dalam. Mereka adalah ayat-ayat Allah yg ditakdirkan menjadi musuh manusia. Semoga saat saya berhasil membunuh seekor lalat masih bisa mengucapkan terimakasih atas kesediaannya menyenggol kulit agar mengingat Allah meski ditebus dg nyawanya.

bimomukti the snowman,seoul

nama anak-anak jawa

Nama-nama anak Jawa

oleh Bambang Gathot pada 08 Mei 2011 jam 10:57

Tembung-tembung basa Jawa kang dianggo jeneng bocah ana sawetara. Perlu dimangerteni tembung-tembung : Rini, Wati, Dyah, Estri, iku ateges wadon. Tembung "SU" tegese linuwih, banget, gedhe. Kayata :
Sukardi = linuwih karyane (nyambut gawe), banget anggone nyambut gawe.
Sukarna(o) = linuwih pangrungune.
Sulistya = linuwih rupane (bagus utawa ayune).

Tembung liyane :

Anom = Mudha , Taruna , Timur.
Arane werna = Seta (putih), Kresna (ireng), Jenar (kuning), Wilis (ijo).
Angin = Bayu (pa), Samirana (pa), Indri (pi)=angin semilir.
Ati = Tyas (pa/pi), Prana (pa), Galih (pa)
Ati-ati = Prayitna (pa).
Awas = Waskitha (pa), Sidik (pa), Wicaksana (pa).
Banyu = Tirta (pa), Sindu (pa), Ranu (pa).
Banteng = Andaka (pa), Handaka (pa)
Bapa = Sudarma (pa).
Bares = Jarwa (pa), Sujarwa, Sujarwanta.
Bekti = Satuti.
Begja = Bagya (pa), Subagya (pa)
Bijak (BI), tindake becik = Wicaksana.
Bunder (wutuh) = Purnama (pa), Purnami (pi)
Dhewe = Pribadi (pa), Priyangga (pa).
Duwe kaluwihan = Tiyasa (pa).
Endah = Peni (pi), Raras (pi), Laras (pi) Bagus (pa), Pekik (pa).
Emas = Rukmi(pi), Rukma (pa).
Gagah prakosa = Jarot.
Gaman = Bajra (pa), Braja (pa).
Gawe = Kardi (pa), Karya (pa), Karti (pi), Yasa (pa).
Gunung = Ardi, Hardi, Giri, Himawan, Parwata, Arga.
Geni = Dahana.
Golek = Pardi (pa), Supardi
Impen = Supena (pa).
Kabecikan = Sudarman, Sudarmi
Kaluhuran = Wibawa.
Katara = Katon (pa), Wuryan (pa/pi), Keksi (pi) Conto : Katon Bagaskara, Wuryanta.
Karep = Kapti (pi).
Kawruh = Guna (pa), Sastra (pa), Widya (pi).
Kayangan = Aribawa (pa).
Kendel = Prawira (pa), Nirbita (pa), Nirbaya (pa), Wira (pa), Wirya (pa), Sudira (pa)
Kembang = Sekar (pi), Puspa (pa/pi), Puspita (pi), Kusuma (pa/pi), Padma (pa), Padmi (pi).
Kondhang = Kuncara (pa), Sumbaga (pa).
Kosong = Bondhan (pa).
Kuping = Karna (pa). Conto : Sukarna(o).
Kuwat = Santosa (pa), Parkosa (pa), Prakoswa (pa), Bagas (pa).
Kekuwatan = Daya (pa).
Laku = Laksana (pa), Sulaksana (pa).
Lampu (pepadhang) = Diyan (pa/pi), Pandam (pa)
Lanang = Priya. Conto : Priya Jatmika = Wong lanang kang anteng.
Landhep = Sutikna (pa), Sutiksna (pa).
Langgeng = Satiti (pi)
Legi = Artati (pa), Hartati (pi), Manis, Sarkara (pa).
Lestari = Widada (pa), Lestari (pi),
Lintang = Lintang, Sudama (pa), Kartika (pi)
Linuwih = Sudibya, Sudigbya.
Manembah = Astuti.
Mega = Mega, Ima (pi), Irawan (pa).
Menang = Jaya (pa), Unggul (pa).
Mula = Marma (pa), Marmi (pi), Sumarma (pa).
Murid = Siswa, Siswaya, Susiswa.
Murid pandhita = Puthut (pa)
Nalar = Budi (pa)
Ndeleng = Mulat (pi)
Nepsu = Bramantya (pa)
Ngati-ati = Yitna, Prayitna, Yatna, Suyatna, Wiweka (pa).
Niyat = Esthi (pi)(uga ateges gajah).
Nuli = Saksana (pa), Tandya (pa), Sutandya.
Pandhita = Sutapa (pa)
Pangkat = Drajat (pa), Sudrajat (pa).
Pahlawan = Wira (pa)
Pathi = Sari (pi)
Peparinge Gusti = Nugraha (pa).
Perang = Yudha,
Pinter = Widagda (pa), Wignya (pa), Gunawan (pa), Nimpuna (pa).
Pinunjul = Sudibya (sekti banget).
Piranti = Pandaya (pa).
Prajurit = Sena (pa)
Premana = Susmana (pa)
Ratu = Aji (pa), Indra (pa)
Rembulan = Wulan, Candra, Sasangka, Sitoresmi, Tengsu.
Sampurna = Paramitha (pi)
Sedhih = Wiyoga (pa).
Sekti = Digdaya (pa), Santika (pa)
Segara = Samodra, Arnawa.
Seneng = Asmara
Sesotya = Retna (pi), Marjan (pa), Kumala (pi), Inten (pi)
Setia (temen) = Setyana (pa), Setyawati (pi)
Sirah = Murda (pa), Murdani (pa).
Slamet = Slamet, Rahayu, Rahajeng, Wilujeng (pi), Yuwana (pa), Raharja (pa), Basuki (pa)(uga ateges ratuning naga), Yana (pa).
Sorot = Sunar (pa/pi), Cahya (pa/pi), Praba (pa/pi), Sunu (uga ateges putra),Dipa (pa), Suteja (pa)
Srengenge = Aditya, Raditya, Baskara, Bagaskara, Diwangkara, Surya (pa), Ari (pa/pi), Haruna (pa), Aruna (pa).
Sugih = Sardana (pa), Sugiyarta, Sugiharta (tegese sugih dhuwit).
Supaya = Supadi (pa), Supadya (pa).
Tapa = Brata (pa), Subrata.
Tanpa cacad = Nirmala (pi).
Tembang = gita , gitaya (pa).
Teguh = Teguh (pa), Kukuh (pa).
Terang = Pramana (pa), Susmana (pa)
Teka = Prapta (pa), Prapti (pi), Suprapta.
Temen = Sayekti (pi), Sanyata (pa), Satya, Setya (pa,pi)
Tuladha = Palupi (pi), Sudarsana (pa), Darsana (pa), Lukita (pa).
Udan = Riris (pi).
Urip = Satmaka (pa)
Hyang = Dewa
Wangi = Arum (pi, Ambar (pi)
Warah = Warsita (pa), Wursita (pa), Wasita (pa)
Waras = Waluya (pa)
Wengi = Ratri (pi).
Widadari = Apsari (pi), Hapsari (pi), Dewi (pi).
Wong = Jana (pa), Sujana (wong kang linuwih)(pa), Sarjana (wong sing pinter)(pa), Nara (pa)


Tembung Wilangan :
Eka = siji.
Dwi = loro.
Tri = telu.
Catur = papat.
Panca = lima.
Sad = enem.
Sapta = pitu.
Astha = wolu.
Nawa = sanga
Dasa = sapuluh.

Jeneng Wayang kang kalumrah kanggo ing jeneng :

Andhini = sapi titihane bathara Guru.
Bima = Sena , Satriya panenggak Pandhawa.
Dananjaya = Satriya panengah Pandhawa (Arjuna).
Gunawan Wibisana = satriya ing Ngalengkadiraja.
Ismaya = Semar.
Kresna = Ratu ing negara Dwarawati.
Pandhu = Ratu ing negara Hastinapura.
Permadi = Satriya panengah Pandhawa (Arjuna).
Prawirayudha = Kendel ing paprangan.
Setyawati = Garwane prabu Narasoma.
Wisnu = ratuning dewa.
Yudisthira = Pambarepe Pandhawa.


