Sabtu, 09 Januari 2010

belajar dari persimpangan surga dan neraka

"Ketika orang lain sedang tidur, kamu harus bangun. Ketika orang lain bangun, kamu harus berjalan. Ketika orang lain berjalan, kamu harus berlari. Dan ketika orang lain berlari, kamu harus terbang."


Korea Selatan, melalui kondisi sulit dengan perjuangan hebat. Penjajahan 35 tahun oleh bangsa Jepang, membuat lingkungan hidup rusak berat. Kayu-kayu hutan ditebang habis oleh Jepang. Pada 1960, pendapatan perkapita Indonesia sama dengan Korea. Kini, pendapatan bangsa itu melompat amat jauh dari Indonesia.

Sebelum perang dunia kedua, Korea tak dikenal dalam pentas dunia. Korea hanya sebuah negara pertanian yang miskin. Perang saudara juga telah meremukkan semua sendi kehidupan warga Korea. Sampai terbelah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara. Miskin dan sengsara hingga titik nadir.

Tetapi, bangsa Korea Selatan bukan negara yang dihuni masyarakat yang selalu suka nongkrong di gardu ronda seperti .Hanya mampu merenungi nasib yang sial dan sialnya lagi malah 'klepas klepus' ngerokok sambil nenggak miras , suka ngerecokin orang atau banyak bertingkah. Mereka bangsa yang padu, dalam memompa tekad dan semangat untuk bangkit berjaya. Tidak sekadar slogan, tetapi diterapkan dalam nafas kehidupan sehari-hari.Pada umumnya, mereka setiap hari bekerja selama 16 jam. Mereka malu pulang terlalu cepat, karena tidak mau dianggap sebagai orang yang tidak berguna.

Buah dari kegigihan ini, ditandai dengan kebangkitan pendidikan Korea Selatan yang dipuji sebagai salah satu negara yang angka melek hurufnya tertinggi di dunia. Ini menjadi fakta, bahwa orang Korea Selatan yang berpendidikan, menjadi modal utama percepatan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai negara itu, selama tiga dekade silam.Dan itu tanpa harus menjadi hamba demokrasi tai kucing seperti negeri kita.
Sejak didirikannya Republik Korea tahun 1948, pemerintah mulai menyusun sistem pendidikan modern. Lima tahun kemudian, 1953, pemerintah mewajibkan menyelesaikan sekolah dasar selama enam tahun pada usia antara 6 dan 11 tahun. Jumlah anak yang terdaftar pada tingkat dasar ini mencapai 99,8 persen, dan tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah. Tahun 2001 mulai diterapkan pendidikan wajib pada jenjang sekolah menengah.

Belajar dari Korea Selatan, saya menemukan kunci atas keberhasilan ini. Yakni, spirit dan nilai-nilai kemandirian.Bagi kita memang agak sulit mencapai kemandirian seperti mereka,mengingat hampir 70% rakyat kita masih memimpikan jadi pns,kerja nyantai tiap blan pasti gajian. Ini, menunjukkan turunnya nilai-nilai kemandirian dan spirit.

Pegawai negeri, bagi rakyat korea bukan pekerjaan yang penuh tantangan. Terutama bagi masyarakat yang punya akar budaya sebagai entrepreneur sejati. Jika pola pikir pekerja malas ini yang dipakai, maka mimpi menjadi mirip Korea Selatan, hanya angan-angan di ruang kosong.

Orang Indonesia pandai berdalih. Mengapa Singapura maju? karena negaranya secuil. Mengapa Korea Selatan hebat? karena wilayahnya kecil. Mengapa Cina jadi raksasa, karena wilayahnya besar. Indonesia? Sulit menjadi bangsa setengah-setengah. Selalu saja berdalih, cerdas untuk berkelit.

Perilaku berdalih dan berkelit itu, yang tidak akan mampu menghapus kemiskinan dan kebodohan.Benar, dalih wilayah yang juga bermakna modal, kerap dijadikan biang keladi. Padahal, modal yang dimiliki bangsa ini dengan kekayaan alam dan kepulauannya yang luas sudah lebih dari cukup. Tak beralasan, dalih yang lebih cocok disebut sebagai kemalasan itu.

Jika diselami, sesuatu yang telah lama hilang dari bangsa ini sejatinya kepercayaan diri, semangat, dan kebanggaan pada bangsa sendiri. Melihat animo hebat dari pecinta kesebelasan Indonesia,kasus hendra mulyadi, tidak bisa dipungkiri banyak orang hatinya bergetar.Tiba-tiba, kita seakan menemukan pemicu sebuah kebangkitan,dari keputusasaan suporter bola dengan diwakili sosok hendra mulyadi yang nekad itu.

