Kamis, 17 Desember 2009

catatan tki korea bag.3 (ramahnya jogja tak seramah seoul)


Kalau saya berani menyatakan bahwa ramahnya jogja masih kalah dengan ramahnya kota-kota di seoul karena saya lahir dan dibesarkan di jogja lalu setidaknya berturut selama 5 tahun tinggal di korea selatan.Bukan berarti jogja tidak ramah,bagi saya jogja memang ramah terutama di pelosok pedesaan.Tapi bila anda pernah merasakan kehidupan di korea maka warga korea sangat menyenangkan.Memang bagi buruh migran seperti saya ada tempat yang paling menyebalkan di korea yaitu di PABRIK.Hampir semua tki akan menyatakan pabrik adalah nerakanya korea bahkan dunia barangkali.Di pabrik mental kita akan diuji dg kesabaran,tabah dan pengndalian emosi.Namun bila sudah di luar pabrik dan merasakan kehidupan masyarakat korea yg sesungguhny maka penilaian bahwa korea adalah negara brengsek akan hilang.

Ok,mari kita susuri sudut kota ini,

Seoul, kota ini seperti jakarta, dengan penduduk lebih dari 10 juta, luasnya lebih kecil dikit daripada jakarta. Tapi gak kalah metropolitannya daripada jakarta. Jakarta kalah.
Gedung-gedung pencakar langitnya lebih mantap dan segar. Yang membedakan juga adalah penataan transportasinya. Kalau di jakarta, jalan-jalan sudah malang melintang dengan banyaknya fly over dan beberapa underpass, tumpang tindih semua, di Korea lain. Seakan space di udara itu keliatan lapang dan lega, tanpa banyak flyover, dan juga tanpa jembatan penyeberangan. Yang ada adalah kesibukan di bawah tanahnya. Dengan subway dan underpass untuk pejalan kaki, jadi tak perlu banyak zebracross dan jembatan penyeberangan. Ruang-ruang bawah tanah ini juga banyak digunakan menjadi komersial area. Setiap sudut, hampir tanpa mubasir kepakai semua untuk tempat orang berdagang, formal maupun informal.

Saya yang dengan noraknya waktu pertama kali keluar untuk jalan-jalan di kota ini, harus bingung, dan mutar-mutar dulu untuk sekedar menyeberang ke seberang jalan. Aku pikir harus cari zebracross untuk nyeberang, tapi kok jauh amat jadinya. Ternyata harus turun ke bawah, ke dalam underpass. Saya pikir tadinya itu terowongan untuk ke terminal subway, ternyata terowongan untuk nyeberang jalan. Dan di bawah itu sudah berjejer toko-toko dan ternyata, jalan2 di bawah tanah yang untuk nyeberang ini juga kadang nyambung ama hotel, sama mall juga. Mantap,stasiun kereta api dibawah jalan raya dg toko fashion nyambung ke mall berlantai 10.kalau kita keluar dari stasiun sudah disambut terminal yang biasanya ada di dekatnya.

Tapi seperti juga kota jogja, Seoul juga punya dualisme formal dan informal sector. Ada pedagang kelas department store dan boutique, tapi juga ada banyak pedagang kaki lima. Tapi terlokalisir rapi dalam suatu area.Soal keamanan gak bisa dibandingin dengan jakarta. Walaupun katanya ada kehidupan gangster di seoul ini, tapi bakal susah nemuinnya di jalan-jalan. Tidak seperti di jakarta yang punya banyak kawasan waspada karena rawan kejahatan, dan tidak aman di malam hari, di Seoul ini orang bisa tenang-tenang tanpa takut apapun.Anda bisa menemukan perempuan yang masih berkeliaran di malam hari(bukan perempuan sundel loh) dg tanpa rasa takut ,tengah malam sekalipun!Membawa barang berharga di tas tanpa takut kecopetan.Polisi yang mondar mandir kayak robot tanpa kelihatan capek padahal gak ada penjahat.Wow...

Bila ingin naik bus,anda akan akan disambut pak sopir yg mengenakan jas berdasi dengan senyum dan anggukan kepala tanpa lupa ucapan salam.."anyong haseo" lalu pertanyaan tujuan perjalanan anda.Saat turunpun pak sopir tak lupa mengucapkan salam dan kita pun semestinya mengucapkan terimakasih. Saya merasa takjub dg kejujuran orang korea dalam membayar ongkos.Tidak seperti di jogja,disini bus tidak butuh kondektur atau kernet.Orang membayar ongkos dengan memasukkannya kedalam kotak di dekat sopir atau menempelkan kartu elektrik utk membayar ongkos bus atau kereta subway.Si sopir jarang yang memelototi jumlah uang yg kita masukkan atau menghitungnya,tergantung kejujuran kita saja!bila ada uang kembali tinggal bilang sama pak sopir jumlah uang yg telah kita masukkan lalu pak sopir akan memencet tombol di dekatnya dan uang kembalian kita akan keluar dari lobang di kotak ongkos itu.Hal itu terjadi tanpa pernah ada 'eyel2an' antara sopir dan penumpang mengenai jumlah uang .

Didalam bus ,kembali saya dibuat takjub dg budaya korea lagi.Di deretan kursi depan tertulis,"kursi untuk orang2 lemah/hamil,orang tua atau cacat".Bila anda duduk di kursi itu lalu ada orang tua tiba2 naik bus dan tidak ada kursi untuknya maka anda harus berdiri dan mempersilakan embah tadi untuk duduk dg nyaman.Bagaimana dg jogja?Kayaknya hanya ada dalam buku pelajaran ppkn saja dech.Di dalam bus tidak ada orang yang 'klepas klepus ' merokok,selain karena dilarang jg karena jendela selalu tertutup dg ac yg sejuk di musim panas atau pemanas yang hangat bila di musim dingin.Tidak ada pembagian kelas ekonomi ,bisnis ,executif dll,semua reguler sama,bersih wangi dan ber ac.Bus selalu berhenti di tempat tertentu yaitu halte bus.Tidak ada ceritanya bus naikin penumpang sembarangan,karena penulis pernah mencegat bus bukan di halte tp bener2 dicuekin sama pak sopir ,padahal bus hanya berpenumpang beberapa orang saja.Plus tepat waktu,bila terlamabt semenit saja anda akan ditinggal meskipun pak sopir tahu anda hanya terlambat beberapa detik saja.Setiap kali akan melewati suatu halte anda akan dibertahu oleh mesin suara otomatis nama haltenya dan halte berikutnya.Lalu pencet tombol dekat kursi anda tanpa perlu teriak kalau mau turun maka bus akan berhenti dan pintu akan terbuka .Kalau gak ada yg turun gmn?yach anda akan dengar suara pak sopir yang marah2 karena ada orang yg iseng mencet tombol..waakkss!!

Kalau sudah turun dari bus dan sampai di kota yang anda tuju coba masuk ke salah satu toko,sang penjaga toko akan menyapa anda dg ramah dan mengucapkan selamat jalan setelah anda selesai melihat isi toko,tanpa beli sekalipun.Umpama hendak membelipun penjaga toko akan bicara dengan bahasa halus 'kromo inggil' pada anda.Hormat,ramah,santun..penjaga tokonya yg cantik ..wuiihh gurih!Di taman2 banyak juga penjual makanan murah meriah dan seger dan ramah dg sapaan dan senyumnya yg ramah.Atau anda ingin masuk ke mall?Di pintu masuk mall sudah berdiri mas atau mbak yg akan membungkuk hormat tak lupa salam tertinggi"anyong hasimnika!" wah..kayak bos mafia aje gue...

Sekarang coba masuk ke salah satu gedung layanan public,kalau yang pernah saya masuki adalah gedung pensiun nasional, depnaker, kantor pos,bank dan kantor imigrasi.Anda akan disambut satpam dg hormat dan ditanya apa keperluannya lalu dipersilakan mengambil kartu antri.Setelah tiba giliran nomer antri kita baru anda boleh maju ke meja petugas.Berbeda dg instansi pemerintah di jogja,petugas disini ramah dan mengutamakan pelayanan terbaik.Termasuk soal meja petugas kantor yg langsung berhubungan dengan rakyat.Kalau instansi pemerintahan di jogja banyak yang masih menggunakan meja tinggi sehingga kita harus berdiri berhadapan dengan petugas yang duduk dengan pembatas kaca yang diberi sedikit lobang,di korea meja petugas seukuran meja belajar dan masyarakat di berikan kursi untuk duduk didepan petugas itu.Berhadapan tanpa di kasih pembatas kaca secuilpun.Mereka akan bicara dg kita dengan menggunakan bahasa terhalus .Bila kita membawa teman,maka seorang petugas lain,biasanya pak satpam,akan membberikan kursi utk teman kita tersebut.Tak lupa bila haus anda akan dipersilakan mengambil air putih atau secangkir kopi panas .Dulu waktu saya mengurus uang pensiun ,kami dikasih yakult dua buah untuk saya dan teman.Tak seberapa tapi memuaskan.