Jeneng kang kaprah keprungu :
adyaksa = jeksa, jaksa.
aditya = srengenge.
Agung Laksana = Laku kang gedhe.
ajeng = 1. ayu 2. ratu.
ambar = ganda wangi
Amini Kanthi Puji Rahayu = Diamini kanthi puji slamet.
ananta = tanpa wasana, tanpa pungkasan
andaka = banteng.
andika = 1. kandha, celathu 2. kowe.
anindita = tanpa cacad.
anindya = linuwih, pinunjul.
apsari = widadari.
ardi = gunung.
Ardi Nugraha = Kanugrahan kang gedhene sagunung.
ari = 1. adhi 2. srengenge.
aris = 1. tanpa sulaya 2. sareh.
arya (harya) = sebutane para luhur.
aryana (haryana) = budi, pikiran.
arsaya (harsaya) = bungah, seneng.
arjana (harjana) = njangka, ngudi.
arja = 1. reja 2. slamet.
arka = srengenge.
arnawa = segara.
artati = gula, legi.
Arum Ambarsari = Pathine kembang kang ngganda wangi angambar-ambar.
asmara = sengsem, tresna.
astuti = nyembah, memuji.
badra = 1. kabegjan, becik banget 2. rembulan.
bajra = 1. inten 2. tumbak kang landhepe lima 3. bledheg.
bagas = waras, ora lelaranen.
bagaskara = srengenge.
bakti = pakurmatan , setya tuhu.
banu = sorot, srengenge.
barata = 1. peperangan 2. ratu ing Ayodya.
baskara = srengenge.
basuki = slamet, rahayu.
baswara = sumorot, gumebyar.
besus = 1. sarwa resik, becik 2. seneng macak.
Bambang Susatya = Putrane pandhita kang temen setya.
budi = pikir.
budiman = sugih pamikir, pinter.
bramantya = nepsu banget.
candra = rembulan.
cahya = 1. warnaning sorot 2. kamulyan.
Candrakirana = Bulan yang bersinar.
citra = tulisan, gambaran, wangun.
dahana = geni.
danu = 1. kebo 2. gandhewa.
danuja = linuwih.
danurdara = satriya sekti.
Damarjati Supajar = Sejatine obor (pelita) kang linuwih padhang.
darpita = kendel banget.
darsana = conto.
Daru Suprapta = Cahya kang linuwih tekane.
dewi = dewa wadon, widadari.
dibya = linuwih, pinunjul.
digdaya = menangan, sekti.
diyan = piranti kanggo gawe pepadhang.
dipta = sorot.
dira = kendel, wani.
dirga = dawa.
duhita = putri, endah.
endra = ratu.
estri = wadon.
jaya = 1. menang 2. kuwasa 3. begja.
janardana = bathara Wisnu.
juwita = putri.
jarot = 1. serate asem 2. kengkeng, kuwat.
Gagat Rahina = Bocah kang laire esuk.
garjita = bungah banget.
garini = bojo.
gita = tembang, kidung.
gitaya = tembang, kidung.
Giri Susena = Gegedhuging prajurit kang kaya gunung.
Gunawan Wibisana = Satriya Ngalengka kang ngegungake kautaman.
gurit = 1. tulisan 2. kidung.
himawan = gunung.
Indri = angin semilir.
Inten Susena = Manggalaning prajurit kang kaya sesotya.
iswara = ratu, bendara.
kanya = prawan.
kardi = gawe.
karna = kuping.
Katon Bagaskara = Terlihat bagaikan matahari.
kirana = sorot, cahya.
kumala = inten.
Koswa lalita = prajurit kang endah.
Kusumaatmaja = Putrane pak Kusuma. Kusuma = kembang.
Narasoma = Wong sing rupane kaya rembulan baguse.
laksana = 1. kabegjan 2. laku.
laksita = laku, laku tapa.
laksmana = kabegjan.
laksmi = endah.
laksmiwati = endah banget, begja banget.
lalita = endah, ayu.
lelana = lelungan, mider-mider.
lestari = ajeg ora owah, kaya mau-maune.
listya = ayu, endah, bagus.
lukita = tetembungan, karangan.
manohara = 1. endah, nengsemake 2. memalad sih.
marsudi = ngudi, nggegulang supaya bisa.
marta = lembah manah, sareh.
murdaka = sirah, pemimpin, pengarep.
mursid = utama uripe.
mursita = guneman, kandha.
murcita = guneman, kandha.


nareswari = garwane ratu, ratu putri.
nimpuna = pinter, wasis.
nindya = linuwih, pinunjul.
nirmala = tanpa cacad, suci.
padma = kembang terate.
pajar = padhang.
pambudi = 1. bebuden 2. anggone ngudi.
pandaya = 1. juru misaya iwak 2. piranti.
pandam = 1. pepadhang, diyan.
parameswari = 1. ratu putri 2. garwane ratu.
paramita = kasampurnan.
parman = sih kawelasan.
Pekik Arga Dahana = Gunung geni kang bagus rupane.
pudyastuti = pangaji-aji, panembah.
puji = donga, pangarep-arep supaya ...
Puji Astuti = Donganing panembah.
purnama = rembulan kang wutuh.
purwa = wiwitan.
purwaka = 1. biyen, dhisik 2. bebuka.
puspa = kembang.
puspita = kembang.
Purnamengati = Ati kang wutuh kaya rembulan.
purwita = meguru.
praba = sorot, cahya.
Prabawa = 1. kaluhuran 2. kasekten 3. daya kang metu saka kaluwihan.
Prabandari = cahya sumunar kang nembe ndhadhari.
prabu = 1. bendara, panggedhe 2. ratu.
pradapa = lung enom, pupusing godhong.
pradipta = pepadhang, diyan.
prapta = tekan, tutug, teka.
prasetya = saguh bakal setya tuhu.
prawira = kendel.
priyambada = tembung pangarih-arih.
raden = sebutan para dharahing ratu.
raditya = srengenge.
Rahadyan Yamin = Raden Yamin(arane gelar)
Rahardi Ramelan = Ra (gelar pakurmatan) Gunung kang laire ing wulan Ramadan.
Rahayuningati = Rahayuningtyas =Slamet sajroning ati.
rangga = pangkat saemper asisten wedana.
rara = prawan.
raras = laras.
reni = wadon.
respati = 1. ngresepake ati 2. patut.
retna = 1. inten 2. sing endah dhewe 3. sebutane putri.
Retno Dumilah = mutiara yang bersinar
riris = udan.
sayaka = panah.
samodra = segara.
santi = 1. sareh, tentrem, raharja 2. donga pepuji 3. kekidungan.
sardana = sugih.
sari = 1. asri, endah 2. endah.
sarjana = wong sing pinter.
sarju = condhong atine.
sasangka = rembulan.
sasmita = 1. polatane praen 2. ngalamat, semu.
sasmaya = becik, endah, suci.
satiti = langgeng, tetep, ora pegat.
satmaka = 1. tunggal nyawa 2. urip, nyawa.
satriya = wong luhur, prajurit luhur.
sayaka = panah.
Selo Sumarjan = Selo (pangkat padha karo camat), Sumarjan = Mutiara yang indah.
Setyawati = wong wadon kang temen setya.
sitaresmi = rembulan.
siwi = anak, sengsem, sowan.
sudama = lintang.
sudana = 1. loma banget 2. sugih banget.
sudarma = 1. becik atine 2. bapa.
sudarman = kabecikan.
sudi = kalawan sarjuning ati, gelem ngrahapi.
sudibya = 1. sekti banget, 2. pinunjul, linuwih.
sudira = kendel banget.
sudyana = sudi, tulus.
sujana = wong pinter.
sujita = turune wong linuwih.
Sugeng Suprawata = kaya gunung kang gedhe lan tansah slamet.
Suharta = linuwih artane (sugih).
Sukaca = Kaca (paesan) kang linuwih.
sukarja = luwih bungah.
suka wibawa = bungah-bungah, seneng-seneng.
sukra = Jemuwah.
sulaksana = ngalamat becik, luwih slamet.
sulistya = bagus (ayu) banget.
suluh = obor, dilah, sorot, padhang, pabarisan.
sumantri = patih, mantri utama.
sumirat = kumepyur, sumawur, sumorot, gumebyar, kaya madu.
surastri = widadari.
susetya = setya tuhu.
susmana = premana, terang.
susmaya = teja, luwih, suci.
surti = ngati-ati sarta setiti.
sutapa = pandhita.
suteja = sumunar, sumorot, endah banget.
sutikna = landhep banget.
sutiksna = landhep banget.
suwanda = awak.
suwarna = 1. emas 2. endah banget.
suwignya = pinter banget.
suwita = ngenger, ngabdi.
Sumirat = Bersinar.
Sutiyasa = Nduweni daya kaluwihan kang gedhe banget.
suyasa = omah, gedhong.
suyud = asih, sumarah, lulut marang.
tamara = gamelan.
teguh = kukuh.
timur = enom, nom-noman.
udaya (hudaya) = 1. segara 2. pletheking srengenge 3. munggah, mumbul.
wardaya = ati.
wibawa = kaluhuran, kamulyan.
wicaksana = 1. awas, 2. waskitha, 3. bisa nganggo budine klawan bener.
wida = boreh, pupur, wewangi.
widada = tulus slamet, lestari slamet.
widagda = pinter.
widayaka = 1. wong kang mranata, 2. wong pinter.
widayat = sih pitulunganing Gusti Allah.
widasari = boreh wangi.
widura = pinter, wicaksana.
widuri = bangsane inten.
widya = kawruh, kawicaksanan.
widyastuti = pangabekti, pepuji.
wijaya = menang, sekti.
wijayanti = menang.
wilapa = kidung.
wilujeng = slamet.
winardi = diterangake, ditegesi.
winarna = diterangake, ditegesi, dicritakake.
wira = prajurit, kawasa, sareh, tatas, senapati, prawira, priyayi.
wirya = kendel, kuwasa, mulya.
wiryawan = kendel, kuwasa, mulya.
Wiradi = pahlawan sing luhur.
Wiranta = Muga dadia pahlawan.
wismaya = gumun, ngungun.
wiyata = piwulang.
wiyoga = sedhih.
Wresniwira = Pahlawan bangsa Wresni (Setyaki)
Wulandari = Bulan yang baru terbit.
wursita = gunem, crita, rasa pangrasa.
yatna = ngati-ati.
yekti = 1. temen 2. nyata.
yitna = ngati=ati.
yogi = pandhita.
yuwana = slamet, rahayu.
Yuwana Sudarsana = Conto kang linuwih slamet.