Korea Selatan memang layak berjaya. Ia punya segalanya. Teknik, strategi, semangat, dan kecintaan pada negaranya. Ini sebuah pelajaran yang mestinya dipetik bangsa ini. Semua lapisan masyarakat hendaknya berkorban untuk membangun bangsanya. Bukan orang miskin melulu, yang dipaksa sabar narimo, berkorban, dan berjuang. Sementara, pemerintah, wakil rakyat, pengusaha, dan para penikmat bumi Indonesia ini, hidup untuk pribadi dan sanak keluarganya.

Dalam buku Rahasia Bisnis Orang Korea yang ditulis Ann Wan Seng, Orang Korea adalah bangsa yang gigih, tahan serangan, tidak takut diuji dan berani mengambil risiko. Orang Korea percaya tiada jalan yang singkat untuk berjaya. Mereka perlu mengawali dari bawah.Dalam berusaha mereka juga punya prinsip ,kalau anda sudah punya niat maka 75% anda sudah berhasil tinggal 25%nya adalah kerja keras anda.Jangan pernah berputus asa semua masalah ada jalan keluarnya!

Prinsip ini yang dipegang oleh pengusaha Korea dan menjadi asas kejayaan mereka. Mereka mempunyai cita-cita yang tinggi bukan untuk kepentingan peribadi, tetapi untuk kejayaan bangsa dan martabat negaranya. Kejayaan mereka adalah kejayaan bangsa Korea. Pencapaian mereka adalah pencapaian negaranya.

Bahkan, dalam prinsip orang-orang Korea Selatan yang dipatri sedari kecil, agar selalu berada selangkah di depan. "Ketika orang lain sedang tidur, kamu harus bangun. Ketika orang lain bangun, kamu harus berjalan. Ketika orang lain berjalan, kamu harus berlari. Dan ketika orang lain berlari, kamu harus terbang."

Bagi tki yang baru datang ke korea,negeri ini benar benar seperti neraka,kawah candradimuka tepatnya.Betapa tidak,seorang tki akan dihadapkan pada budaya yang sama sekali berbeda dengan indonesia,terutama di lingkungan kerja.Bekerja layaknya robot,dengan tempo yang harus cepat."palli..palli..!",teriakan para mandor pabrik yang berarti cepat..cepat menjadi kata yang biasa didengar para pekerja macam saya.Belum lagi makian yang super kasar biasa keluar dari mulut mereka,mengumpat adalah hal yang biasa bagi orang korea,sangat menyakitkan hati.Namun kita harus sabar karena memang itu menjadi kebiasaan mereka,coba amati film korea pasti makian banyak berhamburan dari mulut mereka.

Jam kerja yang panjang bisa lebih dari 18 jam sehari adalah bentuk lain semangat kerja mereka.Bagi kita memang berat,tapi mereka memang sudah terbiasa.Dulu rasanya saya ingin pulang saja ke indonesia karena merasa capek dengan irama kerja seperti itu.Namun setelah beberpa bulan saya sudah bisa menyesuaikan diri dengan kondisi itu.Hal lain adalah budaya senior-junior,orang yang lebih tua biasanya akan semena mena terhadap orang yang usianya lebih muda,baik ucapan maupun perlakuan,seenak udelnya sendiri.Yang muda harus hormat dan menggunakan bahasa sopan dan halus,kalau tidak,sang senior akan marah marah.Jarang orang yang lebih muda melawan perlakuan seniornya karena secara budaya tetap kita akan disalahkan,Akhirnya kami para tki yang usianya lebih mudapun harus menerima sikap mereka dengan lapang dada.

Akankah budaya kerja keras pantang mundur untuk meraih cita cita akan tetap terpatri di dada kami,para tki yang mendapat didikan langsung dari warga negara korea?Atau setelah pulang justru loyo karena merasa tenaga terkuras habis dan sudah merasa cukup secara materi.Hanya waktu dan keadaan yang akan membuktikannya nanti.Setidaknya saya telah mencatatnya dalam blog harian saya,agar semangat ini ditangkap anak cucu saya kelak.Yang pasti saya masih tetap jadi nakhkoda tangguh bagi pangeran kecilku dan bundanya!...snowman alone ..seoul