Sekarang bicara soal orang Korea, gak ada lain selain semangatnya untuk maju dan berusaha. Dilihat dari gayanya saja. Mereka, selalu ingin tampil profesional dan meyakinkan. Mulai dari pekerja muda, pekerja ringan, kasar, pedagang kecil dan pedagang besar, tua dan muda, mereka kebanyakan pakai jas lengkap dengan dasi. Excellent. Baru kali ini aku ke sebuah pasar pagi dan tawar menawar dengan pedagangnya yang berpakaian necis, dan naik bis dan taksi dengan supir yang berjas dan berdasi,termasuk pedagang asongan jg necis berjas dg dasi di leher.Bener sumpret dech..pedagang asongan aja pakai sepatu mengkilat,wangi,berdasi, Mantap.Termasuk para kuli pabrik dg pakaian mode terkini dunia danadan ngetop bermerek ADIDAS,EXR,VERSACE,GUESS,PUMA, NIKE ,LOTTO,KAPPA,ASK,LEVI's.....wessheweshwessssss..lha saya?Ra kuat tuku.....sipal!!!

Yah, begitulah Korea. Beberapa dari kita sempat berpikir untuk pindah ke Korea, menikmati hidupnya dengan bergairah sehingga sampai tua berumur 90an tahun dan masih awet muda, merasakan sendiri rahasia hidup di korea dengan tentram damai dan pasrah.....Tapi bagi saya jogja adalah tempat paling nyaman untuk ditinggali karena ada istri yang selalu buatin kopi, masak lauk yang enak,mijitin,ngerokin dan "musuh dalam selimut"....waakkkkksss heerraaiissyyy!!! SNOWMAN SEOUL

Senin, 14 Desember 2009

catatan harian tki korea bag.2 (timur korea dan indonesia yang semakin 'barat')

Seperti kebanyakan para perantau khususnya yg berada di luarnegeri, di Korea ini kami bisa merasakan pengalaman berharga, banyak pengalaman yang membahagiakan, tak jarang pula pengalaman yang menyedihkan bagi kami. Sebagai perantau yang jauh dari sanak keluarga, kami berintraksi dengan orang-orang yg belum kami kenal, begitu juga dengan adat istiadat, kebiasaan, bahasa cara hidup dan berbagai hal lain. Semua ini menjadi bumbu kehidupan bagi kami, yang kelak akan kami rasakan manfaatnya ketika kembali ke tanah air.

Dari sekian banyak perbedaan yg kami temukan, BAHASA adalah salah satu yang sangat menonjol. Bahasa Korea sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia tapi malah ada sedikit kesamaan dengan bahasa JAWA,yaitu bahasa korea jg mengenal beberapa tingkatan bahasa.Sebagaimana halnya bahasa jawa,ada tingkatan bahasa halus dan ada tingkatan bahasa kasar(ngoko).Bahasa halus biasa digunakan bila berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang baru dikenal atau pertemanan yang belum terlalu akrab,persis di jawa.Sedangkan bahasa ngoko biasa dipakai untuk percakapan dg orang yglebih muda,teman akrab atau bawahan.

Sehinga kadang-kadang inilah kendala paling berat yang kami hadapi. Sering terjadi kesalah pahaman diantara kami. Terutama ketika orang orang-orang Korea memerintahkan kami mengerjakan sesuatu pekerjaan A akan tetapi yg kami kerjakan adalah B, begitu juga saat menyuruh mengambil suatu benda yg kami bawa benda lain, makanya jangan heran kalo sering terjadi perselisihan bahkan perkelahian antar orang korea dan TKI.Sekaligus membuat kami kagum,di negera yang sedemikian maju tata krama bahasa masih sangat diperhatikan.Bandingkan dg bahasa indonesia atau yang terjadi di masyarakat jawa sudah mulai banyak generasi muda yang mulai tidak ngerti 'kromo inggil'.

AGAMA. Orang Korea rata rata beragama budha, kristen ,penganut agama kepercayaan, menyembah nenek moyang dan banyak yang tidak beragama. karena itulah umur begitu dihargai di Korea. Berbeda dengan bangsa lain, orang Korea akan menanyakan umur kita ketika pertama kali bertemu, ini terkait erat dengan penghormatan, penghargaan dalam pergaulan selanjutnya. Selanjutnya, umur seseorang berhubungan dengan tingkatan bahasa yg akan digunakan pada saat kita berbincang bincang dengan orang korea, dikemudian hari.

Meskipun banyak yang tidak beragama tapi mereka bertingkah laku lebih agamis dan beradab daripada orang indonesia,malaysia atau bangsa arab sekalipun.Mereka sangat menghargai hak orang lain,takut melakukan tindakan kriminal(ambil uang yang jatuh di jalan saja belum tentu mereka berani).Meskipun ada yang jahat tapi tidak signifikan.Hormat pada yang lebih tua,sekalipun atasan tapi kalau kalah usia maka dia tidak berani petentang petenteng main perintah pada orang lain.Suka berkata jujur dan apa adanya,mereka akan mengingat ingat dan benci setengah mati kalau sekali saja pernah dibohongi.Budaya mengucapkan salam saat bertemu dan berpisah.Disiplin dan bertanggungjawab terhada bidang kerja yang menjadi keahliannya.Dan masih banyak hal lain yang akan saya bahas pada bagian lain.

Dalam hal kepercayaan ini,mereka rata rata memiliki toleransi tinggi dan menghargai kepercayaan orang lain.Memang terkadang kelakar guyonan mereka yang menyinggung masalah agama tapi mereka hanya menganggap sekedar guyonan,tak ada maksud melecehkan .Tapi bagi kita orang Indonesia akan menjadi masalah serius.misal, saat makan telah terhidang lauk dg menu daging babi,sering saya dengar mereka bilang pada kita,"udah dimakan saja,Alloh gak bakalan liat kalau kamu makan babi,lagipula tidak ada Alloh di korea..". Atau saat puasa tiba,para bibi korea biasanya tidak tega kita kelaparan dari pagi sampai sore tidak makan dan minum,mereka akan membujuk kita untuk makan(dg naluri keibuan mereka) "Cepat kamu makan roti yang bibi bawa untuk kamu ini,sembunyilah di toilet biar Tuhan gak lihat"...waakkksss????Anehnya mereka akan marah2 kalau kita makan daging babi dan mengatai kita sebagai muslim palsu dan munafik...tuh khan!


ADAT ISTIADAT. Orang korea sangat menjunjung tinggi rasa persaudaraan. Salah satu contohnya jika dia lebih muda umurnya maka dia akan memangil kakak begitu juga sebaliknya, orang yg lebih tua akan memangil kita seperti memangil anak anaknya sendiri. Orang Korea tidak suka makan sesuatu dengan cara sendiri sendiri, mereka pasti akan membagi bagikan kepada orang yg mereka kenal.Dan yang membuat saya kadang terharu,para bibi dan mbakyu bila memberikan permen atau roti tidak sekedar memberikan,tp dibukakan dulu bungkusnya lalu memasukkan ke mulut kita dg lembut sambil tersenyum seperti ibu pada anaknya.Bila pulang kerja atau ada waktu senggang mereka biasa menghabiskan waktu dengan sahabatnya di warung sambil minum minuman keras atau bir dengan cumi bakar& daging babi bakar.

Perselisihan sering terjadi diantara mereka tapi ada hal aneh yang jauh berbeda dibanding dengan watak orang indonesia.Saat bertengkar atau sedang marah,makian sumpah serapah enteng keluar dari mulut mereka bahkan hampir beradu fisik..eeeiiittt,jangan salah ,hanya hampir!jarang terjadi benar benar saling pukul karena korea akan memproses secara hukum terhadap kasus pemukulan meskipun terjadi dalam suatu perkelahian.Bagi yang kena pukul lebih banyak dan mendapat bukti visum bisa menuntut ke pengadilan dan akan segera ditindaklanjuti.Dan...umpama pagi hari bertengkar hebat,saat makan siang atau paling lambat keesokan harinya mereka sudah kembali akrab bercanda seolah tak pernah terjadi suatu apapun sebelumnya!!!Bandingkan dengan di negara kita,kalau bertengkar akan terbawa sampai mati bahkan diturunkan ke anak cucunya.Sampai sampai ada film pembalasan dendam si Anu!

Mereka biasa menunjuk dengan kaki, memukul kepala, duduk lebih tinggi pada saat kita berbicara tanpa memandang usia dan itu semua bagi orang korea bukan suatu hal yg dilarang.Anehnya kalau mukul pantat mereka akan marah tapi kalau mukul kepala merupakan hal yang wajar. Orang korea juga jarang atau mungkin tidak ada yg akan mencari pasangan baik itu sebagai pacar atau pun suami istri yg usianya terpaut jauh, paling tidak 2 atau 3 tahun, tapi mereka kebanyakan mencari pasangan yang seusia. Perbedaan usia pasangan yang terlalu jauh akan menjadi hal yang tabu bagi orang Korea. Sebenarnya banyak sekali perbedaan perbedaan yang mencolok di Korea dengan adat/kebiasaan kita,tapi saya cuma menceritakan secara garis besarnya saja.....bersambung...THE SNOWMAN SEOUL

catatan harian TKI korea bag.1 (antara cicak seoul dan buaya jakarta)

cicak aneh dan buaya lucu.