belajar dari nyamuk

Sejak dulu hewan yg paling saya benci adalah nyamuk dan lalat. Bukan hanya karena menyangkut kesehatan tapi nyamuk dan lalat adalah hewan yg paling sering mengganggu saat-saat istirahat,

Tapi penuturan Si Mbok tentang nyamuk  membuka mata saya. Menginspirasi hidup untuk bangkit dari  dipan dan kursi menepis angan dan lamunan. Terbelalak mata saya betapa makhluk kecil yg menjengkelkan itu ternyata memiliki nyali besar untuk bertahan hidup.

"sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu,..."(surat al-baqarah : 26)

Saya tak menyadari bahwa selama ini Si Mbok mengamati aktifitas saya saat mengusir nyamuk di kamar menjelang tidur. Mulai dari  memukul, ngoprak-oprak kamar dg sapu lidi, alat penyetrum listrik, panci yg diolesi minyak hingga menyemprot seisi ruangan dg obat nyamuk. Bahkan saking jengkelnya saya pernah tidur sambil  pegang obat semprot nyamuk. Tiap terdengar suara nguing nyamuk langsung,,sroott...semprot, puas banget ..

Suatu saat seekor nyamuk sedang asyik nungging menyedot darah di lengan saya. Si Mbok yg sedang berada di samping saya duduk melarang saya memukulnya.

" Kasihan to Ngger, itu nyamuk  nekat 'nyokot' kamu pasti sangat kelaparan, dia itu  binatang pemberani bertaruh nyawa agar bisa tetap hidup, dia juga 'nrimo' kodrating Gusti Allah jadi hewan pemakan darah..", Kata Si Mbok dg nada serius.

Belakangan saya tahu ternyata nyamuk bukan pemakan darah.  Baik nyamuk jantan maupun betina hidup dari nektar bunga.Yang butuh darah hanya nyamuk betina. Nyamuk betina mengisap darah hanya karena ia membutuhkan protein dalam darah untuk membantu telurnya berkembang. Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap darah hanya untuk memelihara kelangsungan spesiesnya.

Ini sungguh di luar dugaan saya, menakjubkan dan mengagumkan. Betapa seekor ibu nyamuk sibuk berkeliling mengumpulkan darah demi anak-anaknya. Resiko besar menunggu, kematian di tangan manusia.

Pun nyamuk tak ada yg protes pada Sang Pencipta mengapa ia ditakdirkan demikian. Nyamuk mengajarkan kepada kita bahwa hidup hanyalah sebuah lelakon. Bahwa apa yg terjadi di dunia ini sudah 'ginaris' menjadi kehendak Tuhan. Bukan berarti Dia tak menyayangi makhlukNya dg memberi tugas berat, berbahaya, penuh onak dan duri tapi memang demikianlah hidup harus dijalani dg perjuangan agar kita makin giat memohon belas kasih Nya.

Nyamuk menjalani hidupnya dg semeleh 'nrimo ing pandum' namun  mereka tetap berjuang dg nyali besar semangat menyala tak takut kematian yg datang mengancam. Karena toh kematian adalah sebuah kepastian. Kelak seluruh makhluk akan dihidupkan kembali dalam keabadian.

Saat musibah, kesulitan hidup dan aneka derita mengakrabi ini hanyalah sebuah lakon dari beberapa lembar kehidupan. Ujian ini hanya sementara seperti keyakinan nyamuk akan siklusnya yg pendek. Nyatanya nyamuk tetap berusaha dg sungguh-sungguh menjalankan lakonnya.Tak kapok meski berulangkali hampir tewas.

Lalu apakah kita tak merasa malu pada nyamuk yg tetap bersyukur atas takdirnya yg bgt berat. Mereka tetap terbang dan hinggap tak peduli bahaya mengancam. Apakah sampean masih akan berpangku tangan merutuki nasib sial, menyumpahi nasib atau masih bengong ? Segera terbang dan carilah karunia Allah di seluruh penjuru bumi.

“Kehidupan itu seperti cahaya kunang-kunang di tengah malam yg hilang bila esok menjelang. Atau seperti nyamuk, dipukul dia mati gepeng tak dipukulpun esok hari dia mati"..Yach, setidaknya nyamuk telah berusaha keras menjalani titah hidup bukan ??

bimomukti the snowman,seoul

WAJAH MEMELAS ATAU MUKA MALING?

Ini adalah wajahku. Bagi sebagian orang yg berhati lembut nan baik hatinya sholeh sholehah barangkali akan timbul rasa belaskasihan lalu memberi sedekah alakadarnya. Namun bagi sebagian orang yg keras hati dan selalu bersu'udzon wajahku ini adalah wajah yg selalu dijadikan sasaran kecurigaan tiada habisnya.

Ini terjadi sudah semenjak saya balita, wajah ini barangkali bertampang kriminal atau maling menurut pandangan orang. Untungnya Si Mbokku termasuk org yg berhati lembut tadi, Coba kalau Mbokku termasuk orang yg hobi berprasangka buruk pasti semenjak lahir saya sudah dicekiknya hidup-hidup...Makasih yuowa Mbok udah ngasih aku kesempatan hidup hingga saat ini.


Berikut ini beberapa contoh masa-masa saya masih balita hingga beranjak dewasa yg selalu jadi korban salah sangka orang gara-gara wajah bertampang maling.

Dulu semasa balita saya dikira merusak batako yg selesai dicetak hanya gara-gara rasa ingin tahu bagaimana proses pembuatan batako. Jadilah saya sering mondar-mandir ke pabrik batako , manakala batako ada yg ambrol satu-satunya tersangka adalah saya..!

Juga waktu lewat di sebuah kebun mangis milik tetangga saya lihat banyak manggis berjatuhan sayapun ngiler untuk mengambilnya. Baru dapat beberapa biji tahu-tahu kepalaku sudah dipenthung pakai gagang sapu dikira anak yg suka merontokkan manggis. Lhadalah ternyata teman saya nangkring di atas pohon sembunyi di balik dahan dan dedaunan, selamat dech dia saya yg kena penthung..!


