Jumat, 24 September 2010

Mr Lee, Islam tak pernah melarang anda menyebut nama Alloh

Laki-laki muda yang duduk di seberang sana itu sejak naik kereta di stasiun Cheonan terus mengamatiku. Merasa jengah saya sandarkan punggung dan menutup mata, tidur. Beberapa menit kemudian hp-ku bergetar,kuangkat hp dan dari seberang sana terdengar suara dg cengkok logat melayu menyapaku,"Hay benar benar kamu Bambang rupanya,apa kabarnya?" Belum sempat kujawab dia sudah melanjutkan," hey, saya Lee Young Taek, coba kau tengok aku duduk di seberang kamu!"

Kusapu pandangan ke seberang tempat dudukku, oops..rupanya laki-laki yang sedari tadi memperhatikanku melambaikan tangan dan menyuruhku pindah tempat duduk di sebelahnya yg kebetulan kosong. Beringsut aku mendekati laki laki itu ,setelah setengah membungkuk mengucap salam aku duduk di sebelahnya.
"Rupanya kamu lupa yach sama saya..kita pernah bertemu di sebuah gereja di Seoul pada bulan Desember hampir lima tahun yang lalu, dan saya tak akan melupakan itu. Karena diantara teman-teman kalian hanya kamu yang nyambung dan paham dengan theologi Kristen sekaligus mengerti sisi cara pandang orang Islam tentang Yesus." dia mulai membuka percakapan.

Terkaget-kaget,salut dan malu, bagaimana dia masih mengingat wajahku sedangkan aku sama sekali lupa?. Setelah berbasa-basi sekaligus minta maaf karena telah lupa dengannya aku mulai mengingat siapa laki-laki ini. Dia dulu adalah mahasiswa theologia di Seoul namun sejak kecil tinggal di Malaysia ikut ortunya yang bekerja di perusahaan migas di sana. Sehingga bahasa melayunya lebih lancar dibanding bila berbicara dengan bahasa Korea. Kami bertemu di sebuah gereja saat saya diajak seorang pendeta korea mr Goh ke sana saat musim dingin bersama teman-teman Indonesia lainnya.

Waktu itu kita sempat ngobrol-ngobrol tentang sedikit theologi Islam dan Kristen. Saat asyik-asyiknya ngobrol kami, rombongan mr Goh, berpamitan, sehingga dia buru2 minta no hp dan mencatat namaku. Kini dia sudah menjadi pendeta dan bertugas di sebuah gereja di Malaysia.

"Kamu masih ingat khan beberapa waktu yang lalu pemerintah Malaysia melarang kami kaum Nasrani menggunkan kata Allah untuk menyebut Tuhan?" tanyanya tiba-tiba. aku mengangguk dan dia melanjutkan pertanyaannya,"Bagaimana dengan Indonesia kalian juga dilarangkah ?"

Ach rupanya dia mengira saya seorang Nasrani..aku tersenyum dan meluruskan bahwa saya seorang muslim, dia kaget lalu tertawa sembari minta maaf karena salah mengerti. Saya jawab bahwa pemerintah Indonesia tidak pernah melarang siapapun menyebut nama Alloh karena sebagian besar ulama kami adalah ulama yang sangat memahami Islam dengan benar. Justru ulama Malaysia banyak yang belajar pada ulama Indonesia, mungkin karena belum komplit menimba ilmu sehingga banyak berpaham yang berbeda dengan gurunya.

"Tentang penyebutan Alloh oleh non muslim kenapa tidak dilarang karena Islam sendiri tidak melarang,sejauh sepengetahuan saya.Kenapa demikian? Karena jika hanya sebatas mempercayai bahwa Alloh itu ada; Alloh itu Sang Pencipta; Alloh itu Dzat yang mengatur alam semesta ini (termasuk di dalamnya: langit, bumi, semua planet, malaikat, manusia, jin, hewan, tumbuhan, dan sebagainya); Alloh itu Dzat yang memberi penyakit sekaligus yang menyembuhkannya, orang-orang kafirpun banyak yang percaya. Pendek kata, dalam soal rubuubiyyatullooh (tauhid rububiyyah), banyak orang kafir yang mengakui/mengimani," saya coba menjelaskan.

Dia mengangguk-angguk,"kira kira ada tidak sejarah jaman Muhammad dulu,dimana orang non muslim menyebut nama Alloh?" Saya mencoba mengingat ingat dan kemudian mencoba mendongeng persis seperti saat saya mendongeng di depan anak pengajian di mushola kampung halaman dulu.