Mengamati kisah pertarungan kadal..eh cicak dan buaya membuat saya jadi ingat dg kejadian beberapa waktu lalu di korea.Hampir mirip dg yang di Indo,yaitu tentang skandal yang terjadi di pemerintahan.Di korea selatan, mantan presiden Roh mu hyun menjalani pemeriksaan yang diadakan oleh tim penyidik sehubungan adanya dugaan skandal suap lebih dari 6 juta dollar AS yang diterimanya dari seorang pengusaha selama masih menjabat sebagai presiden. Roh menjabat sebagai presiden Korea Selatan dari tahun 2003 hingga 2008. Meskipun masih sebatas tuduhan dan belum dibuktikan di pengadilan tp hal itu telah membuatnya malu.Rasa malu yang dideritanya telah membuat dirinya seakan tak berharga lagi.Sebab menurut Roh tuduhan itu telah menginjak2 harga dirinya yg selama ini dikenal sebagi kepala negara yang bersih.Akhirnya Roh mu hyun memilih bunuh diri akibat malu yang di deritanya.

Ini mungkin bagi kita yang di Indonesia merupakan sebuah berita mengejutkan. Tetapi bagi rakyat Korea dan Jepang berita begini tidak selalu mengejutkan. Bagi rakyat kedua negara tersebut hal ini dianggap sebagai wujud rasa malu yang nyata akibat keputusannya/tindakannya sewaktu menjabat sebagai penguasa. Bukan tradisi agaknya, tetapi kehormatan dan rasa malu sama pentingnya. Jangan pernah anda dan kita semua berharap menemukan pejabat Indonesia yang akan mau bertanggungjawab atas tindakannya (korupsi misalnya) yang memunculkan rasa malu pribadi dan keluarga dengan cara ini. Bahkan sekadar mengundurkan diri saja dari jabatannya nggak bakalan mau, meski bukti-bukti tindakannya sudah terkuak dengan nyata. Lebih-lebih di pengadilan pun akan mati-matian (melalui pengacaranya) menunjukkan seolah-olah nggak bersalah, bersih banget begitu. Ya, umumnya itu dikemas dalam upaya hukum, sah-sah saja

Tampaknya urat malu para pejabat kita sudah putus.Jelas terjadi ketidakberesan di depan mata tapi mereka masih saja berusaha menghindar dg berlindung dibalik kaidah2 hukum yang bisa dipermainkan sekehendak hati.Masih menyangkal dengan alasan konyol dan tidak masuk akal.Bahkan membuat sandiwara baru yang membuat cerita yang sebenarnya sepele jadi tampak berbelit.Memalukan ..hanya kata itu yang bisa terucap kalau kami membaca berita perkembangan dongeng si cicak&buaya.

Praktek korupsi,suap kongkalikong dan aneka skanal sejenis di Indonesia, sebenarnya bukan saja terjadi pada dua-tiga dekade terakhir. Di era pemerintahan Soekarno, misalnya, Bung Hatta sudah mulai berteriak bahwa korupsi adalah budaya bangsa. Malah, pada tahun 1950-an, pemerintah sudah membentuk tim khusus untuk menangani masalah korupsi. Pada era Soekarno itulah kita kenal bahwa salah satu departemen yang kotor, justru Departemen Agama dengan skandal kain kafan. Saat itu, kain untuk membungkus mayat (kain kaci), masih harus diimpor. Peran departemen ini sangat dominan untuk urusan tersebut.

Dewasa ini, spektrum korupsi di Indonesia sudah merasuk di hampir semua sisi kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan. Mulai dari pembuatan KTP, IMB, tender proyek-proyek BUMN, penjualan asset negara oleh BPPN, penggerogotan dana Bulog, bahkan sampai tukang parkir dan penjual tiket kereta api-pun sudah terbiasa melakukan tindak korupsi. Korupsi yang demikian subur ini, kemudian dijadikan argumentasi, bahwa korupsi adalah budaya kita. Oleh karena merupakan budaya, maka sulit untuk dirubah, demikianlah kesimpulan sementara orang. Maka gerakan anti korupsi dipandang usaha yang sia-sia. Urusan korupsi, hanya dapat kita serahkan pada “kebaikan hati” rakyat saja. Sebuah kesimpulan yang dangkal dan tergesa-gesa.Bagi saya, antara manusia korea dan indonesia tak ada bedanya.Kalau mereka bisa mencapai kejayaan maka kitapun bisa juga.Saya yakin suatu saat nanti korupsi dan persekongkolan jahat di indonesia bisa diberantas.Saya yakin karena orang koreapun bisa kita juga pasti bisa.Tapi sekarang...saya malu...SNOWMAN SEOUL

Rabu, 08 April 2009

ramalan jayabaya


Iki sing dadi tandane zaman kalabendu
1. Lindu ping pitu sedina
2. Lemah Lemah bengkah
3. Manungsa pating galuruh, akeh kang nandang lara
4. Pagebluk rupa-rupa
5. Mung setitik sing mari akeh-akehe pada mati

Zaman kalabendu iku wiwit yen,

1. Wis ana kreta mlaku tanpa jaran
2. Tanah jawa kalungan wesi
3. Prau mlaku ing nduwur awang-awang
4. Kali ilang kedunge
5. Pasar ilang kumandange
6. Wong nemoni wolak-walik ing zaman
7. Jaran doyan sambel
8. Wong wadon menganggo lanang


Zaman kalabendu iku koyo-koyo zaman kasukan, zaman kanikmatan donya, nanging zaman iku sabenere zaman ajur lan bubrahing donya.

1. Mulane akeh bapak lali anak
2. Akeh anak wani ngalawan ibu lan nantang bapak
3. Sedulur pada cidro cinidro
4. Wong wadon ilang kawirangane, wong lanang ilang kaprawirane
5. Akeh wong lanang ora duwe bojo
6. Akeh wong wadon ora setia karo bojone
7. Akeh ibu pada ngedol anake
8. Akeh wong wadon ngedol awake
9. Akeh wong ijol bojo
10. Akeh udan salah mangsa
11. Akeh prawan tuwa
12. Akeh randa ngalairake anak
13. Akeh jabang bayi nggoleki bapake
14. Wong wodan ngalamar wong lanang
15. Wong lanang ngasorake, drajate dewe
16. Akeh bocah kowar
17. Randa murah regane
18. Randa ajine mung sak sen loro
19. Prawan rong sen loro
20. Dudo pincang payu sangang wong

Zamane zaman edan
1. Wong wadon nunggang jaran
2. Wong lanang lungguh plengki
3. Wong bener tenger-tenger
4. Wong salah bungah-bungah
5. Wong apik ditampik-tampik
6. Wong bejat munggah pangkat
7. Akeh ndandhang diunekake kuntul
8. Wong salah dianggap benerr
9. Wong lugu kebelenggu
10. Wong mulya dikunjara
11. Sing culika mulya, sing jujur kojur
12. Para laku dagang akeh sing keplanggrang
13. Wong main akeh sing ndadi
14. Linak lija lingga lica, lali anak lali baja, lali tangga lali kanca
15. Duwit lan kringet mug dadi wolak-walik kertu
16. Kertu gede dibukake, ngguyu pating cekakak
17. Ning mulih main kantonge kempes
18. Krungu bojo lan anak nangis ora di rewes


Abote kaya ngapa sa bisa-bisane aja nganti wong kelut,keliring zaman kalabendu iku.

Amargo zaman iku bakal sirna lan gantine joiku zaman ratu adil, zaman kamulyan. Mula sing tatag, sing tabah, sing kukuh, jo kepranan ombyak ing zaman Entenana zamane kamulyan zamaning ratu adil.PIYE HOROHHH......

Selasa, 07 April 2009

sederhana bukan berarti miskin


Sebenarnya ada banyak pelajaran dari krisis keuangan yang bisa kita ambil dalam pengelolaan keuangan individu dan rumah tangga. Misalnya, pernahkah Anda mencoba menghitung keuangan pribadi Anda? Berapa banyak utang (atau cicilan utang) yang harus dibayar dibandingkan dengan pendapatan bersih yang Anda peroleh? Apakah Anda yakin bahwa utang bisa Anda kelola tanpa mengganggu kehidupan Anda?

Jujur saja, melihat situasi belakangan ini sering membuat saya kuatir. Promosi kredit dilepas secara jor-joran. Orang bisa mengambil motor baru tanpa uang muka. Mobil juga bisa dibawa pulang hanya dengan DP beberapa juta rupiah saja. Belum lagi bila menghitung proses credit scoring yang sering diabaikan hanya demi mengejar target. Lebih parah lagi, kredit tersebut digunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumsi, bukan untuk aktivitas produktif.

Saya pernah takjub melihat kernet bus mengantongi ponsel canggih berkamera, sementara salah satu eksekutif perusahaan terkemuka di Indonesia masih menggunakan ponsel lama sebesar batu bata. Saya juga geleng-geleng kepala melihat ada karyawan memaksakan diri mengambil kredit mobil BMW sementara bosnya hanya bermobil Corolla lawas. Agaknya ada yang salah dengan masyarakat kita dalam membedakan antara mana yang diinginkan dan mana yang diperlukan.