Saat nonton jathilan jaran kepang ada gadis yg senyam-senyum pada saya, refleks sayapun mengangguk dan membalas senyumnya. Karena dia melihat saya terus, saya balas lirikan matanya sambil tersenyum, takut dikira sombong. Lhadalah, kok saya dikira naksir lalu gadis itu ngejar-ngejar saya terus. Pusingnya gadis itu ternyata gak waras...!!

Dan yg paling menjengkelkan adalah saat saya sering ngasih bonceng pada gadis SMK yg baru pulang sekolah tampak kuyu, kurang gizi, lapar, pokoknya kasihan banget dech lihat gadis itu..Lhadalah, kok konangan bapak dikira saya udah melanggar perjanjian, yaitu bila pacaran akan dipaksa menikah agar tak terjadi hal2 yg merusak nama baik keluarga. Jadilah saya dituduh pacaran sama gadis itu dan saya dipaksa menikahi gadis berwajah memelas tadi itu...wakkkss.

Itu sekelumit nasib apes berwajah maling di Indonesia. Lalu saya mencoba ke luar negeri membuang sial.

Baru mau menapakkan kaki di Korea, di bandara Incheon Korea kembali saya dicurigai. Waktu masuk pemeriksaan imigrasi petugas imigrasi memandangi wajah saya penuh curiga dan selidik, lama banget pokoknya. Ujung-ujungnya dibawa ke kantor digeledah barang bawaan saya, ditanya macem-macem meskipun saya hanya bisa geleng dan bilang."hankukmal molayo.." (gk bisa bhs korea mister..)

Sampai di pabrik baru dua hari sudah dituduh suka mengambil mie rebus teman, padahal yg mengambil adalah Pak Mandor. Saya gak diajak ngomong berhari-hari hingga ketahuan siapa yg maling mie rebus sebenarnya. Belum sampai di situ saya jg dituding sbg org yg membuang nasi sisa di tempat sampah, hal yg dilarang keras di Korea, maki-maki dan sumpah serapah harus saya terima. Apesnya teman-teman gak ada yg ngaku..!

Suatu kali saya membantu tmn yg butuh kerjaan, saya kasih tahu ada teman cewek yg punya chanel lowongan kerja. Sepulang dari melamar kerjaan, si teman malah ngotot menuding teman cewek itu adalah selingkuhan saya ..waduh.

Pernah juga saya hanya mendengar keluh kesah seorang perempuan yg pacaran dg teman lama. Wanita itu tahu bila pacarnya sudah beristri. Lagi-lagi tudingan saya sebagai org yg akan merebut pacar org harus saya telan justru dr kawan dekat sendiri.

Ketika ada tsobat wanita sakit, tak punya sanak saudara jauh dr teman, saya merasa wajib untuk meringankan bebannya, mengantar ke rumah sakit, mendengar penjelasan dokter dll. Lhadalah malah saya dikira pacar atau suaminya lalu saya dibawa ke ruang periksa dan laboratorium diperiksa kemungkinan terkena penyakit seksual menular. Lha wong saya ini masih perjaka thing--thing kok bisa kena PMS..jiahh...Lagian sakitnya gadis itu jg bukan masalah PMS.

Belum lagi teman teman menuding saya ada main sama perempuan itu hanya karena rasa solidaritas dan belas kasihan pada perempuan malang itu, yg jg salah satu sahabat saya. daaaann....masih banyak lagi tudingan dan prasangka buruk orang pada saya gara-gara nasib apes bermuka maling ini. Wach..ingin rasanya operasi plastik kayak Michael Jackson.


Andai pas heboh Ariel-Luna itu saya di Indonesia, barangkali saya sudah masuk penjara karena orang-orang pasti mengira saya aktor laki-laki dlm adegan hot itu..wkwkwk. Dan untuk sementara ini saya jg harus berpikir ulang untuk kembali ke Indonesia dalam waktu dekat, ech...siapa tahu ntar saya dituding ayah dari bayi yg dikandung Mulan Jameela..jiaaaahhhh....padahal saya cuman sekali aja kencan makan malam ,itupun gk ada wartawan infotainment yg mergoki...sipretttt..!!!

surat ijin menikah SIM



SURAT SANG SUAMI

Istriku,
jika engkau bumi,
akulah matahari
aku menyinari kamu
kamu mengharapkan aku
ingatlah bahtera yang kita kayuh,
begitu penuh riak gelombang
aku tetap menyinari bumi,
hingga kadang bumi pun silau
lantas aku ingat satu hal
bahwa Tuhan mencipta bukan hanya bumi,
ada planet lain yg juga mengharap aku sinari
Jadi..
relakanlah aku menyinari planet lain,
menebar sinarku
menyampaikan faedah adanya aku,
karna sudah kodrati
dan Tuhan pun tak marah...


BALASAN PUISI SANG ISTRI

Suamiku,
bila kau memang mentari,
sang surya penebar cahaya
aku rela kau berikan sinarmu
kepada segala planet
yg pernah TUHAN ciptakan
karna mereka juga seperti aku
butuh penyinaran
dan akupun juga
tak akan merasa kurang
dengan pencahayaanmu

AKAN TETAPIIIIIIII..

bila kau hanya sejengkal lilin
yang berkekuatan 5 watt,
jangan bermimpi menyinari planet lain !!!
karena kamar kita yang kecil pun
belum sanggup kau terangi
bercerminlah pada kaca di sudut kamar kita,
di tengah remang-remang
pencahayaanmu yang telah aku mengerti
untuk tetap menguak mata
coba liat siapa dirimu...
MENTARI atau lilin ?
PLIS DEH...!!!

hari wanita tertipu

gemeng-ngemeng soal wanita, saya jadi ingat notes teman sekolah SMU dulu (Om Ika Windu). Dia bilang wanita itu makhluk susah dimengerti, bahkan Freudpun poseng memahami wanita.
Misalnya begini nih;

Jika dikatakan cantik dikira menggoda ,
jika dibilang jelek di sangka menghina..
Bila dibilang lemah dia protes,
bila dibilang perkasa dia nangis .

Maunya emansipasi, tapi disuruh benerin genteng, nolak
(sambil ngomel masa disamakan dengan cowok)
Maunya emansipasi, tapi disuruh berdiri di bis malah cemberut
(sambil ngomel,Egois amat sih cowok ini tidak punya perasaan)

Jika di tanyakan siapa yang paling di banggakan, kebanyakan bilang Ibunya ,
tapi kenapa ya ….. lebih bangga jadi wanita karir,
padahal ibunya adalah ibu rumah tangga

Bila kesalahannya diingatkankan,mukanya merah..
bila di ajari mukanya merah,
bila di sanjung mukanya merah
jika marah mukanya merah, kok sama
semua ? bingung !!

Di tanya ya atau tidak, jawabnya diam;
ditanya tidak atau ya, jawabnya diam;
ditanya ya atau ya, jawabnya :diam,
ditanya tidak atau tidak, jawabnya ; diam,
ketika didiamkan malah marah
(repot kita disuruh jadi dukun yang bisa nebak jawabannya).

Hari ini adalah hari kartini namun yg bikin saya heran kenapa orang-orang kok malah pada bingung pakai busana tradisional terutama jawa? Ini peringatan hari budaya nasional atau Ibu Kartini. Terus mengapa kok dikait-kaitkan dengan emansipasi wanita. Bahkan saking semangatnya emansipasi malah ada yg nyalahi kodrat.

Mengapa harus Kartini? Kenapa nggak Dewi sartika saja yg jelas kiprahnya mendirikan sekolah khusus perempuan. Faktanya,Kartini cuman bisa berkhayal dan berwacana soal itu, gk pernah kesampain bikin sekolahan.

Selain Kartini dan Dewi Sartika , kita tahu ada Cut Nyak Dien, Nyi Ageng Serang dan Christina Martha Tiahahu yang jadi panglima perang tersohor. Ada juga atau Maria Walanda Maramis yang membaktikan dirinya sebagai pendidik. Kiprah mereka jelas lebih konkrit daripada sekadar (maaf) menulis surat-surat. Ironisnya, kita hapal tanggal lahir Kartini, tapi jarang yang tahu kapan hari lahir Jendral Soedirman atau Mohammad Hatta. Sungguh sebuah kultus individu yang terkesan agak berlebihan.