Tentang penyebutan kata “Alloohumma” (Ya Alloh) oleh orang non muslim antara lain bisa kita dapati dalam do‘a Abu Jahal. Yang mana menjelang meletusnya perang Badar Kubra, Abu Jahal berdo’a kepada Alloh begini: “Alloohumma ayyunaa kaana aqtho‘a lir rohimi wa aataanaa bimaa lam na‘rif faftah lahul ghodaata (Ya Alloh, siapa di antara kami (kelompokku atau kelompok Muhammad .) yang lebih memutuskan silaturrahim dan telah mendatangkan agama yang tidak kami kenal, maka timpakanlah kekalahan kepada mereka pagi ini).

Kemudian tentang penyebutan kata “Bismikalloohumma” (Dengan menyebut asma-Mu, ya Alloh) oleh orang kafir antara lain bisa kita dapati dalam penulisan penjanjian Hudaibiyah. Yang mana, ketika Nabi Muhammad saw. memerintahkan shahabat ‘Ali bin Abi Thalib untuk menuliskan kalimat “Bismillaahir rohmaanir rohiim”, Suhail Bin ‘Amr (wakil pihak kuffar Quraisy) berkata: “Aku tidak mengerti kalimat ini, melainkan tulislah: Bismikalloohumma.” (Baca: Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw. Nah, ini menunjukkan bahwa mereka sudah terbiasa mengucapkan kata-kata “Bismikalloohumma”.

"Lalu mengapa ulama Indonesia dan Malaysia berbeda pendapat?" dia bertanya sambil bersungut-sungut. Aku mengangkat bahu dan menggeleng. "Sebaiknya kau belajar di Indonesia dan banyak bertanya pada ulama kami..."kataku.

Bahkan Iblis saja mengakui bahwa dirinya diciptakan oleh Alloh. Iblis berkata sebagaimana disitir dalam Al Qur'an: “... Engkau (Alloh) ciptakan aku (Iblis) dari api sedang dia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah.
Yang tidak mengakui adanya Alloh hanyalah orang atheis. Sebab iblis mengakui bahwa dirinya diciptakan oleh Allah; sementara orang atheis, mengakui adanya Alloh saja tidak!

Selain itu, toh Nabi saw. dulu juga tidak melarang orang-orang kafir dan munafiq untuk mengucapkan kata-kata “Demi Alloh”, “Alloohumma”, “Bismikalloohumma”, dan yang semisalnya. Nah, jika Nabi saw. saja tidak mempermasalahkan, kenapa kita musti mempermasalahkanya?

Hal lain yang perlu anda cermati adalah, bahwa meskipun bahasa Arab itu memang merupakan bahasa Al-Qur’an, bahasa Sunnah Nabi, namun harus kita akui bahwa tidak semua yang berbau arab itu pasti Islami. Abu Jahal, Abu Lahab, dan kawan-kawannya itu dari bangun tidur hingga tidur kembali bahasa yang diucapkannya adalah bahasa arab.
Bahkan nama-nama orang munafiq dan kafir di zaman Nabi juga ada yang menggunakan kata-kata yang secara sepintas terkesan “islami”. Seperti ‘Abdulloh bin Ubay, namanya pakai kata ‘Abdulloh, padahal dia itu seorang pentolan kaum munafiqin Madinah. Ada lagi ‘Abdulloh bin Abi Umayyah, namanya juga pakai kata ‘Abdulloh, padahal dia itu salah seorang gembong kafir Makkah, cs Abu Jahal. Dan sebagainya, dan sebagainya.

"So, anda sangat saya anjurkan membuka diri untuk mempelajari Islam dari para ulama kami, Indonesia Mr Lee Young Taek. Dan perlu anda ketahui bahwa gembong teroris yang meneror rakyat Indonesia adalah jebolan dari ulama Malaysia, bukan Ulama Indonesia. mereka adalah orang Malaysia!" kataku setengah berteriak.

Tak terasa kereta sudah sampai di Stasiun Guro dan saya harus turun dan berpisah dengannya. Sampai ketemu lagi sobat lain kali aku akan mengingatmu tak akan melupakan lagi wajahmu dan semoga kita bisa bertemu di Indonesia.

BIMOMUKTI THE SNOW MAN, SEOUL at chuseok holiday.













m

0 comments:

Posting Komentar