Daripada memaksakan diri untuk terlihat luar biasa, mengapa tak mencoba tampil sederhana dan apa adanya? Menurut saya, jauh lebih baik terlihat biasa-biasa saja daripada terlihat kaya (padahal sebenarnya tak punya apa-apa).Sederhana bukan berarti miskin bukan ,tokh kita juga tidak akan terbebani bila sewaktu-waktu kita benar-benar bangkrut.Why,soalnya semanjak dulu penampilan kita emang biasa2 saja.RENDAH HATI TIDAK AKAN MERENDAHKAN HARGA DIRI KITA.

Minggu, 05 April 2009

rosululloh miskin???......noway!!!



Inilah kelemahan umat Islam yang lebih memahami keberadaan Muhammad SAW secara parsial. Sejarah membuktikan bahwa sesungguhnya Rasulullah adalah seorang pebisnis ulung.

Ayahnya wafat saat dalam kandungan dan ibunya juga wafat saat usianya masih balita. Di usia 7 tahun beliau memulai berbisnis dengan usaha manajemen (menggembalakan) kambing milik para investor (kabilah). Lima tahun kemudian beliau memulai perjalanan bisnisnya ke Negeri Syam yang berjarak lebih dari 1.000 km dari tempat tinggal beliau. Dari pengalaman menjual barang-barang dagangan para khalifah tersebut, beliau boleh dibilang sukses. Etos kerja yang kian tinggi serta kredibilitas (Al-Amin) beliau menjadikannya pebisnis yang (hampir) selalu beruntung. Hal itu menyebabkan banyak investor (pemimpin kabilah) yang kemudian menitipkan uangnya kepada Rasulullah.

Pada usia 20an, beliau menikah dengan sesama pebisnis, Siti Khadijah, yang juga dikenal cukup sukses. Mahar kawin yang beliau serahkan adalah 20 ekor unta (saya agak lupa, mungkin sekitar 20-25). Kalau dimisalkan 1 ekor unta senilai Rp 10 juta, maka mahar beliau saat itu sekitar Rp 200 juta. Jaman sekarang pun amat sangat jarang ditemukan pemuda yang menikah dengan mahar sebesar Rp 200 juta. Apalagi, kalau diumpamakan bahwa unta saat itu senilai dengan sebuah mobil, maka mahar yang beliau berikan setara dengan 20 mobil. Sungguh hebat.

Hanya saja, kemudian Rasulullah memang memberikan hartanya untuk kepentingan umat. Konon, setiap tahunnya beliau malah menyumbangkan tak kurang dari 600 ekor unta. Rasulullah adalah seorang yang kaya raya. Hanya saja, kekayaan yang diraihnya betul-betul melalui jalan yang halal dan ridho. Beliau juga senantiasa menjaga kredibilitas dan menyalurkan kembali kekayaan beliau sebagai jalan penolong bagi orang-orang yang lemah di sekitarnya.

Jadi, siapa bilang miskin dan melarat itu mencontoh Rasulullah?

lelaki dalam kacamata djawa



Pan iku wus karseng Widhi
dene kang mangka marganya
ananya wiji janmane
apan aneng janma priya
karan uga tyang lanang
lanang lana tegesipun
langgeng ingkang hisi gesang

Tulisan di atas adalah penggalan salah satu bait tembang Asmarandana. Tulisan tersebut ditulis dalam bahasa Jawa Kawi—-yang konon katanya digunakan oleh leluhur bangsa Jawa sebelum abad ke 17. Saat ini relatif tidak banyak orang yang memahami bahasa tersebut. Selain orang-orang yang memang memiliki spesialisasi di bidang itu, bahasa Jawa Kawi mungkin terhenti sampai dua-tiga generasi sebelum generasi kita sekarang.

Yang jelas, setelah membaca tulisan tersebut saya baru tahu bahwa ternyata lanang (laki-laki) memiliki arti khusus, yaitu langgeng ingkang hisi gesang atau suatu sifat yang berhak menerima aliran daya kehidupan. Bila ditelusur dari bait-bait sebelum dan sesudahnya, tulisan tersebut hendak mengatakan bahwa sudah menjadi kehendak Tuhan bila kaum laki-laki diciptakan “lebih”, yaitu menjadi perantara terjadinya sifat bakal manusia.
Walau dianggap lebih, bait-bait Asmarandana juga mengingatkan agar kaum laki-laki tidak berbesar hati dan merasa kuasa, karena pada hakekatnya mereka hanya menjadi perantara saja. Di sisi lain, perempuan juga memegang peranan penting karena menerima “biji” yang dibawa laki-laki dan memeliharanya sedemikian hingga sampai biji tersebut tumbuh menjadi manusia yang utuh. Secara menakjubkan bait-bait tersebut menceritakan mulai dari bagaimana air sari pati makanan bisa berubah menjadi makhluk yang sempurna.

Dalam lembaran yang lain, saya juga menemukan potongan bait yang menarik dari tembang Sinom.

mangkya nggonya jejodohan
si wedus tan beda pitik
nyatanira mung sajuga
kang kara jodonireki
dene katon tan siji
iku mungguring tinggal manus
sarta katonnya kutah
salir wadon dyan sinabi
apan iku mung weruhing janma

Dalam bait tersebut digambarkan bahwa kambing dan ayam adalah sama saja—-suka bercinta dengan banyak betina. Mereka tidak pernah membeda-bedakan. Asalkan betina—-entah itu saudara, ibu, nenek, tetangga, atau lainnya—-langsung disikat. Di bait-bait sesudahnya digambarkan pula sapi yang cenderung hanya bercinta pada satu pasangan saja. Selain terbukti lebih sehat, sapi juga dianggap lebih bisa memberi manfaat—-mulai dari daging, susu, kulit, hingga tenaganya.

Pelajaran yang bisa dipetik adalah bercinta dengan begitu banyak lawan jenis (baca: serakah) seperti kambing atau ayam mungkin bisa mendatangkan kebahagian, tetapi tidak akan menyamai kebahagiaan yang diperoleh dari kesetiaan terhadap satu pasangan saja seperti halnya sapi. Tembang tersebut mengibaratkannya dengan seorang pemabuk yang belum mendapatkan minuman. Ketentraman hatinya hanya akan diperoleh bila ia berdekatan dengan minuman keras. Padahal, nafsu hewani semacam itu tidak dapat diduga akibatnya. Selain membuat badani rusak, perasaaan tidak tetap, hati pun bisa menjadi kabur.

Menariknya, bukutersebut tertemukan sudah dalam keadaan sangat memrihatinkan. Kumal, penuh lipatan, sebagian sudah robek, dengan sampul yang lenyap entah kemana. Ajaibnya lagi, buku setebal sekitar 300 halaman itu tidak ditulis oleh bangsa kita sendiri, melainkan oleh Mariendals Boktrykkeri A.s. Gjøvik, Norway. Opo tumon? :)

Jumat, 03 April 2009

obat ngganteng lagi

jatilan masuk korea


coba kalau "ndadi" gimana ?orang korea yang nonton sangat kagum dengan budaya kita.itu baru jatilan saja ,ntarkalau satu set gamelan sama wayang orang dihadirkan ...bisa geger mereka untuk minta dilatih...we ke kek kekkk.

Rabu, 01 April 2009

minum air cucian kaki mbak mega bikin sugerr``

Jumat, 27 Maret 2009

teh celup ponari

gaji anggota dpr 'belum termasuk hasil ngerampok duit negara'


Mau tau berapa Gaji DPR?



Membaca email dibawah ini membuat saya jadi "terenyuh" untuk bayar pajak. Kita (pekerja dan kaum buruh) bayar pajak dengan susah payah (dari hasil keringat) untuk membayar gaji bulanan para anggota dewan yang kerjanya cuma .......

Pemilu 2009 adalah pemilu terbanyak yang melibatkan caleg atau calon legislatif, sebenarnya berapa sih gaji dari anggota DPR? Penerimaan anggota DPR terbagi menjadi tiga kategori, yaitu rutin perbulan, rutin non perbulan dan sesekali. Rutin perbulan meliputi :

Gaji pokok : Rp 15.510.000
Tunjangan listrik : Rp 5. 496.000
Tunjangan Aspirasi : Rp 7.200.000
Tunjangan kehormatan : Rp 3.150.000
Tunjangan Komunikasi : Rp 12.000.000
Tunjangan Pengawasan : Rp 2.100.000

Total : Rp 46.100.000/bulan
Total Pertahun : Rp 554.000.000

Masing-masing anggota DPR mendapatkan gaji yang sama. Sedangkan penerimaan nonbulanan atau nonrutin. Dimulai dari penerimaan gaji ke-13 setiap bulan Juni.
Gaji ke-13 :Rp 16.400.000 Dana penyerapan ( reses) :Rp 31.500.000.

Dalam satu tahun sidang ada empat kali reses jika di total selama pertahun totalnya sekitar Rp 118.000.000.