Pada hari ini dan tiap tanggal 21 April kaum wanita telah ditipu habis-habisan..!!!

Coba bayangkan, orang-orang beramai-ramai mengangkat 'keperkasaan' wanita yang bekerja misalnya sebagai pengemudi truk, montir bengkel, tukang bangunan, atau profesi lain yang lazimnya dikerjakan kaum adam. Padahal itu semua terjadi karena para wanita telah menjadi korban kapitalisme global. Lingkaran setan pemuja uang, pengusaha tak bermoral yg memerah tenaga wanita dg harga murah hanya krn wanita gk berani protes dan lemah plus gampang dipecat..! Akibatnya kaum laki-laki dipaksa jadi pengangguran karena lahan pekerjaan telah diambil alih wanita.

Dengan dalih emansipasi pula kaum wanita dihajar habis-habisan oleh kaum kapitalis, pengusaha gila harta. Kaum laki-laki 'dipensiunkan' dg cara pabrik-pabrik dan perusahaan hanya menerima pekerja wanita. Lihatlah kini banyak laki-laki yg frustasi krn sebagai kepala rumah tangga tak mampu menafkahi keluarga.

Alhasil, akibat lingkaran setan tadi, demi alasan menopang ekonomi keluarga kaum wanita dipaksa bekerja di pabrik dan toko dg gaji rendah lalu tenaganya diperah habis-habisan. Perempuan benar-benar ditipu oleh emansipasi palsu.

Bahkan dengan emansipasi wanita pula seolah kaum wanita selama ini telah dizalimi laki-laki. Padahal terjadinya penzaliman laki-laki atas wanita kasuistik. Apakah itu berarti tak ada penzaliman wanita atas laki-laki? Meletakkan wanita pada kodratnya sebagai ibu rumah tangga malah dianggap anti emansipasi. Bagi saya silakan wanita bekerja sesuai kodrat dan kemampuannya membantu suami namun keluarga lebih utama. Cari pekerjaan yg memungkinkan komunikasi ibu dan anggota keluarga bisa lebih banyak.

Dengan meminta kesetaraan gender, perempuan malah terkesan menjustifikasi stigma bahwa kaumnya tidak setara dengan laki-laki. Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan berbeda dan tidak pernah sama. Tapi justru dalam perbedaan itu, keduanya saling melengkapi. Not to compete, but to complete each other.

Teruntuk mereka yang merasa 21 April adalah hari spesialnya, selamat Hari Kartini. Yakinlah bahwa setiap perempuan harus mau dan mampu menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri. There’s a hero lies in you. bimomukti the snow man

sisi romantis Rasulullah SAW

Oleh: Agustiar Nur Akbar

Syariat Islam diturunkan melalui tangan Muhammad SAW. Bukanlah malaikat, melainkan beliau seorang manusia biasa seperti kita.  “Katakanlah, Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. ( QS Al Kahfi [18] : 110).

Dengan tuntunan wahyu tersebut Rasulullah SAW dinobatkan oleh Allah SWT sebagai suri tauladan. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al Ahzab [33] : 21).

Oleh karenanya dalam segala aspek kehidupan Rasullah saw menjadi contoh baik bagi kita. Termasuk dalam masalah rumah tangga.

Layaknya manusia biasa Rasulullah SAW mempunyai sisi romantis. Beliau sangat pandai dan baik dalam memperlakukan istri-istrinya.

Di antara sisi romantis Rasulullah saw, beliau mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat. Dari 'Aisyah Radhiallaahu 'anha, “Bahwa Nabi SAW mencium sebagian istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu”. (HR Ahmad).

Hal ini menunjukan bagaimana Rasulullah SAW mengekspresikan cinta kepada istrinya dengan sederhana dan bersahaja. Hadis ini juga memperlihatkan tentang kelembutan Rasulullah SAW dalam memperlakukan istri-istrinya.

Rasulullah SAW pun senang memanjakan istrinya. Dari 'Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah saw dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.” (HR Mutafaqun ‘alaih).

Dalam riwayat Ibnu Hibban menambahkan, “Dan tangan kami bersentuhan”.

Dalam memperlakukan istri-istrinya Rasulullah SAW bukan saja dengan kelembutan. Tak segan-segan Rasulullah saw mengerjakan perkerjaan mereka. Di antaranya mencuci pakaian.

'Aisyah umul mukminin mengisahkan, “Rasulullah SAWpernah mencuci pakaian bekas kami, lalu keluar untuk menunaikan shalat dengan pakaian tersebut, dan saya masih melihat bekas cucian itu." (HR Bukhari Muslim).

Bayangkahlah! Muhammad  adalah seorang nabi dan rasul. Manusia yang derajatnya ditinggikan Allah SWT. Beliau juga seorang pemimpin umat. Namun tak segan mengerjakan perkerjaan rumah yang biasa dikerjakan oleh perempuan; mencuci baju.

Bukan hanya itu, saat itu  masyarakat menganggap perempuan kelas kedua. Bahkan memiliki anak perempuan dianggap sebagai suatu aib. Dan perempuan dianggap najis ketika haid, seperti yang diyakini orang Yahudi. Sehingga tidak berkenan makan bersama dengan wanita haid.

Rasulullah SAW mengajarkan untuk memperlakukan dengan istimewa. Hal itu ditunjukan ketika nabi Muhammad SAW tidak sungkan mandi dari sisa air  istrinya. Dari Ibnu Abbas, “Bahwa nabi saw pernah mandi dari air sisa Maimunah." (HR Muslim).

Semua hal yang dilakukan oleh Rasulullah menunjukan bahwa Rasulullah sangat memahami psikis dan perasaan wanita. Rasulullah SAW pun menghargai persamaan. Wallahu ‘alam bi showwab.

*) Penulis adalah mahasiswa Indonesia yang kini tengah menimba ilmu di Kairo, Mesir.

kisah dewa ruci (bimasena)

KISAH DEWA RUCI

Cerita wayang warisan leluhur, tentang AJARAN DEWA RUCI KEPADA ARYA WREKUDARA/ARYA SENA/BIMA ketika masuk ke dasar samudera guna memenuhi tugas gurunya mencari air penghidupan (Tirtamerta), yang disadur dari bentuk kakawin (tembang) oleh Pujangga Surakarta/Solo, Yosodipuro

berjudul:"SERAT DEWARUCI KIDUNG" yang disampaikan dalam bentuk macapat, berbahasa halus dan sesuai rumus-rumus tembang, dengan bahasa Kawi, Sanskerta dan Jawa Kuna.


Seperti apa kisahnya, 
Kurawa dengan nama negeri Amarta, ingin menjerumuskan pihak Pandawa di negeri Astina,(yang sebenarnya adalah:bersaudara) ke dalam kesengsaraan, melalui perantaraan Guru Durna. Sena yang adalah murid guru Durno diberikan ajaran: bahwa dalam mencapai kesempurnaan demi kesucian badan ,maka diharuskan mengikuti perintah sang Guru untuk mencari air suci penghidupan ke hutan Tibrasara. Sena yang telah yakin tidak mungkin teritipu dan dibunuh oleh anjuran Gurunya, tetap berniat pergi mengikuti perintah sang Guru,walaupun sebenarnya ada niat sang Guru Durno untuk mencelakaannya.

Diceritakan Pada saat di negeri Amarta ,Prabu Suyudana/raja Mandaraka/prabu Salya sedang membahas bagaimana caranya Pandawa dapat ditipu secara halus agar musnah, sebelum terjadinya perang Baratayuda, bersama dengan Resi Druna, Adipati Karna, Raden Suwirya, Raden Jayasusena, Raden Rikadurjaya, Adipati dari Sindusena, Jayajatra, Patih Sengkuni, Bisma, Dursasana, dan lain-lainnya termasuk para sentana/pembesar andalan lainnya.

Kemudian Durna memberi petunjuk kepada Sena, bahwa jika ia telah menemukan air suci itu ,maka akan berarti dirinya mencapai kesempurnaan, menonjol diantara sesama makhluk,dilindungi ayah-ibu, mulia, berada dalam triloka,akan hidup kekal adanya. Selanjutnya dikatakan, bahwa letak air suci ada di hutan Tibrasara, dibawah Gandawedana, di gunung Candramuka, di dalam gua. Kemudian setelah ia mohon pamit kepada Druna dan prabu Suyudana, lalu keluar dari istana, untuk mohon pamit, mereka semua tersenyum, membayangkan Sena berhasil ditipu dan akan hancur lebur melawan dua raksasa yang tinggal di gua itu, sebagai rasa optimisnya ,untuk sementara merekamerayakan dengan bersuka-ria, pesta makan minum sepuas-puasnya.

Setelah sampai di gua gunung Candramuka, air yang dicari ternyata tidak ada, lalu gua disekitarnya diobrak-abrik. Raksasa Rukmuka dan Rukmakala yang berada di gua terkejut, marah dan mendatangi Sena. Namun walau telah dijelaskan niat kedatangannya, kedua raksasa itu karena merasa terganggu akibat ulah Sena, tetap saja mengamuk. Terjadi perkelahian .......Namun dalam perkelahian dua Raksaksa tersebut kalah, ditendang, dibanting ke atas batu dan meledak hancur lebur. Kemudian Sena mengamuk dan mengobrak-abrik lagi sampai lelah,dalam hatinya ia bersedih hati dan berfikir bagaimana mendapatkan air suci tersebut.Karena kelelahan,kemudian ia berdiri dibawah pohon beringin.

Tak lama kemudian, Sena mendengar suara tak berwujud : "Wahai cucuku yang sedang bersedih,enkau mencari tidak menjumpai, engkau tidak mendapat bimbingan yang nyata, tentang tempat benda yang kau cari itu, sungguh menderita dirimu". Diceritakan saat Sena sudah pasrah..... suara itu yang ternyata adalah dua dewa, Sang Hyang Endra dan Batara Bayu, yang memberitahu bahwa dua raksasa yang dibunuh Sena,ternyata memang sedang dihukum Hyang Guru. Lalu dikatakan juga agar untuk mencari air kehidupan, Sena di perintahkan agar kembali ke Astina.Perintah inipun dituruti lagi.........

Setibanya di serambi Astina, saat lengkap dihadiri Resi Druna, Bisma, Suyudana, Patih Sangkuni, Sindukala, Surangkala, Kuwirya Rikadurjaya, Jayasusena, lengkap bala Kurawa, dan lain-lainnya, terkejut....! atas kedatangan Sena. Ia memberi laporan tentang perjalannya dan dijawab oleh Sang Druna :bahwa ia sebenarnya hanya diuji, sebab tempat air yang dicari, sebenarnya ada di tengah samudera. Suyudana juga membantu bicara untuk meyakinkan Sena.

Karena tekad yang kuat maka Senapun lalu ia pergi lagi....., yang sebelumnya ia sempat mampir dahulu ke Ngamarta.(tempat para kerabatnya berada)

Sementara itu di Astina keluarga Sena ynag mengetahui tipudaya pihak Kurawa mengirim surat kepada prabu Harimurti/Kresna di Dwarawati, yang dengan tergesa-gesa bersama bala pasukan datang ke Ngamarta. Setelah menerima penjelasan dari Darmaputra, Kresna mengatakan bahwa janganlah Pandawa bersedih, sebab tipu daya para Kurawa akan mendapat balasan dengan jatuhnya bencana dari dewata yang agung.

Ketika sedang asyik berbincang-bincang, datanglah Sena, yang membuat para Pandawa termasuk Pancawala, Sumbadra, Retna Drupadi dan Srikandi, dan lain-lainnya, senang dan akan mengadakan pesta. Namun tidak disangka, karena Sena ternyata melaporkan bahwa ia akan meneruskan pencarian air suci itu, yaitu ke tengah samudera. Nasehat dan tangisan, termasuk tangisan semua sentana laki-laki dan perempuan, tidak membuatnya mundur.

Sena berangkat pergi, tanpa rasa takut keluar masuk hutan, naik turun gunung, yang akhirnya tiba di tepi laut. Sang ombak bergulung-gulung menggempur batu karang bagaikan menyambut dan tampak kasihan kepada yang baru datang, bahwa ia di tipu agar masuk ke dalam samudera, topan datang juga riuh menggelegar, seakan mengatakan bahwa Druna memberi petunjuk sesat dan tidak benar.

Bagi Sena, lebih baik mati dari pada pulang menentang sang Maharesi, walaupun ia tidak mampu masuk ke dalam air, ke dasar samudera. Maka akhirnya ia berpasrah diri, tidak merasa takut, sakit dan mati memang sudah kehendak dewata yang agung, karena sudah menyatakan kesanggupan kepada Druna dan prabu Kurupati, dalam mencari Tirta Kamandanu, masuk ke dalam samudera.

Dengan suka cita ia lama memandang laut dan keindahan isi laut, kesedihan sudah terkikis, menerawang tanpa batas, lalu ia memusatkan perhatian tanpa memikirkan marabahaya, dengan semangat yang menyala-nyala mencebur ke laut, tampak kegembiraannya, dan tak lupa digunakannya ilmu Jalasengara, agar air menyibak.

Alkisah ada naga sebesar segara anakan, pemangsa ikan di laut, wajah liar dan ganas, berbisa sangat mematikan, mulut bagai gua, taring tajam bercahaya, melilit Sena sampai hanya tertinggal lehernya, menyemburkan bisa bagai air hujan. Sena bingung dan mengira cepat mati, tapi saat lelah tak kuasa meronta, ia teringat segera menikamkan kukunya, kuku Pancanaka, menancap di badan naga, darah memancar deras, naga besar itu mati, seisi laut bergembira.


Sementara itu Pandawa bersedih hati dan menangis memohon penuh iba, kepada prabu Kresna. Lalu dikatakan oleh Kresna, bahwa Sena tidak akan meninggal dunia, bahkan mendapatkan pahala dari dewata yang nanti akan datang dengan kesucian, memperoleh cinta kemuliaan dari Hyang Suksma Kawekas, diijinkan berganti diri menjadi batara yang berhasil menatap dengan hening. Para saudaranya tidak perlu sedih dan cemas.

Kembali dikisahkan Sang Wrekudara yang masih di samudera, ia bertemu dengan dewa berambut panjang, seperti anak kecil bermain-main di atas laut, bernama Dewa Ruci. Lalu ia berbicara :"Sena apa kerjamu, apa tujuanmu, tinggal di laut, semua serba tidak ada tak ada yang dapat di makan, tidak ada makanan, dan tidak ada pakaian. Hanya ada daun kering yang tertiup angin, jatuh didepanku, itu yang saya makan". Dikatakan pula :"Wahai Wrekudara, segera datang ke sini, banyak rintangannya, jika tidak mati-matian tentu tak akan dapat sampai di tempat ini, segalanya serba sepi. Tidak terang dan pikiranmu memaksa, dirimu tidak sayang untuk mati, memang benar, disini tidak mungkin ditemukan".

"Kau pun keturunan Sang Hyang Pramesthi, Hyang Girinata, kau keturunan dari Sang Hyang Brama asal dari para raja, ayahmu pun keturunan dari Brama, menyebarkan para raja, ibumu Dewi Kunthi, yang memiliki keturunan, yaitu sang Hyang Wisnu Murti. Hanya berputra tiga dengan ayahmu, Yudistira sebagai anak sulung, yang kedua dirimu, sebagai penengah adalah Dananjaya, yang dua anak lain dari keturunan dengan Madrim, genaplah Pandawa, kedatanganmu disini pun juga atas petunjuk Dhang Hyang Druna untuk mencari air Penghidupan berupa air jernih, karena gurumu yang memberi petunjuk, itulah yang kau laksanakan, maka orang yang bertapa sulit menikmati hidupnya", lanjut Dewa Ruci.

Kemudian dikatakan :"Jangan pergi bila belum jelas maksudnya, jangan makan bila belum tahu rasa yang dimakan, janganlah berpakaian bila belum tahu nama pakaianmu. Kau bisa tahu dari bertanya, dan dengan meniru juga, jadi dengan dilaksanakan, demikian dalam hidup, ada orang bodoh dari gunung akan membeli emas, oleh tukang emas diberi kertas kuning dikira emas mulia. Demikian pula orang berguru, bila belum paham, akan tempat yang harus disembah".

Wrekudara masuk tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan

"Segeralah kemari Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku", kata Dewa Ruci. Sambil tertawa sena bertanya :"Tuan ini bertubuh kecil, saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak mungkin masuk".Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:"besar mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke dalam tubuhku".