Sementara penghasilan yang bersifat sewaktu-waktu yaitu: Dana intensif pembahasan rencangan undang-undang dan honor melalui uji kelayakan dan kepatutan sebesar Rp 5.000.000/kegiatan
Dana kebijakan intensif legislative sebesar Rp 1.000.000/RUU
Jika dihitung jumlah keseluruhan yang diterima anggota DPR dalam setahun mencapai hampir 1 milyar rupiah.

Data tahun 2006 jumlah pertahun dana yang diterima anggota DPR mencapai Rp 761.000.000, dan tahun 2007 mencapai Rp 787.100.000.

Woww.. pantas jika mereka mengejar kursi DPR, belum lagi dana pensiunan yang mereka dapatkan ketika tidak lagi menjabat.


enak ya, kerjanya sambil tiduran di rapat, tapi digaji ...

Padahal di Perusahaan tempat kita BEKERJA, kerja sampai pagi & tidur di kantor pula, diomelin anak - istri, gaji lembur belum tentu di bayar, he.he.he,hehe.he.he

Sabtu, 21 Februari 2009

agama sudah seharusnya masuk ranah politik




MENJELANG detik-detik pelaksanaan Pemilu Legislatif 9 April 2009, kita dihadapkan pada dua fenomena yang kontradiktif. Di satu sisi, kita dianjurkan mengingat ucapan Jusuf Kalla kepada para ulama atau kiai dan ustaz-ustaz supaya jangan terlibat dalam masalah politik. Bahkan Menteri Agama Maftuh Basyuni gencar melarang para elite politik menggunakan ayat-ayat Alquran dalam berkampanye.

Ada tiga paradigma lama mengenai hubungan agama dengan politik. Pertama, agama dan politik adalah dua hal yang berbeda wilayah. Agama merupakan wilayah pribadi yang bersifat illahiyah, sedangkan politik adalah masalah yang bersifat duniawiyah. Kedua, agama dan politik tidak bisa dipisahkan, sebab agama meliputi segala aspek kehidupan manusia, termasuk kehidupan politik. Ketiga, agama dan politik bukan dua hal yang perlu dipertentangkan, sebab agama adalah seperangkat nilai-nilai yang bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi kehidupan manusia dalam segala aspek.

Pada era reformasi dan demokratisasi saat ini, pemisahan antara agama dan politik sesungguhnya sudah tidak relevan lagi. Paradigma ini hanyalah propaganda yang diembuskan oleh mufti kaum imperialis Belanda Snouck Hurgronje di Indonesia. Dialah yang berusaha melakukan privatisasi agama (Islam) agar hanya menjadi ”agama masjid”. (BJ Bolland, 1985).

Anehnya, pola pikir tersebut melekat begitu kuat di sebagian besar elite politik Indonesia saat ini. Mereka berpendapat politik itu tidak berhubungan dengan agama. Karena itu, para ulama, kiai, ustaz-ustaz tidak perlu terjun atau memasuki ranah politik.

Privatisasi agama tersebut bukan saja merupakan bentuk pengingkaran terhadap hakikat manusia sebagai ”Zoon Politicon”, tetapi juga pengingkaran terhadap demokrasi itu sendiri. Larangan penggunaan ayat-ayat Alquran untuk berkampanye juga sama sekali tidak memiliki pijakan yang jelas. Paradigma tersebut justru nyata-nyata bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Jika setiap tindakan politik tidak berhubungan dengan nilai-nilai agama, maka kekuasaan pun dapat diperjuangkan dengan segala cara. Karena itu, korupsi, manipulasi dan segala bentuk-bentuk penyalahgunaan wewenang bukanlah perbuatan dosa.

Pemisahan agama dengan politik hanya akan membawa bangsa Indonesia kepada nihilisme, kering dari tatanan nilai dan moralitas, serta tercerabut dari senyawa asli sejarah pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Paradigma kedua yang tidak memisahkan antara agama dan politik juga bertolak belakang dengan senyawa akhir sejarah pendirian NKRI. Persoalan ini bahkan pernah menjadi perdebatan sengit berbagai kelompok dalam sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Hasil akhir dari sidang-sidang PPKI telah memberi arah politik bangsa ini dengan amat jelas.

Pertama, Indonesia lahir bukan sebagai negara agama, tetapi juga bukan negara sekuler. Kedua, negara Indonesia mengakui asas keagamaan dan ingin bersikap positif terhadap agama pada umumnya dengan berbagai bentuk perwujudannya. Senyawa akhir inilah yang mendasari formulasi Pembukaan UUD 45, Pasal 6, dan pasal 29 UD 45 yang kini telah diamandemen.

Berpijak di senyawa akhir tersebut, penggunaan paradigma ketiga bagi bangsa Indonesia juga nampak kurang tepat. Dalam paradigma ketiga ini, agama dan politik bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan, tetapi juga tidak boleh dicampuradukan. Paradigma semacam ini justru menambah kerancuan secara aplikatif. Di satu sisi, kita mengakui agama dengan segala pengamalan, tetapi untuk hal-hal tertentu seperti masalah politik tidak diizinkan.

Kerancuan tersebut menjadi celah apologis yang hanya melahirkan topeng-topeng politik. Jika di dunia Barat adigium ”Agama adalah Candu Kehidupan”, muncul akibat penetrasi dogma agama secara terang-terangan, maka kemunculan adigium ”Politik itu Kotor” di Indonesia adalah akibat pemanfaatan agama secara sembunyi-sembunyi untuk kepentingan politik.

Paradigma Baru
Ketika tiga paradigma hubungan agama dengan politik tidak ada yang tepat, maka perlu dicari format baru hubungan agama dengan politik dalam arus reformasi dan demokrasi Indonesia modern. Formulasi yang tepat antara agama dengan politik bagi bangsa Indonesia saat ini adalah sintesa dari paradigma kedua dan ketiga.

Paradigma baru ini menempatkan agama di celah sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang berdimensi transendental dan menjiwai sila kedua sampai ke lima Pancasila. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa itulah secara inklusif terdapat ruang interaksi dan integrasi nilai-nilai adiluhung agama yang tak terhingga untuk diambil apinya yang bersifat temporal. Jadi dalam konfigurasi ini, agama harus ditempatkan di ruang yang terbuka.

Di situlah umat beragama dituntut berperan menyajikan api agama secara kritis dan pluralis dengan membuang jauh-jauh ”truth claim” dan ego kelompok maupun golongan. Dengan demikian, nilai-nilai aduluhung agama dapat menyinari segala penjuru kehidupan manusia, termasuk kehidupan politik tanpa harus memisahkan keduanya dan apalagi hanya menjadikan sebagai topeng politik.

Agama memang bukan pengganti politik,... tetapi agama dapat memperluas horizon dan visi manusia, dan menciptakan konteks transcendental untuk memecahkan persoalan yang terkait dari kondisi manusia sekarang yang sedang frustrasi baik secara individual maupun sosial (William McInner, 1990).
Jika paradigma baru tersebut dapat diimplementasikan secara cerdas, maka garis demokrasi politik yang sedang kita bangun akan memiliki pijakan nilai-nilai yang jelas dan tidak terombang-ambing tanpa arah.(35)

bapakku hebats








Ssst..tau gak siiih ..? ternyata Bapakku itu MENAKJUBKAN Lho!!!

Bapakku ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya,menghadapi lebih sedikit kesulitan,

Bapakku hanya menyuruhku mengerjakan pekerjaan yang aku sukai.

Bapakku membiarkan aku menang dalam permainan ketika aku masih kecil,
tapi dia tidak ingin aku membiarkannya menang ketika aku sudah besar.

Bapakku orang yang kuat, dia juga ingin agar anak-anaknya menjadi kuat


Bapakku selalu tepat janji!

Dia akan memegang janjinya untuk membantu anak-anaknya yang dalam kesulitan
walau dia sendiri dalam kesulitan

Bapakku akan tetap memperbaiki sepedaku selama
bertahun-tahun, meskipun aku telah bosan, karena ia tetap ingin aku
main sepeda itu.

Bapakku selalu sedikit sedih ketika melihat aku pergi bermain dengan teman-temanku saat aku beranjak dewasa.karena dia sadar itu adalah akhir masa kecilku.

Bapakku mulai merencanakan hidupku ketika tahu bahwa ibuku hamil(mengandungku) , tapi begitu aku lahir, ia menambah angan angannya tentang aku.

Bapakku membantu membuat impianku jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanku untuk melakukan hal-hal yang mustahil.

Bapakku mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu aku mencarinya.

Bapakku mungkin tampak keras di mataku, tetapi di mata teman-temanku dia menyayangiku.

Bapakku sulit menghadapi rambutnya yang mulai memutih....jadi dia menyemirnya agar terlihat hitam

*_~

Dulu Bapakku selalu senang membantuku menyelesaikan PR,

Bapakku benar-benar senang membantu seseorang...tapi ia sukar meminta bantuan.

Bapakku terlalu lama menunda untuk membawa peralatan rumah yang rusak ketukang, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.