Atas petunjuk Dewa Ruci, Sena masuk ke dalam tubuhnya melalui telinga kiri. Dan tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana utara dan selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas, depan dan belakang. Kemudian, terang, tampaklah Dewa Ruci, memancarkan sinar, dan diketahui lah arah, lalu matahari, nyaman rasa hati.

Ada empat macam benda yang tampak oleh Sena, yaitu hitam, merah kuning dan putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci:"Yang pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, yang memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri. Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati tinggal, mata hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati.

Yang hitam kerjanya marah terhadap segala hal, murka, yang menghalangi dan menutupi tindakan yang baik. Yang merah menunjukkan nafsu yang baik, segala keinginan keluar dari situ, panas hati, menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan. Yang kuning hanya suka merusak. Sedangkan yang putih berarti nyata, hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu, perwira dalam kedamaian. Sehingga hitam, merah dan kuning adalah penghalang pikiran dan kehendak yang abadi, persatuan Suksma Mulia.

Lalu Wrekudara melihat, cahaya memancar berkilat, berpelangi melengkung, bentuk zat yang dicari, apakah gerangan itu ?! Menurut Dewa Ruci, itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak berkilat cahayanya, memancar bernyala-nyala, yang menguasai segala hal, tanpa bentuk dan tanpa warna, tidak berwujud dan tidak tampak, tanpa tempat tinggal, hanya terdapat pada orang-orang yang awas, hanya berupa firasat di dunia ini, dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang menyatu dengan diri tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin, bertempat tinggal di tubuh, tidak ikut makan dan minum, tidak ikut merasakan sakit dan menderita, jika berpisah dari tempatnya, raga yang tinggal, badan tanpa daya. Itulah yang mampu merasakan penderitaannya, dihidupi oleh suksma, ialah yang berhak menikmati hidup, mengakui rahasia zat.

Kehidupan Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai segalanya, Pramana bila mati ikut lesu, namun bila hilang, kehidupan suksma ada. Sirna itulah yang ditemui, kehidupan suksma yang sesungguhnya, Pramana Anresandani.

Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya kegemaran, bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku, jangan bicara gaduh, jangan bicarakan hal ini secara sembunyi-sembunyi, tapi lekaslah mengalah jika berselisih, jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan nafsu kehidupan tapi kuasailah.

Tentang keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak lapar, tidak mengalami hambatan dan kesulitan, tidak sakit, hanya enak dan bermanfaat, peganglah dalam pemusatan pikiran, disimpan dalam buana, keberadaannya melekat pada diri, menyatu padu dan sudah menjadi kawan akrab.

Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat dipisahkan, tak berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu, menyatu dengan kesejahteraan dunia, mendapat anugerah yang benar, persatuan manusia/kawula dan pencipta/Gusti. Manusia bagaikan wayang, Dalang yang memainkan segala gerak gerik dan berkuasa antara perpaduan kehendak, dunia merupakan panggungnya, layar yang digunakan untuk memainkan panggungnya.

Penerima ajaran dan nasehat ini tidak boleh menyombongkan diri, hayati dengan sungguh-sungguh, karena nasehat merupakan benih. Namun jika ditemui ajaran misalnya kacang kedelai disebar di bebatuan tanpa tanah tentu tidak akan dapat tumbuh, maka jika manusia bijaksana, tinggalkan dan hilangkan, agar menjadi jelas penglihatan sukma, rupa dan suara.

Hyang Luhur menjadi badan Sukma Jernih, segala tingkah laku akan menjadi satu, sudah menjadi diri sendiri, dimana setiap gerak tentu juga merupakan kehendak manusia, terkabul itu namanya, akan segala keinginan, semua sudah ada pada manusia, semua jagad ini karena diri manusia, dalam segala janji janganlah ingkar.

Jika sudah paham akan segala tanggung jawab, rahasiakan dan tutupilah. Yang terbaik, untuk disini dan untuk disana juga, bagaikan mati di dalam hidup, bagaikan hidup dalam mati, hidup abadi selamanya, yang mati itu juga. Badan hanya sekedar melaksanakan secara lahir, yaitu yang menuju pada nafsu.

Wrekudara setelah mendengar perkataan Dewa Ruci, hatinya terang benderang, menerima dengan suka hati, dalam hati mengharap mendapatkan anugerah wahyu sesungguhnya. Dan kemudian dikatakan oleh Dewa Ruci :"Sena ketahuilah olehmu, yang kau kerjakan, tidak ada ilmu yang didatangkan, semua sudah kau kuasai, tak ada lagi yang dicari, kesaktian, kepandaian dan keperkasaan, karena kesungguhan hati ialah dalam cara melaksanakan.

Dewa Ruci selesai menyampaikan ajarannya, Wrekudara tidak bingung dan semua sudah dipahami, lalu kembali ke alam kemanusiaan, gembira hatinya, hilanglah kekalutan hatinya, dan Dewa Ruci telah sirna dari mata,

Wrekudara lalu mengingat, banyak yang didengarnya tentang tingkah para Pertapa yang berpikiran salah, mengira sudah benar, akhirnya tak berdaya, dililit oleh penerapannya, seperti mengharapkan kemuliaan, namun akhirnya tersesat dan terjerumus.

Bertapa tanpa ilmu, tentu tidak akan berhasil, kematian seolah dipaksakan, melalui kepertapaannya, mengira dapat mencapai kesempurnaan dengan cara bertapa tanpa petunjuk, tanpa pedoman berguru, mengosongkanan pikiran, belum tentu akan mendapatkan petunjuk yang nyata. Tingkah seenaknya, bertapa dengan merusak tubuh dalam mencapai kamuksan, bahkan gagallah bertapanya itu.

Guru yang benar, mengangkat murid/cantrik, jika memberi ajaran tidak jauh tempat duduknya, cantrik sebagai sahabatnya, lepas dari pemikiran batinnya, mengajarkan wahyu yang diperoleh. Inilah keutamaan bagi keduanya.

Tingkah manusia hidup usahakan dapat seperti wayang yang dimainkan di atas panggung, di balik layar ia digerak-gerakkan, banyak hiasan yang dipasang, berlampu panggung matahari dan rembulan, dengan layarnya alam yang sepi, yang melihat adalah pikiran, bumi sebagai tempat berpijak, wayang tegak ditopang orang yang menyaksikan, gerak dan diamnya dimainkan oleh Dalang, disuarakan bila harus berkata-kata, bahwa itu dari Dalang yang berada dibalik layar, bagaikan api dalam kayu, berderit oleh tiupan angin, kayu hangus mengeluarkan asap, sebentar kemudian mengeluarkan api yang berasal dari kayu, ketahuilah asal mulanya, semuanya yang tergetar, oleh perlindungan jati manusia, yang yang kemudian sebagai rahasia.

Kembali ke Negeri Ngamarta

Tekad yang sudah sempurna, dengan penuh semangat, Raden Arya Wrekudara kemudian pulang dan tiba ke negerinya, Ngamarta, tak berpaling hatinya, tidak asing bagi dirinya, sewujud dan sejiwa, dalam kenyataan ditutupi dan dirahasiakan, dilaksanakan untuk memenuhi kesatriaannya. Permulaan jagad raya, kelahiran batin ini, memang tidak kelihatan, yang bagaikan sudah menyatu, seumpama suatu bentukan, itulah perjalanannya.

Bersamaan dengan kedatangan Sena, di Ngamarta sedang berkumpul para saudaranya bersama Sang Prabu Kresna, yang sedang membicarakan kepergian Sena, cara masuk dasar samudera. Maka disambutlah ia, dan saat ditanya oleh Prabu Yudistira mengenai perjalanan tugasnya, ia menjawab bahwa perjalanannya itu dicurangi, ada dewa yang memberi tahu kepadanya, bahwa di lautan itu sepi,tidak ada air penghidupan. Gembira mendengar itu, lalu Kresna berkata :"Adikku ketahuilah nanti, jangan lupa segala sesuatu yang sudah terjadi ini".

Sampai disini cerita singkat tentang Dewa Ruci.

MAKNA AJARAN DEWA RUCI

Orang Jawa menganggap cerita wayang merupakan cermin dari pada kehidupannya.

Dewa Ruci yang merupakan cerita asli wayang Jawa memberikan gambaran yang jelas mengenai hubungan harmonis antara Kawula dan Gusti, yang diperagakan oleh Bima atau Aria Werkudara dan Dewa Ruci.