Bapakku sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam...walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.

Bapakku paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatku senang tapi tidak takut.

Bapakku akan memberiku tempat duduk terbaik dengan mengangkatku dibahunya,ketika ada pertunjukkan

Bapakku tidak akan memanjakanku ketika aku sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu aku membutuhkannya.

Bapakku menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahuku apa yang harus aku lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.

Bapakku percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menungguku di depan rumah dengan motor tuanya, untuk mengantarkanku dihari pertama aku masuk SMU


BAPAKKU ITU MURAH HATI.....

Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang aku butuhkan....

Ia membelikanku permen merk baru yang aku inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau aku tidak suka.....

Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau aku ingin bicara...

Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp ku tiap semester, meskipun aku tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya....

Bahkan dia akan senang hati mendengarkan masalah-masalah yang sedang aku hadapi.

Bapakku mengangkat beban berat dari bahuku dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu....

Bapakku akan berkata ,, tanyakan saja pada ibumu ketika ia ingin berkata ,,”tidak"

Bapakku tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak-anaknya tidak menjadi orang yang bertanggung jawab

Bapakku mengatakan ,, tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal aku sanggup menghadapinya"

Pujian terbaik bagi Bapakku adalah ketika dia melihatku melakukan sesuatu persis seperti caranya....

Bapakku lebih bangga pada prestasiku, daripada prestasinya sendiri....

Bapakku hanya akan menyalamiku ketika pertama kali aku pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memelukku mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.


Bapakku tidak suka meneteskan air mata ....

ketika aku lahir dan dia mendengar aku menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis)

Ketika aku masih kecil, ia bisa memelukku untuk mengusir rasa takutku...ketika aku mimpi akan dibunuh monster...tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.

Kalau tidak salah Bapakku pernah berkata :" Dimanapun buatlah orang senang dengan kehadiran kita, dan jadilah manusia yang bertanggung jawab, klo berani melakukan apapun berarti kita harus berani untuk memprtanggung jawabkannya"

Untuk masadepan anaknya Bapakku berpesan: ,,jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, Jadilah pekerja cerdas tidak seperti bapak yang hanya pekerja keras”

Bapakku bisa membuatku percaya diri...karena ia percaya padaku...

Bapakku tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik....

Dan terpenting adalah...

Bapakku tidak pernah menghalangiku untuk mencintai Allah, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar aku dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaiku karena cintaNya. Dia kenakan mukena di keplaku agar aku makmum dibelakangnya.

Jazaakallah bil jannah untuk setiap peluh yang kau teteskan, untuk setiap kerut dahimu yang tak sempat kuhitung, untuk setiap jaga sepanjang malam ketika aku sakit dan ketika kau merindukanku, untuksetiap doa yang tak henti-hentinya ketika aku menghadapi ujian-ujian atau perlombaan-perlombaan yang penting, untuk setiap rasa lapar dan dahagamu yang kau rasakan karena puasa agar aku bisa mencapai cita-citaku , untuk tempat duduk terbaik di bahumu yang begitu kekar ketika aku ingin melihat tontonan, untuk tetes "air mata laki-laki "yang begitu mahal ketika kau khawatirkan aku, untuk kepercayaanmu padaku, meski seringkali ku hianati.

Tak akan pernah bisa terbalas segalanya, kecuali dengan.......jazaakallah bil jannah, " semoga Allah mengganti semuanya dengan syurga, semoga bisa kubayar dengan syurga yang Allah beri,

semoga...... .."

Dan untuk semua orang yang membaca tulisan ini,tau gak sih? Ternyata Bapakku itu benar-benar MENAKJUBKAN.

Kelak setelah aku selesai ngumpulkan duit di negeri jahannam ini aku ingin kuliah ..kupersembahkan untukmu..hanya untukmu pak..!!



“ Bapakku dengarlah... .betapa sesungguhnya ku mencintaimu. ..”

beda pola pikir


Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :


- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :
"Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih".
"Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak".

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung :
"Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal
tidak susut".

"Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup."

"Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama".

MORAL CERITA :
Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda.
Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita... pilihan ada di tangan anda.

'Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa'

Selasa, 06 Januari 2009

mau kemana pks??

Mau ke mana Partai Keadilan Sejahtera (PKS)? Pertanyaan ini muncul di benak banyak orang, akhir-akhir ini. Menjelang Pemilu 2009, partai dakwah yang satu ini banyak memancing perhatian khalayak dengan manuver-manuver politik tak terduga. Serial iklannya yang mengangkat sejumlah tokoh sejarah menuai kritik.

Iklan PKS yang menampilkan KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari mendapat tanggapan dari kalangan di Muhammadiyah dan NU. Pendukung dua ormas besar itu menuding PKS mengincar warga mereka. Padahal, pandangan keagamaan PKS tidak sejalan dengan ajaran dua tokoh tersebut.

Terlebih lagi ketika sebuah sekuel iklan PKS menampilkan mantan Presiden Soeharto. Kritik pedas berdatangan silih berganti. PKS dituding berbalik langkah, dari partai yang reformis menjadi parpol yang pragmatis. Menghalalkan segala cara untuk menarik massa.

Reaksi keras itu tidak sulit dipahami. Ingatan orang belum kering, bagaimana reformasi merupakan gerakan bersama untuk menolak politik otoritarian Orde Baru. Ketika itu, PKS termasuk yang paling lantang berteriak reformasi. Tapi kini, baru 10 tahun berlalu, PKS seolah melupakan semangat itu demi meraup kekuasaan.

Sebenarnya pragmatisme PKS bukan fenomena baru. Kemauan dan kemampuan mengambil langkah politik taktis terlihat sejak Pemilu 2004. Ilmuwan politik membagi perilaku partai politik ke dalam tiga kategori: perilaku dalam organisasi, perilaku dalam pemilu, dan perilaku dalam pemerintahan. Dalam ketiga ranah ini, perlahan tapi pasti PKS makin taktis, rasional, pragmatis.

Dalam organisasi, contohnya, parpol yang banyak diawaki mantan aktivis masjid kampus ini terkena apa yang oleh Robert Michels --murid Max Weber yang kemudian menjadi penasihat politik Benitto Mussolini-- disebut sebagai "hukum besi oligarki". Menurut Michels, pada masa-masa awal kelahirannya, kendali partai politik berada di tangan anggotanya (demokratis). Namun, seiring dengan perjalanan waktu, kepemimpinan akan beralih ke tangan segelintir pimpinan (oligarki) karena tuntutan efektivitas organisasi.

Ini dialami PKS. Pada awal sejarah partai ini --ketika itu bernama Partai Keadilan (PK)-- anggaran dasar partai menyebutkan, lembaga pengambil keputusan tertinggi adalah musyawarah nasional. Artinya, setiap keputusan penting selalu dirembuk dan dibicarakan bersama oleh anggota partai.

Perkembangan berikutnya, setelah berubah menjadi PKS, anggaran dasar partai menyatakan, lembaga pengambil keputusan tertinggi adalah Majelis Syuro. Keputusan tertinggi cukup di tangan sekelompok pimpinan.

Demikian pula dalam perilaku pemilu, PKS mengalami perubahan drastis dari idealis menjadi taktis dan pragmatis. Menjelang Pemilu 1999, misalnya, Dewan Syariah PK --lembaga yang bertugas membuat putusan agama untuk anggota dan simpatisan partai-- mengeluarkan seruan kepada kader dan pendukung PK untuk tidak terjebak dalam kesibukan mencari pemilih.

Sebab, menurut Dewan Syariah, partai ini didirikan bukan untuk mengejar kekuasaan, melainkan untuk menebar dakwah. Alhasil, Dewan Syariah menyerukan kepada segenap kader dan pendukung untuk lebih banyak meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Sebab Tuhan Mahakuasa dan bisa membuat sebuah partai menang atau kalah. Dan terbukti, PK gagal!

Menjelang Pemilu 2004, sikap dan perilaku PKS berbalik nyaris 180 derajat. Pada periode ini, PKS meyakini, keberhasilan partai dalam pemilu adalah kecerdasan menyusun strategi dan kegigihan menjalankan kampanye. PKS pun melatih kader-kadernya dengan berbagai keterampilan profesional dalam persuasi dan propaganda politik.

Mereka menyewa konsultan profesional untuk melatih kader partai berhubungan dengan media dan membuat berita. Yang lebih menarik, Dewan Syariah PKS kemudian mengeluarkan seruan bahwa yang terpenting dilakukan para kader adalah mengajak orang mencoblos PKS. Soal dakwah bisa dilakukan setelah itu.

Perkembangan yang makin pragmatis juga terjadi dalam perilaku PKS di pemerintahan (legislatif dan eksekutif). Pada zaman PK, meski gagal melampaui electoral treshold 2% dan tidak bisa mengikuti pemilu berikutnya, PK berhasil mengirim tujuh wakilnya di DPR. PK juga sempat mendapat jatah satu kursi di kabinet Presiden Abdurrahman Wahid.

Pada periode ini, perilaku kader-kader partai di pemerintahan lebih mencerminkan gagasan ideal sebuah partai politik yang ingin melakukan perubahan besar. Menteri Kehutanan Nurmahmudi Ismail begitu gencar memburu koruptor kakap, yang membuatnya harus berbenturan dengan presiden dan terdepak dari kabinet. Ketika itu, PK juga hanya bersedia berkoalisi dengan partai Islam. Terbukti, partai ini menolak tawaran posisi menteri dalam kabinet Megawati, setelah Gus Dur dimakzulkan MPR.

Namun kiprah kader partai dakwah berubah banyak ketika berganti menjadi PKS. Menjelang pemilihan presiden 2004, PKS tidak bulat mendukung Amien Rais yang notabene representasi politisi muslim yang sejalan dengan identitas politik PKS. Sebagian pimpinan PKS lebih memilih Wiranto karena alasan pragmatis politik bahwa yang terakhir ini lebih punya kans memenangkan kompetisi. Di arena pemilihan kepala daerah, PKS tidak canggung lagi berkoalisi dengan parpol yang tidak berbanderol Islam. Bahkan ia menjalin koalisi dengan partai Kristen, PDS.

***

Mau ke mana sebenarnya PKS? Kalau melihat perubahan dari idealis menjadi pragmatis tadi, apakah PKS akan berubah menjadi seperti partai politik yang lain? Bukan lagi partai dakwah yang bercita-cita membangun masyarakat Islam dan memperjuangkan Islam dalam ranah politik?

Sebenarnya tidak juga. Kalau kita cermati lebih dekat, akan terlihat bahwa meskipun partai ini berubah cukup drastis --dari idealis di zaman PK menjadi pragmatis di zaman PKS-- ia tidak pernah mengubah rumusan ideologinya. Ia tetap partai Islamis yang evolutif ala Ikhwanul Muslimin, yang bercita-cita memperjuangkan terbentuknya masyarakat Islami melalui pembentukan jaringan kader untuk menumbuhkan individu-individu Islami.

Individu-individu ini nantinya membangun unit-unit keluarga Islami, yang akan melahirkan dan mendidik generasi Islami. Ketika sudah terbentuk generasi Islami, akan terbentuk masyarakat Islami. Jika sampai di sini, tuntutan akan sistem politik dan kebijakan yang Islami hanya menunggu waktu.

Lalu, apa yang membuat partai yang memiliki reputasi bersih ini seolah berubah pikiran menjadi pragmatis? Di satu sisi, ada sebagian komentator mengungkapkan bahwa pragmatisme PKS tidak lebih dari sekadar kamuflase untuk menutupi agenda mereka yang sebenarnya. Mereka ingin terlihat moderat untuk mendapatkan dukungan massa sebanyak-banyaknya.

Setelah mereka memenangkan kekuasaan, menurut pendapat ini, PKS baru akan menunjukkan wajah aslinya yang Islamis. Di sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa politisi PKS sebenarnya tidak beda dari politisi pada umumnya, yang berorientasi kekuasaan. Menurut pandangan ini, pimpinan PKS baru menyadari bahwa politik memang harus pragmatis.

Tapi, dalam tilikan yang lebih teoretis, kedua pendapat itu tidak sepenuhnya benar. Pragmatisme PKS bukanlah karena ingin menutupi hidden agenda politik Islamis dan bukan semata pragmatisme yang banal. Melainkan lebih karena produk aturan main politik demokrasi yang dibangun dan diinstitusionalisasikan di negeri ini selama 10 tahun terakhir.

Harus diingat bahwa partai-partai politik tidak bermain di ruang kosong, melainkan dalam sebuah bingkai bernama institusi demokrasi. Menurut sejarawan ekonomi Amerika dan pemenang Hadiah Nobel Ekonomi 1990, Douglas C. North, institusi adalah tatanan untuk mengatur perilaku manusia. Institusi memiliki dua fungsi pokok.

Pertama, institusi menyediakan aturan berperilaku. Dalam bingkai institusi (dalam hal ini demokrasi), perilaku partai politik menjadi teratur dan mudah diprediksi. Institusi yang stabil, dengan demikian, memotivasi aktor politik untuk berperilaku rasional dan terprogram. Kedua, institusi berfungsi menfasilitasi distribusi kepentingan secara lebih adil. Artinya, dalam institusi yang stabil, aktor politik akan terdorong untuk saling bekerja sama.

Lebih lanjut, North membagi institusi ke dalam dua jenis, yaitu institusi formal dan informal. Yang pertama merujuk pada aturan main yang terkodifikasi, misalnya konstitusi, hukum, hingga kontrak. Sedangkan yang kedua merujuk pada sistem yang mengatur perilaku tapi tidak terkodofikasi. Contohnya budaya, agama, dan ideologi.

Dalam analisis North, baik yang formal maupun informal, institusi memiliki fungsi sama. Keduanya memiliki hubungan saling melengkapi. Institusi formal membantu institusi informal supaya lebih efektif. Misalnya, undang-undang biasanya merupakan formalisasi nilai budaya dan agama di masyarakat. Sebaliknya, institusi informal membantu mencari jalan bila institusi formal tidak berfungsi dengan baik.

Teori North ini cukup akurat untuk menjelaskan pragmatisme PKS. Pragmatisme itu bukan upaya menutupi agenda tersembunyi dan bukan pula karena PKS tidak lagi peduli pada ideologi partai dakwah. Pragmatisme lebih merupakan buah institusionalisasi sistem demokrasi. Sebab sebenarnya perilaku partai politik tidaklah hanya didorong oleh ideologi, melainkan juga dipengaruhi aturan main, yaitu sistem demokrasi.

Seperti kata North, ideologi sebagai institusi informal dan demokrasi sebagai institusi formal selalu berbanding terbalik. Ketika masih bernama PK, institusi formal (sistem demokrasi) yang ada pada waktu itu belum stabil. Karena itu, PK cenderung berperilaku ideologis. Namun, ketika sistem demokrasi makin berjalan baik dan aturan main politik makin stabil --dengan berbagai amandemen UUD serta penyempurnaan UU Pemilu dan Pemilihan Presiden, UU tentang Fungsi dan Kedudukan DPR, UU Partai Politik, dan lain-lain-- partai dakwah yang kemudian bernama PKS pun cenderung berperilaku mengikuti institusi formal: rasional, taktis, pragmatis.

Jadi, mau ke mana PKS? Kalau pertanyaan ini masih juga muncul, jawabannya ada pada sejauh mana stabilitas sistem demokrasi kita. Jika demokrasi dan demokratisasi tetap stabil sebagai aturan main politik, bisa dipastikan, PKS akan tetap pragmatis. Namun, sebaliknya, jika demokrasi mulai goyah dan tidak lagi menjadi aturan main utama, maka mudah diramalkan bahwa perilaku politik ideologis akan kembali bermunculan. Mungkin bukan hanya dari PKS.

Sabtu, 03 Januari 2009

negara kita membayar terlalu mahal buat birokrat


Tahukah Anda bahwa pegawai Departemen Pendidikan Nasional (selain guru) jumlahnya lebih dari 200 ribu orang? Tahukah Anda bahwa pegawai Departemen Agama jumlahnnya sekitar 180 ribu orang? Pemda DKI saja mempekerjakan lebih dari 90 ribu orang pegawai—-sama dengan jumlah karyawan Microsoft di seluruh dunia. Apa betul kita membutuhkan birokrat sebanyak itu?

Bandingkan dengan instansi lain. Hanya dengan 52 ribu orang karyawan se-Indonesia, PLN bisa mengaliri listrik wilayah Indonesia 24 jam setiap hari. Hanya dengan karyawan 26 ribu orang, surat menyurat se-Indonesia sudah bisa tertangani PT Pos Indonesia. Bandingkan dengan karyawan PT Telkom yang hanya 30 ribu orang atau Pertamina yang hanya 20 ribu orang di seantero Indonesia.

Dengan pegawai Depdiknas non-guru sebanyak itu, ongkos pendidikan juga tak menjadi lebih murah. Metro TV melaporkan bahwa biaya pendidikan SD/MI rata-rata Rp 130 ribu per bulan dan SMP/MTs rata-rata Rp 175 ribu per bulan. Ongkos sebesar itu tentu tak mampu dijangkau sebagian besar penduduk yang masih di garis kemiskinan. Maka tak heran bila penduduk Indonesia jumlahnya 211 juta jiwa namun mereka yang masih buta huruf mencapai 15 juta jiwa.

Dengan pegawai Depdiknas non-guru sebanyak itu, nyatanya data menunjukkan bahwa 50% SD dan MI serta 18% SMP dan MTs di seluruh Indonesia dalam keadaan rusak. Di wilayah DKI saja, 2.552 sekolah rusak ringan dan 452 sekolah rusak parah. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi sekolah di pedalaman Kalimantan atau Papua.

Dengan pegawai Depag sebanyak itu, penyelesaian kasus sengketa aliran sesat membutuhkan waktu yang sangat lama. Dengan pegawai Depag sebanyak itu, faktanya ongkos naik haji juga tak menjadi lebih murah. Beberapa waktu lalu sejumlah calon jemaah haji melakukan demo karena kuotanya dicabut. Tentu masih hangat dalam ingatan bagaimana kasus catering jemaah haji beberapa waktu lalu yang sangat memalukan.