Pencarian air suci Prawitasari

Guru Durna memberitahukan Bima untuk menemukan air suci Prawitasari. Prawita dari asal kata Pawita artinya bersih, suci; sari artinya inti. Jadi Prawitasari pengertiannya adalah inti atau sari dari pada ilmu suci.

Hutan Tikbrasara dan Gunung Reksamuka

Air suci itu dikatakan berada dihutan Tikbrasara, dilereng Gunung Reksamuka. Tikbra artinya rasa prihatin; sara berarti tajamnya pisau, ini melambangkan pelajaran untuk mencapai lendeping cipta (tajamnya cipta). Reksa berarti mamalihara atau mengurusi; muka adalah wajah, jadi yang dimaksud dengan Reksamuka dapat diartikan: mencapai sari ilmu sejati melalui samadi.

1. Sebelum melakukan samadi orang harus membersihkan atau menyucikan badan dan jiwanya dengan air.

2. Pada waktu samadi dia harus memusatkan ciptanya dengan fokus pandangan kepada pucuk hidung. Terminologi mistis yang dipakai adalah mendaki gunung Tursina, Tur berarti gunung, sina berarti tempat artinya tempat yang tinggi.

Pandangan atau paningal sangat penting pada saat samadi. Seseorang yang mendapatkan restu dzat yang suci, dia bisa melihat kenyataan antara lain melalui cahaya atau sinar yang datang kepadanya waktu samadi. Dalam cerita wayang digambarkan bahwasanya Resi Manukmanasa dan Bengawan Sakutrem bisa pergi ketempat suci melalui cahaya suci.

Raksasa Rukmuka dan Rukmakala

Di hutan, Bima diserang oleh dua raksasa yaitu Rukmuka dan Rukmala. Dalam pertempuran yang hebat Bima berhasil membunuh keduanya, ini berarti Bima berhasil menyingkirkan halangan untuk mencapai tujuan supaya samadinya berhasil.

Rukmuka : Ruk berarti rusak, ini melambangkan hambatan yang berasal dari kemewahan makanan yang enak (kemukten).

Rukmakala : Rukma berarti emas, kala adalha bahaya, menggambarkan halangan yang datang dari kemewahan kekayaan material antara lain: pakaian, perhiasan seperti emas permata dan lain-lain (kamulyan)

Bima tidak akan mungkin melaksanakan samadinya dengan sempurna yang ditujukan kepada kesucian apabila pikirannya masih dipenuhi oleh kamukten dan kamulyan dalam kehidupan, karena kamukten dan kamulyan akan menutupi ciptanya yang jernih, terbunuhnya dua raksasa tersebut dengan gamblang menjelaskan bahwa Bima bisa menghapus halangan-halangan tersebut.

Samudra dan Ular

Bima akhirnya tahu bahwa air suci itu tidak ada di hutan , tetapi sebenarnya berada didasar samudra. Tanpa ragu-ragu sedikitpun dia menuju ke samudra. Ingatlah kepada perkataan Samudra Pangaksama yang berarti orang yang baik semestinya memiliki hati seperti luasnya samudra, yang dengan mudah akan memaafkan kesalahan orang lain.

Ular adalah simbol dari kejahatan. Bima membunuh ular tersebut dalam satu pertarungan yang seru. Disini menggambarkan bahwa dalam pencarian untuk mendapatkan kenyataan sejati, tidaklah cukup bagi Bima hanya mengesampingkan kamukten dan kamulyan, dia harus juga menghilangkan kejahatan didalam hatinya. Untuk itu dia harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Rila: dia tidak susah apabila kekayaannya berkurang dan tidak iri kepada orang lain.

2. Legawa : harus selalu bersikap baik dan benar.

3. Nrima : bersyukur menerima jalan hidup dengan sadar.

4. Anoraga : rendah hati, dan apabila ada orang yang berbuat jahat kepadanya, dia tidak akan membalas, tetap sabar.

5. Eling : tahu mana yang benar dan salah dan selalu akan berpihak kepada kebaikan dan kebenaran.

6. Santosa : selalu beraa dijalan yang benar, tidak pernah berhenti untuk berbuat yang benar antara lain : melakukan samadi. Selalu waspada untuk menghindari perbuatan jahat.

7. Gembira : bukan berarti senang karena bisa melaksanakan kehendak atau napsunya, tetapi merasa tentram melupakan kekecewaan dari pada kesalahan-kesalahan dari kerugian yang terjadi pada masa lalu.

8. Rahayu : kehendak untuk selalu berbuat baik demi kepentingan semua pihak.

9. Wilujengan : menjaga kesehatan, kalau sakit diobati.

10. Marsudi kawruh : selalu mencari dan mempelajari ilmu yang benar.

11. Samadi.

12. Ngurang-ngurangi: dengan antara lain makan pada waktu sudah lapar, makan tidak perlu banyak dan tidak harus memilih makanan yang enak-enak: minum secukupnya pada waktu sudah haus dan tidak perlu harus memilih minuman yang lezat; tidur pada waktu sudah mengantuk dan tidak perlu harus tidur dikasur yang tebal dan nyaman; tidak boleh terlalu sering bercinta dan itu pun hanya boleh dilakukan dengan pasangannya yang sah.

Pertemuan dengan Dewa Suksma Ruci

Sesudah Bima mebunuh ular dengan menggunakan kuku Pancanaka, Bima bertemu dengan Dewa kecil yaitu Dewa Suksma Ruci yang rupanya persis seperti dia. Bima memasuki raga Dewa Suksma Ruci melalui telinganya yang sebelah kiri. Didalam, Bima bisa melihat dengan jelas seluruh jagad dan juga melihat dewa kecil tersebut.

Pelajaran spiritual dari pertemuan ini adalah :

Bima bermeditasi dengan benar, menutup kedua matanya, mengatur pernapasannya, memusatkan perhatiannya dengan cipta hening dan rasa hening.

Kedatangan dari dewa Suksma Ruci adalah pertanda suci, diterimanya samadi Bima yaitu bersatunya kawula dan Gusti.

Didalam paningal (pandangan didalam) Bima bisa melihat segalanya segalanya terbuka untuknya (Tinarbuka) jelas dan tidak ada rahasia lagi. Bima telah menerima pelajaran terpenting dalam hidupnya yaitu bahwa dalam dirinya yang terdalam, dia adalah satu dengan yang suci, tak terpisahkan. Dia telah mencapai kasunyatan sejati. Pengalaman ini dalam istilah spiritual disebut “mati dalam hidup” dan juga disebut “hidup dalam mati”. Bima tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Mula-mula di tidak mau pergi tetapi kemudian dia sadar bahwa dia harus tetap melaksanakan pekerjaan dan kewajibannya, ketemu keluarganya dan lain-lain.

Arti simbolis pakaian dan perhiasan Bima

Bima mengenakan pakaian dan perhiasan yang dipakai oleh orang yang telah mencapai kasunytan-kenyataan sejati. Gelang Candrakirana dikenakan pada lengan kiri dan kanannya. Candra artinya bulan, kirana artinya sinar. Bima yang sudah tinarbuka, sudah menguasai sinar suci yang terang yang terdapat didalam paningal.

Batik poleng : kain batik yang mempunyai 4 warna yaitu; merah, hitam, kuning dan putih. Yang merupakan simbol nafsu, amarah, alumah, supiah dan mutmainah. Disini menggambarkan bahwa Bima sudah mampu untuk mengendalikan nafsunya.

Tusuk konde besar dari kayu asem

Kata asem menunjukkan sengsem artinya tertarik, Bima hanya tertarik kepada laku untuk kesempurnaan hidup, dia tidak tertarik kepada kekeyaan duniawi.

Tanda emas diantara mata.

Artiya Bima melaksanakan samadinya secara teratur dan mantap.

Kuku Pancanaka

Bima mengepalkan tinjunya dari kedua tangannya.

Melambangkan :

1. Dia telah memegang dengan kuat ilmu sejati.

2. Persatuan orang-orang yang bermoral baik adalah lebih kuat, dari persatuan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, meskipun jumlah orang yang bermoral baik itu kalah banyak.

Contohnya lima pandawa bisa mengalahkan seratus korawa. Kuku pancanaka menunjukkan magis dan wibawa seseorang yang telah mencapai ilmu sejati.