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan, anggaran tahun 2009 untuk Depdiknas mencapai Rp 51 triliun—-terbesar di antara departemen teknis lainnya. Sementara anggaran untuk Depag mencapai Rp 20 triliun—-sedikit di bawah kepolisian (Rp 25 triliun), namun di atas Departemen Kesehatan (19 triliun), Departemen Perhubungan (Rp 16 triliun), dan Departemen Keuangan (Rp 15 triliun).

Selama ini anggaran tersebut memang disusun berdasar input, bukan output. Perhitungan belanja pegawai dan perlengkapannya masih didasarkan pada jumlah pegawai. Akibatnya, makin lama anggaran yang dialokasikan ikut-ikutan membesar. Sejak tahun 2004 memang telah dikenalkan pendekatan output yang berbasis kinerja—-namun realita dan praktik di lapangan masih belum seperti yang diharapkan.

Saat ini, baik Depag maupun Depdiknas menduduki peringkat atas lembaga terkorup selain Kejaksaan dan Kepolisian. Maka, salahkah kalau kita berpendapat bahwa rakyat sesungguhnya membayar para birokrat dengan terlalu boros?
Diet Ketat Birokrasi

Jumlah angkatan kerja di Indonesia sekitar 95 juta orang dimana 3,7 juta orang merupakan PNS. Terlihat bahwa PNS sebetulnya minoritas dengan ongkos sangat mahal dibanding angkatan kerja non-pemerintah. Ongkos tersebut harus ditanggung oleh rakyat tak hanya lewat belanja APBN yang besar, tetapi juga biaya birokrasi, biaya siluman, dan biaya lain yang menyebabkan menurunnya output ekonomi secara agregat.

Pos belanja pegawai pemerintah pusat menurut APBN-P 2007 mencapai Rp 98 triliun dan naik menjadi Rp 128 triliun pada APBN 2008—-masih lebih besar daripada subsidi tahun ini yang besarnya Rp 97 triliun. Jumlah belanja pegawai tersebut setara dengan penerimaan sumberdaya alam yang besarnya Rp 126 triliun. Artinya, menguras isi perut bumi pertiwi masih belum cukup untuk membayar para PNS

Oleh karena itu, mengurangi jumlah birokrat adalah langkah yang mendesak untuk dilakukan. Cara yang bisa ditempuh adalah membatasi input pegawai baru dengan sangat ketat karena penurunan secara organik membutuhkan waktu yang sangat lama. Sistem kontrak bisa dipilih karena PNS akan menjadi terpacu mengejar target dan meningkatkan kinerja—-kalau gagal, bisa diberhentikan. Sistem yang ada selama ini cenderung melumpuhkan kreativitas dan kinerja—-toh, ngebut atau lelet gaji dan tunjangan tetap dibayarkan.

Di sisi lain, pegawai yang ada sedapat mungkin diperpendek jenjang karirnya agar tidak terlalu lama membebani. Skenario golden handshake bisa dipilih lewat pemberian pelatihan kewirausahaan pada calon pensiunan serta bantuan modal dengan cicilan/bunga yang tidak terlalu mengikat. Modal bisa disesuaikan dengan biaya gaji yang dipotong sebelumnya agar tidak menambah beban pemerintah. Kalaupun harus diambil dari pos lain, tidak masalah karena aliran uang tersebut akan mengalir dalam bentuk konsumsi dan investasi yang merupakan stimulus perekonomian.

Apabila skema tersebut sukses dilakukan, maka akan mendorong lebih banyak lagi PNS yang tertarik menerima golden handshake. Pengurangan PNS bisa dipercepat dan uang negara yang dihemat dalam jangka panjang bisa lebih besar. Dengan memberikan kemudahan fasilitas (misal administrasi dan kredit) akan tercetak lebih banyak entrepreneur yang kelak merekrut lebih banyak lagi angkatan kerja. Jumlah pembayar pajak bisa meningkat yang pada akhirnya menambah penerimaan bagi negara.

Tak kalah penting, aturan bahwa “PNS tidak bisa dipecat” juga harus dihapuskan. Tentu saja hal ini harus disertai dengan memperkuat jabatan fungsional dan menyunat jabatan struktural. Dengan pola ini, yang moncer bisa dipromosikan sementara yang letoy bisa dipecat. Selama ini sudah terlihat adanya inisiatif untuk menyingkirkan PNS yang bermasalah namun selalu terhambat aturan kepegawaian. Dengan merombak total struktur dan aturan kepegawaian yang ada, hal itu dimungkinkan.

Kalau pemerintah mau melakukan hal ini, APBN bisa dihemat puluhan (ratusan) triliun. Efek lainnya, berkurangnya PNS berarti memudahkan supervisi dan pencegahan terhadap KKN. Dengan berkurangnya jumlah PNS, belanja perlengkapan bisa dihemat dan peralatan yang ada saat ini (meja, kursi, stationery, komputer, dll) bisa diberikan untuk sekolah-sekolah yang kekurangan. At the end of the story, rakyat menjadi lebih happy karena berurusan dengan birokrat jadi lebih mudah dan tidak berbelit.
Tantangan untuk Memangkas PNS

Idealnya, PNS di negeri ini ditekan jumlahnya namun ditingkatkan kualitasnya. Dengan demikian, PNS bisa mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik tanpa harus melakukan pungli atau korupsi. Dengan perbaikan kesejahteraan, seharusnya nafsu untuk mencari sabetan juga bisa ditekan. Walau begitu, jelas bukan perkara yang mudah untuk memotong jumlah PNS yang ada saat ini. Pemerintah (presiden) tentu menghadapi risiko-risiko seperti:

Resistensi Internal

Dengan sistem yang telah ada saat ini, ada kecenderungan para pejabat berusaha membuat ukuran departemennya tetap besar. Makin besar berarti makin sulit dikendalikan oleh pihak lain sekaligus makin sulit dibubarkan. Akibatnya, pegawai menjadi seperti kekuatan massa di partai politik. Serikat pekerja yang terbentuk menjadi terdorong untuk mementingkan kesejahteraan mereka sendiri dan mengabaikan mereka di luar yang belum mendapat pekerjaan. Tak heran bila jumlah PNS terus membengkak dengan ongkos yang kian mahal—-masa bodoh dengan efisiensi dan efektivitas.

Imej di Mata Rakyat

Bagi sebagian masyarakat tradisional di Indonesia, rekrutmen PNS dipandang sebagai indikator bahwa perekonomian bagus karena negara mampu membiayai dan mempekerjakan banyak orang. Di beberapa wilayah, banyak yang rela menjual tanah dan sawah agar anak-anaknya bisa bersekolah dengan harapan agar menjadi PNS. Kalau jumlah PNS dikurangi dan rekrutmen dibatasi, imej pemerintah (presiden) di mata rakyat akan anjlok. Dampak lainnya, bisa jadi angka partisipasi pendidikan akan menurun. Dalam skala yang lebih akut, hal ini bisa menyebabkan destabilisasi mata uang rupiah akibat merosotnya kepercayaan kepada pemerintah.

Risiko Politik

Mana ada presiden yang berani menanggung risiko dihujat rakyat selama menjabat plus risiko hampir pasti tak terpilih untuk masa jabatan berikutnya? Belum lagi hal ini bisa mendorong berkurangnya dukungan politik yang berpindah ke tokoh lain. Kalau hal ini terjadi, kursi kabinet bisa digoyang oleh orang-orang yang tidak puas. Class action dan pergerakan besar-besaran di jalan sangat mungkin terjadi. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh lawan politik yang suka melibas di tikungan.
Last But Not Least

Sebagian besar PNS di negeri ini pendidikannya SMA (35%) sementara yang Sarjana hanya 28,9%. Lebih menyedihkan lagi, PNS bergelar S2 dan S3 hanya 2,5% dan 0,2% saja. Artinya, selain jumlahnya besar, kualitasnya pun masih perlu dipertanyakan. Terlebih lagi, ongkos yang dikeluarkan untuk menggaji mereka begitu mahal—-lebih dari Rp 100 triliun per tahun.

Andaikata saya adalah pemerintah, maka birokrasi yang efisien adalah prioritas pertama saya. Selama ini permasalahan tersebut tidak pernah mendapat sorotan yang memadai dan hanya menjadi wacana. Agar tak hanya jadi sekedar polemik, kebijakan tersebut harus di-lock dengan konstitusi. Memang tidak ada jaminan presiden selanjutnya akan meneruskan program ini, namun setidaknya program ini bisa lebih menggigit. Memang tidak ada jaminan program ini akan berhasil 100%, namun setidaknya rakyat bisa menilai dengan lebih proporsional.

Kita bukan negara yang kaya sehingga uang yang ada harus dibelanjakan dengan ketat dan tepat. Selain itu, untuk menjadi negara yang lebih baik, pegawainya juga harus kompeten dan tidak korup. Dan salah satu jalan yang paling logis adalah efisiensi birokrasi.